Eps 13 - SL 7 - kenapa?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sparrow, 22:47

....

"...and...that's it". Josh mengakhiri cerita.

Kedua sahabatnya masih terdiam.

Kini Josh telah menceritakan semua hal yang dilaluinya bersama dengan sosok gadis yang bernama Izzara, tokoh utama kisah malam ini. Walaupun di suatu tempat dalam hati, Josh merasakan sesuatu telah hilang dari tempatnya.

Josh baru menyadari setelah ia berusaha secara detail menyampaikan tiap hal, berusaha sejelas mungkin dan tak melewatkan satu peristiwapun dengan tujuan agar kedua sahabatnya benar-benar memahami posisinya.

Dan ketika semakin kuat keinginannya untuk menyampaikan setiap detail, sekuat apapun Josh mencoba mengingat, hal-hal yang dirasa hilang itu semakin terasa, dan tak kunjung hadir di kepalanya.

Tapi Josh memilih untuk berhenti memikirkannya terlalu dalam. Pendapat ke dua sahabatnya menjadi prioritas kali ini. Ia melirik ke arah wajah ke dua nya.

Alan mendengus pelan. Pria itu yang sedari tadi dengan seksama menyimak cerita demi cerita yang disampaikan oleh Josh. Kembali duduk tegak, menjauhkan kepala dari telapak tangan kiri yang tadinya menopang, bertumpu pada siku. Menatap Josh intens.

Sesaat mengusap rambut pendek di kepalanya dengan sebelah tangan. Kemudian sambil tangan itu turun dan mengusap-usap deretan tipis formasi rapi rambut-rambut halus di dagu dan area kumis, ia melontarkan pertanyaan,  "and...now what?...gimana perasaan elo?".

Josh menaikkan bahu. "actually...gua gak yakin Al...". Josh kini melihat ke arah Mike.

Sahabatnya yang satu ini tampak sibuk dengan expresi yang terlihat jauh lebih serius daripada Alan. Sepanjang waktu Josh bercerita, Mike menatap Josh dengan pandangan sangat tajam. Mungkin terkesan agak seram. Kini wajah Mike tertunduk. Menopang tubuhnya pada kedua siku tangan yang tersandar di kedua paha.

Laki-laki itu melepas kunciran rambut, lalu mengenakan kunciran itu ke pergelangan tangan, disusul dengan rambut hitam lurusnya jatuh tergerai setinggi bahu. Beberapa terjatuh menutup kedepan, menyembunyikan wajahnya.

Pria itu meraup wajah bersih itu dengan kedua telapak tangan. Mengusap kedua kelopak mata sipit-nya dengan telunjuk dan ibu jari, yang tak lama kemudian kembali menegak menatap Josh dengan pandangan sedikit serius. "kalo gw salah...tolong ralat. Tapi setelah gw denger gimana cara loe nyeritain semuanya...gw kaya nangkep kesan...loe naruh perasaan ya sama nih cewe?".

Josh melirik kebawah sesaat. Lalu kembali menatap mata sahabatnya itu dengan tegas. Terpancar rasa yakin namun lembut dari mata Josh. "yeah...", Josh menegakkan tubuhnya. "...i think i fall for her".

"LOE SERIUS...!!!", mata Mike terbelalak, "...Loe...loe yakin ama perasaan loe Josh!!?".

Mike melihat ke arah Alan. Bartender itu juga menunjukkan wajah yang senada dengannya. Ia kembali menoleh ke arah Josh. "Loe yakin nggak mau mikirin lagi nih?...maksud gw...aduuuhh...loe temen gw yang paling logis lho Josh....".

"Makanya, ini gua cerita ke kalian semua...gua minta pendapat laah...". Jawab Josh tenang.

"Gue semacam ngerti sih perasaan Josh... " Alan kali ini berbicara sambil melihat kearah Mike.

Alan kembali menoleh ke arah Josh, "...gue temenan ama Lu gak bentar jugak...", menenggak sekali beer di gelasnya, lalu kemudian melanjutkan,

"...Lu logis, lagi ngenes, dirundung galau. Trus ketemu sama cewe yang aneh...tapi baik, cerdas, dan bisa ngertiin Lu pula...kurang apa cobak?". Di akhiri dengan mengangguk keatas.

"Ampas lah!...loe serius dikit napa Al... Ni temen kita lho...". Mike membuang muka ke arah gelas beer nya yang kini telah kosong, "...minum gw abis pula!!..nambah satu lagi Al..." sedetik kemudian matanya berusaha mencari piring kotak yang tadinya berisi Mozzarela Stick, tapi gagal menemukannya. "..lhah!! MoFi nya mana?...".

"Abis lah!!..." jawab Alan "...lagian gua tadi ngomong serius!!"

"Wah...loe kebangetan Al...masak loe abisin sendiri sih?", tuduh Mike.

"Lu sendiri yang abisin, Anying...!!", Alan menyambar gelas kosong Mike membalikkan tubuh. Meninggalkan kedua sahabatnya ke arah lemari gelas. "Josh...lu mau nambah juga?".

Josh mengangguk. Gelasnya yang hampir kosong diambilnya, lalu menandaskan sisa di dalamnya sekali teguk.

Dalam diam Josh memikirkan sejenak pendapat Al.

Dirasanya, beberapa hal yang dikatakan Al mungkin menjadi sebagian alasan mengapa ia tertarik dengan gadis itu. Namun ketika Josh mencoba lebih dalam menyelami hatinya, untuk memikirkan apa yang yang membuatnya jatuh hati pada gadis itu, sepertinya... ada alasan lain yang sampai sekarang tak bisa ia ingat.

"Josh..." panggilan Mike membuyarkan lamunannya. "...gw kok ngerasa...perasaan loe lebih dari itu ya? Please koreksi gw kalo salah...".

Josh melihat ke arah Alan. Bartender itu terlihat masih sibuk menerima pesanan dari beberapa customer yang mulai ramai berdatangan. Beberapa kali Alan terlihat berbisik-bisik dengan beberapa pegawainya. Lalu Josh kembali kepada Mike, mencodongkan tubuhnya mendekat ke arah sahabatnya itu. "...feeling lo bener Mike...nggak tau kenapa, perasaan gua sama dia, kayaknya emang lebih dalem sih".

Mike melihat sahabatnya memandang kosong. Melihat air muka sahabatnya, Mike bisa menebak kalau Josh yakin akan sesuatu, namun sedikit ragu akan perasaannya. Dengan suara yang agak lirih Mike bertanya, "...wah...ini nih...sekali lagi gw tanya ke loe ya...loe serius ama perasaan loe?".

"Gua gak tau Mike...tapi rasanya...ya...gitu sih...". Josh menjawab lesu.

"Wah fix!!... Unbeliveble!!...", Mike sedikit berteriak. "...sahabat gua Joshua yang terlampau logis telah mengalami cyber crush...!!". Mike menyisir rambut dengan buku-buku jarinya kebelakang. "...one hell of a crush..right through tha' fuckin fortress of your heart ...". Mike mengeleng-gelengkan kepala. "...hadeeeeh...Josh...josh...Hahaha".

Alan yang mendengar itu dari kejauhan, segera memanggil salah satu pegawainya. Membisikkan sesuatu, yang dibalas dengan dua kali anggukan oleh pegawai itu. Lalu sesaat kemudian melepaskan vest berwarna hitam dengan embroidery logo beserta tulisan "Sparrow" di bagian dada sebelah kiri, dan dilemparkannya ke pegawainya tadi.

Kemudian Alan mendekati order window, mengambil sepiring kecil Mozza Stick yang sudah tersedia dengan tangan kirinya. Lalu Alan Mengambil salah satu dari dua gelas beer yang terisi penuh, yang sudah di siapkan untuk kedua sahabatnya dari tadi dengan tangannya yang lain,  meletakkan piring dan gelas beer itu di meja bar depan Mike.

Alan mengambil satu gelas beer lagi, berjalan keluar memutari meja bar, menuju ke tempat dimana Mike dan Josh berada. Menarik sebuah bar stool, menyambar piring Mozza Stick tepat sebelum tangan Mike berhasil mengambil satu MoFi pun. Meninggalkan Mike dengan pandangan kecewa, lalu Alan duduk dengan memangku piring itu. Mengambil sebatang, lalu mengunyahnya. "apa yang gue lewatin?".

Mike melihat Al dengan kesal karena gagal menikmati MoFi. Ia sedikit mencondongkan tubuh nya, "Lu ketinggalan banyak Al...", Tukas Mike sambil merampas satu batang MoFi dari piring yang dipangku oleh Alan.

* * * * * * *

Sheerbrook, 5 April 2018 - 02.14

"eomma...aku pulaang..." seorang pemuda masuk ke sebuah rumah kecil. Menutup pintu dari dalam. Melepas sepatu, lalu berjalan ke arah sebuah single sofa, ia duduk dan bersandar.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki dari bagian dalam rumah. Suara serak dari perempuan paruh baya memecah kesunyian sesaat.

"mwo? neo nega nae salangseuleoun adeul-iya?" Tanya wanita itu lembut.

Wanita itu menekan saklar lampu. Cahaya lampu yang menyala serta merta manampakkan seluruh isi ruang tamu sederhana itu.

Pemuda itu bangkit dari duduknya, menghampiri ibu tercinta dan memeluk erat. Sedikit berbisik di telinga wanita itu "hye...its your lovely chang-nam. Ibu belum tidur?"

Pemuda itu mengurai pelukan, menyentuh lembut pundak Ibunya. "mana tongkatmu...hati-hati lho, ibu kan belum lama di rumah ini?"

"Sudah 6 bulan aku disini, sudah hafal setiap lekuk rumah ini..." Wanita itu mengulurkan tangan, berusaha mencari wajah putranya. Sesaat kemudian ujung-ujung jemari yang sudah mulai keriput itu telah menyapu habis seluruh permukaan wajah pemuda itu. Senyum kecil terbit di ujung bibirnya "...katanya baru besok kau pulang, ini masih dini hari. Sudah makan? Mau eomma panaskan sup?"

"nggak usah nggak papa kok. Tadi aku sudah makan bersama Josh dan Alan. Oh iya, Mereka kirim salam..." pemuda itu menggenggam jemari ibunya "...Ibu juga kenapa kok belum tidur?" lalu ia memapah Ibunya ke arah Sofa.

"udah...nggak usah kau tuntun, Ibumu ini buta. Bukan nggak bisa jalan..." Wanita itu menggemgam pergelangan tangan putranya, menurunkannya pelan. "...ibu sudah tidur tadi, lalu terbangun. Ibu sedang baca Al-kitab...lalu mendengarmu datang".

"ya eomma, kupikir lebih baik sampai disini dinihari supaya bisa istirahat. Jadi besok pagi nggak terlalu capek" Pemuda itu mengambil tempat duduk disebelah Ibunya.

"kalau begitu tidurlah...kau tak ingin Appa dan Adik mu khawatir kan?" Wanita itu membelai lembut punggung putranya.

Pemuda itu menghela nafas. "...Baiklah, setelah ini aku mandi lalu langsung istirahat. Aku juga nggak ingin mengganggu kebahagian mereka disana."

Wanita itu tersenyum lagi "jangan lupa panjatkan doa untuk mereka sebelum tidur."

"iya bu..." Pemuda itu menuntun ibunya bangkit dari duduk, menghantarkan sampai didepan pintu kamar, "...ibu juga istirahat, besok kita berangkat ke pemakaman setelah sarapan".

Wanita itu membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk. Namun tepat sebelum ia menutup pintu, ia segera memanggil anaknya. "Mike...nae salangseuleoun adeul..."

Pemuda itu menoleh sebelum melangkah memasuki kamarnya "hye eomma?".

"Suruh dua sahabatmu itu sesekali datang...mereka belum pernah ke sini kan?"

"ah...hye...tadi udah Mike bilang kok. Minggu depan mungkin mereka kesini" jawab Mike lembut.

"ya udah...istirahat lah...ibu menyayangi mu..." ucap wanita itu, tulus.

"love you to eomma" Balas Mike. Senyum merekah diwajahnya seraya melangkahkan kakinya ke dalam kamar.

* * * * * * *

Mike kini duduk di depan seperangkat PC yang sudah menyala. Handuk kecil masih terkalung di lehernya. Rambut panjangnya masih terlihat mengkilat sedikit basah.

Kini ia sedang menunggu unitnya untuk mem-proses pengunduhan data launcher aplikasi yang harus ia selesaikan segera.

Perasaan gundah mengusai benaknya semenjak berada di Sparrow. Lebih tepatnya, semenjak ia mendengarkan sahabatnya, Josh, bercerita mengenai pengalaman cinta nya yang "ajaib".

Mike melirik ke progress bar pengunduhan yang kini telah mencapai 100%. Dan dengan segera memberikan double click pada icon yang baru saja muncul di layar desktop setelah proses pengunduhan.

'kenapa harus eloe sih Josh, apes banged sih gw' gerutu Mike dalam hati. Sejenak memberi dirinya sendiri waktu untuk merutuki nasibnya dan sang sahabat. Berbagai macam pikiran mengerikan mulai bermunculan di kepala.

Lalu sesaat kemudian, setelah didapatinya interface aplikasi yang ditunggunya muncul, jemarinya mulai bergerak lincah mengetik di atas keyboard.

'aduh Josh...seriusan kenapa juga harus eloe siiih...' Mike mendengus kesal. Mike menjambak rambutnya yang masih belum benar-benar kering. '...Arrgghh...' . Tak ingin dia mengetik dengan telapak tangan yang sedikit basah, di-usapkan kedua telapak tangannya di kedua sisi celana pendeknya. Dilihatnya sekilas dua baris formasi huruf dan angka yang telah diketiknya, 'gw harus lurusin masalahnya nih, atau gak tidur sekalian', pikirnya dalam hati.

ID Avatar : Sergio Sebastian
Password : ********

Log in!!

Loading...

Mike mendapati avatarnya berada dalam sebuah ruangan tertup tanpa jendela. Berdindingkan susunan bata berwarna merah tanpa dibalut semen. Diterangi beberapa lampu neon berwarna putih.

Matanya langsung tertuju kepada tab world. Muncul beberapa pilihan lanjutan setelah ia menyentuh tab tersebut dengan ujung jari telunjuknya. Namun pilhan hanya tertuju pada tab friendlist.

Kemudian ia masuk kepada kolom group, ia memilih sebuah nama. Salah satu dari dua group yang diikutinya.

Sarah Havenly Esc.

Mike langsung menuju ke menu anggota. Ia menekan menu itu dengan ujung jarinya. Muncul sebuah dialog box.

Only a legitimate member can access this kind of information. Please enter your unique signature.

Tak perlu menunggu terlalu lama, Mike segera menyentuhkan telapak tangannya ke arah layar komputer. Sejenak kemudian ia memejamkan mata, lalu memusatkan konsentrasi pada titik yang tepat terletak di ulu hati. Dari sana, dengan benaknya, ia memanggil, mengolah, dan melepas sedikit energi. Dan dengan benaknya, ia  mengirimkan energi itu bersama secuil niat melalui telapak tangan, menuju kemanapun niatnya tertuju saat itu.

Setelah beberapa saat matanya terbuka kembali, muncul kalimat baru di dalam bidang kotak berwarna abu-abu itu.

Your signature has been confirmed. Please enter the password.

Jemari mike dengan lincah mengetik kombinasi dari beberapa huruf dan angka.

Password : ********

Terbuka sebuah laman berisikan nama-nama anggota. Diamatinya perlahan nama-nama yang hanya berjumlah 10 orang, termasuk dirinya.

Tak sulit baginya untuk menemukan nama orang yang sedang dicarinya. Satu-satunya anggota yang bergelar "Malaikat", Izzara Liana, -Angelic Escort-.

Namun dini hari ini keberuntungan tak berpihak kepadanya. Dilihatnya Status Log Izzara, dikolom availability tercantum status Off.

Mike menghela nafas lesu. Ia menghempaskan punggung nya lemah di sandaran kursi. Dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari Mike memijat kedua kelopak mata kecilnya.

Sesaat kemudian kembali menegakkan tubuhnya dan meraih tetikus. Mengarahkan kursor ke kolom yang terletak tepat disamping kiri nama Izzara. Tersapat tab menu yang bertuliskan Send message.

Mike memberikan satu kali klik pada tab itu, lalu mulai mengetik.

"kenapa harus temen gw Za...kenapa? Please bales message gw kapanpun loe online. Please jangan nyakitin Josh, Za...please"

Message sent.

——————————

Okay.

Sampe sini mulai aneh.

Tokoh Mike ini apanya si Izza? SL player juga?

Entah sudah gula-gula butir keberapa yang Dian makan selama satu jam terakhir.

Ia semakin tenggelam dalam berbagai macam pertanyaan. Berusaha menghubung tiap-tiap keping adegan dan plot, mencoba menebak bagaimanakah akhir dari hubungan antara si tokoh utama dan gadis yang dikenalnya dalam sebuah permainan daring internasional.

Ditambah lagi dengan masuknya tokoh Mike dalam alur kisah utama.

Kalo emang bener nih tokoh Izza itu si Liana, Josh ini siapa ya? Suaminya yang sekarang?

Trus Mike ini siapa lagi ya?

"Permisih mbak Dian, mau saya buatkan minum? Atau mungkin makanan ringan?" Sebuah suara merdu sedikit mengejutkan Dian, terdengar dari arah sampingnya. Menarik Dian dari lamunan, kembali ke alam nyata.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro