Bab 28

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab 28 : Aliansi

Adnan menatap Sienna tanpa berkedip. Mata coklat jernih itu selalu menghipnotisnya sejak pertama kali ia menatap Sienna di ranjang rumah sakit. Akan tetapi, ada yang sedikit berbeda kali ini. Wanita itu tidak terlihat lemah dan pasrah tanpa tujuan. Sebaliknya, sekarang Sienna tampak seperti seseorang yang punya tujuan jelas, dan tahu apa yang ingin ia lakukan kedepannya. Untuk yang satu itu Adnan bersyukur, tapi ada juga beberapa hal lain yang sengaja Adnan batasi agar Sienna tidak terlalu bergantung padanya. Tapi, alasan yang Sienna akan katakan sepertinya cukup menarik.

"Jadi, apa alasan Mbak?" Adnan menatap lurus pada bola mata coklat jernih yang penuh keyakinan itu. "Saya harap Mbak Sienna nggak membuang waktu saya."

"Saya nggak tahu apakah ini bisa jadi alasan kuat saya yang juga menggerakkan Dokter Adnan atau tidak. Tapi ... setidaknya saya harus mencoba, kan?" Sienna menarik napas. Dia mengambil undangan yang hendak Sella bawa. "Mbak Sella, boleh saya pinjam undangannya?"

Sella menatap Adnan sebentar, dan pria itu mengangguk. Sienna menerima undangan itu dan Sella segera keluar, meninggalkan dua insan itu dengan urusan mereka masing-masing. Entah mengapa hati Sienna bahkan sakit sekali hanya karena melihat sebuah undangan.

"Perempuan yang akan menikah dengan suami saya ... apa Dokter kenal?" Sienna menatap Adnan intens. "Riana Alfiani ...."

Adnan mengangguk. Pria itu bersedekap, dan Sienna tampak menarik napas panjang. Mungkin mengatur emosinya, terlihat dari gerakan dada yang naik turun menahan kesal. Sebenarnya Adnan sudah menduga, tapi ia juga tidak bisa memastikan. Sejak saat Sienna menyebutkan nama Riana, pria itu memang sudah terpikirkan oleh satu orang. Akan tetapi pikirannya menolak percaya, karena hal itu memang tidak mungkin adanya. Namun, saat berhadapan langsung dengan Sienna, undangan pernikahan Riana, dan calon mempelai prianya yang merupakan Mario Bramadjaya ... yang notabene adalah suami Sienna. Perasaan Adnan mendadak tidak enak. Tapi pemuda itu masih menyangkalnya.

"Riana adalah orang yang berselingkuh dengan Mas Mario." Satu kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Sienna. "Dengan kata lain dia adalah orang yang berbahagia di atas penderitaan saya."

"Tapi Riana nggak tahu apa-apa, Mbak." Adnan langsung membalas. "Saya paham perasaan Mbak Sienna, tapi yang brengsek itu memang suami Mbak, Mario Bramadjaya. Riana mungkin juga sama-sama korban."

Sienna terdiam. Dia tidak menyangka kalau Adnan bisa begitu vokal untuk membela wanita itu. Perempuan muda yang ia anggap sebagai sundal kecil tak tahu diri. Orang yang sudah pernah Sienna tawarkan untuk mundur dengan tenang dan menjauhi Mario, tapi menolak dan malah menantangnya secara terang-terangan.

"Apa Dokter punya hubungan khusus dengan Riana?" Sienna bertanya dengan nada suara dingin yang tajam. "Atau ... dokter punya perasaan pada Riana?"

Kini giliran Adnan yang terdiam. Kedua pertanyaan Riana memiliki jawaban yang sama.

"Anggaplah Dokter membelanya karena memang punya hubungan khusus atau benar punya perasaan pada Riana, tapi saya yakin Dokter Adnan nggak buta." Sienna menatap lurus pada bola mata kelam yang tampak sendu dan ragu itu. "Dokter tahu betapa menderitanya saya karena Riana."

Hening, mereka berdua sama-sama terdiam. Adnan mengalihkan tatapannya dan memejamkan mata sejenak. Hal yang sejak tadi ia sangkal sekarang menjadi sebuah kebenaran yang valid.

"Sienna ...." Adnan akhirnya bersuara. "Riana itu tidak sejahat yang kamu kira."

Sienna sempat kaget, demi membela Riana Adnan sampai-sampai melupakan sopan santunnya dan sekarang secara tidak langsung menuduh kalau ia yang terlalu berlebihan membenci Riana.

"Saya kenal Riana sejak dia kecil, dan kakaknya adalah teman baik saya. Dia bukan anak yang kasar dan suka memfitnah orang lain. Riana juga tidak akan merebut suami orang tanpa alasan." Adnan menarik napas. "Kalau Riana melakukan itu, maka artinya Mario Bramadjaya lah yang merayu Riana lebih dulu."

"Jadi, maksud Dokter selama ini saya melebih-lebihkan?" Sienna menatap kosong pada sosok Adnan yang selama ini menjadi tempatnya meminta bantuan. "Saya kira Dokter yang paling mengerti saya."

Adnan terhenyak. Dalam beberapa detik berikutnya ia menyadari kesalahannya kalau sudah terlalu vokal membela Riana. Akan tetapi hal itu memang benar. Riana yang Adnan kenal bukan wanita penggoda. Riana yang Adnan kenal adalah sosok gadis ceria yang lemah lembut, sopan, dan juga sangat menghargai orang lain. Kalau memang benar Riana berubah seperti itu karena Mario Bramadjaya ... maka Adnan jelas harus menyelamatkannya.

"Jadi, apa kesepakatan yang Mbak Sienna tawarkan?" Adnan berbicara to the point, ia sudah kembali ke pemikiran warasnya lagi.

Sienna menatap lurus pria itu, tidak menyia-nyiakan sedikit pun kesempatan. "Tolong bantu saya. Buat saya jadi cantik agar bisa balas dendam pada Mas Mario dan bisa menghancurkan rumah tangganya dengan Riana."

Adnan tersenyum sekilas. Meskipun berbeda, tujuan mereka memiliki satu kesamaan, yaitu memisahkan Riana dari Mario Bramadjaya.

"Apa yang akan Mbak lakukan selanjutnya? Apa Mbak Sienna mau kembali pada suami Mbak?" Adnan menarik napas.

"Kalau Dokter jadi saya, apa dokter akan kembali?" Sienna balik bertanya.

Adnan menggeleng. "Saya akan menghancurkannya."

"Begitu juga yang akan saya lakukan, Dokter." Sienna menatap tajam pada Adnan. "Saya akan menghancurkan keluarga Bramadjaya sampai mereka malu menyandang nama keluarga itu."

"Saya punya satu syarat, Mbak." Adnan membalas tatapan tajam Sienna yang penuh dendam dan amarah. "Apapun yang terjadi ... tolong jangan lukai Riana."

"Jika itu permintaan Dokter." Sienna mengulurkan tangannya. "Bagaimana?"

Adnan mengangguk mantap. "Deal."

* * * * *


Hai Berries, long time no see~ akhirnya aku kelar juga nulis bab aliansi wkwk. Happy reading ya, aku minta doanya supaya aku makin rajin menulis kisahnya Adnan-Sienna ini. see yaa next chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro