Eps 26 - Sudah saatnya!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Oke!!

Thats it!!

Tulisan si Eara ini sama sekali nggak terlihat seperti sedang membuat-buat sebuah cerita. Emosi nya kerasa banget.

Aku nyerah...

Dian menghela nafas panjang seraya merebahkan punggungnya pada sandaran sofa.

Mengambil gawai miliknya, dan kembali menambah kan sebuah pertanyaan yang menurutnya adalah pertanyaan pamungkas.

Dian tersenyum puas.

Pertanyaan yang baru saja ditulisnya, seakan memberinya keyakinan, hanya dengan mengucapkan dua kalimat yang baru saja diketiknya, ia yakin kalau akan mendapatkan semua jawaban yang diperlukannya.

Ah! Iya...

Satu lagi...

Dian membuka aplikasi penterjemah pada gawainya.

Ia melirik kearah layar tab, kembali membaca sekilas part milik Lavelle. Mungkin jika dibacanya sekilas—yang walaupun ia tak mengerti beberapa bahasa, yang sepertinya bahasa perancis—sepertinya part itu tidaklah terlalu penting jika dibandingkan dengan dua kalimat pertanyaan yang ditemukannya.

Namun tetap saja, terbesit sedikit rasa penasaran.

Dian mulai mengetik kalimat-kalimat yang tak dimengerti olehnya kedalam aplikasi penterjemah miliknya. Lalu mengaktifkan sistem pendeteksi bahasa pada penterjemah tersebut. Sebuah result muncul dua detik kemudian.

Binggo!!

Sebuah hasil telah keluar. Dibacanya sekilas kalimat-kalimat itu. Dahinya mengerut.

Sesuatu telah menarik perhatiannya. Tapi sebelum meneruskan ketertarikan, Dian memilih untuk menyalin dan menyusun kalimat kalimat itu pada aplikasi notepad miliknya.

---------

how do you do my darling, Lily my beautiful?

how was your fantastic trip? Sudah sampai mana?

promise me something, you have to tell me everything, yes?

Aku udah ndak sabar mau dandanin kamu lagi, until you become a cute lady, beautiful, bubbly and wonderful, yes?

I miss you, my darling, my pretty sparkling girl.

Aku juga kangen banget sama Mak'e sama Armand!!

Minggu depan, Eara dan Aku terbang kesana, tunggu kami, yes?

Très bien, Bye-bye my bubbly girl Lily...

Mwah mwah mwah...

Oh...oh...almost forgot,

Send Tatiana away when we get there, alright?, she whouldn't let me play with Armand.

Hohoho...ma mignonne baby boy. Miss him so much.

--------

Dibacanya lagi susunan kalimat-kalimat Lavelle.

Dian mengaku salah.

Ada dua hal minor-—tapi sangat penting menurutnya—tersemat dalam kalimat-kalimat tersebut. Ia telah salah ketika menganggap tulisan Lavelle adalah sesuatu yang tak terlalu penting. Yang sebenarnya, sebagian besar memang adalah hal-hal yang cuman sekedar ungkapan rindu seorang sahabat, atau ... saudara, mengingat mereka tumbuh di satu panti asuhan yang sama. Tapi hal yang ditemukannya itu telah membuat dirinya ingin kembali untuk membaca ulang beberapa bab sebelumnya, hanya sekedar untuk memastikan beberapa dugaannya. Karena Dian ingin mempercayainya.

Ya, Dian kini mulai menganggap bahwa tokoh-tokoh yang didapatinya dalam seluruh tulisan yang dibacanya, adalah tokoh-tokoh yang benar-benar ada. Dan memang benar mereka pernah mengenyam pendidikan dan besar di satu panti asuhan sebelumnya. jika saat ini ditaksirnya, besaran kadar kepercayaan dirinya terhadap betapa nyata tiap kisah yang tertulis di dalam tiap bab, dirasanya sudah semakin besar dihatinya.

Dan untuk mendukung itu semua, Dian membutuhkan beberapa hal lagi untuk membuat dirinya sepenuhnya yakin. Dan salah satunya baru saja ditemukannya didalam salah satu kalimat yang tertulis di part milik Lavelle. Dan satu yang lain, telah ditemukannya dalam tulisan milik Eara.

Berkali-kali kalimat-kalimat itu dibacanya. Dan semakin Dian membacanya, semakin yakin kalau itu bukanlah sekedar sebuah typo.

Memang benar jika, untuk memastikan semua, Dian tetap membutuhkan paling tidak satu bukti fisik yang tak terbantahkan. Dan ketika itu semua didapatkannya, maka hari ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan yang pernah terjadi sepanjang umur dirinya hidup di dunia.

Namun, Dian sadar, bahwa dalam peristiwa semacam ini, dirinya masih harus bersabar. Masih terdapat niatan untuk menahan diri. Dian tak ingin untuk langsung saja berharap terlalu banyak.

Beberapa kemungkinan yang bisa menjadi counter-measure yang akan digunakannya untuk membendung "naluri-haus-fiksi" miliknya pun, sudah ia pikirkan.

Hal-hal semacam, masih sangat mungkin ketika memikirkan kalau memang semua tokoh dalam cerita benar-benar ada, namun tiap plot dan skenario yang disajikan adalah fiksi belaka. Dan hanya dengan berbekal satu pemikiran ini saja, Dian sudah mampu untuk menghentikan imajinasi liarnya mengenai berbagai macam kemungkinan yang bisa menjadi ujung dari hal-hal yang telah dijumpainya semenjak pagi ini.

Dilihatnya kembali layar tab milik Crystal.

Dian melihat hanya tinggal satu file lagi yang tersisa di dalam folder buku yang berjudul "Sejilid Cinta untuk Izzy" ini. Dan file itu ialah sub-folder yang dilihatnya saat awal dirinya menemukan folder buku ini. Sebuah sub-folder yang mempunyai lebih dari 20 chapter. Dan disertai dengan sebuah kalimat bernada peringatan di awal bab.

Sebenarnya Dian masih agak ragu untuk membuka dan membaca isinya. Sebuah sub-folder dengan sebuah judul, "Shu".

Dia kan yang jadi karakter lucu-lucuan di beberapa part sebelumnya kan ya?

Foldernya berisi 20 part lebih?! Bahas apa aja nih?

Yah ... Harus baca lagi donk...

Namun tepat sebelum ujung jarinya mengetuk untuk membuka sub-folder itu, terdengar suara pintu terbuka dari arah kabin CA. Hati Dian bersorak.

Namun sorak-sorai dalam hatinya hanya bertahan beberapa detik saja.

Entah sudah keberapa kalinya di hari ini Dian harus mengerutkan dahi, ketika melihat dua orang manusia yang telah ditunggunya muncul, telah mengenakan sebuah pakaian yang senada. Sebuah seragam.

Keduanya tampak mengenakan blazer berwarna dark navy blue, yang melapisi kemeja berwarna putih. Sebuah benda yang tampak seperti sebuah lencana berbentuk huruf "H" berwarna emas tersemat pada dada kiri. Celana slim fit berwarna senada dengan blazer, dan sepasang short boots berwarna hitam.

"Mbak Dian!!! Udah lama ya nungguin kita?" Crystal melompat-lompat kecil mendekat kearah Dian dan mengambil tempat disebelah kirinya untuk duduk.

Astri terlihat sedang membawa sebuah koper berwarna keperakan, melangkah mendekat dengan tersenyum.

"Kalian ... kenapa ganti baju?"

Dian semakin heran ketika melihat raut wajah Crystal yang lagi-lagi menyengir lebar sampai mata gadis itu menyipit, seakan-akan gadis itu telah merasa cukup menjawab pertanyaan Dian dengan hal itu.

Astri mengambil duduk di kursi penumpang yang berada tepat diseberang tempat Dian duduk saat ini, dan meletakkan koper keperakan yang dibawanya di pangkuan.

Masih dengan senyumnya, Astri berkata "Maaf mbak Dian, mulai saat ini sampai waktu yang dijadwalkan nanti, saya akan mengambil alih tugas Crystal sebagai personel yang akan menjadi pengawal, sekaligus asisten pribadi mbak Dian. Dan untuk memulai semua itu, saya akan menjawab pertanyaan, dan permintaan apapun yang mbak Dian inginkan"

"Hah?" Dian semakin bingung.

Crystal meraih kedua tangan Dian, menggenggamnya lembut. "Mbak Di, nggak usah khawatir, serahkan semuanya kepada kami. Setelah ini, aku harus assist kak Nathan buat masuk ke phase 2. Mbak Di bakal aman berada di tangan kak Astri"

Crystal terlihat bangkit dari duduknya setelah melepaskan genggaman tangannya. Terlihat akan melanjutkan langkahnya ke suatu tempat yang lain.

Dian hanya bisa berkedip beberapa kali. Namun instingnya berkata dirinya harus bereaksi cepat. "Wait wait!!"

Dian menegakkan duduknya. Ia menimbang, mungkin saat ini adalah saat yang tepat baginya untuk melontar satu dari dua kaliamat yang terdapat dalam pertanyaan "ultimate" miliknya, kepada kedua orang yang sedang berbicara dengan dirinya pada saat ini.

"Ehem ... "

Dian sedikit berusaha membentuk sebuah postur duduk yang diharapkannya bisa sedikit mengintimidasi dua lawan bicaranya.

Ya!

Sekarang Dian telah menganggap kedua orang ini adalah lawan.

Sembari semakin menegakkan posisi duduknya, Dian melipatkan kedua lengannya di depan dada.

" ... before anything else, show me your badge guys!!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro