Bab 29

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab 29 : Kontrak

Hujan rintik - rintik masih mengguyur kota Malang, menyisakan kabut dan awan hitam pekat yang menutupi hampir seluruh kota. Undangan pernikahan Riana dan Mario teronggok di meja kerja Adnan, sementara sang empunya sedang mengerjakan sesuatu pada laptopnya. Sienna duduk di ruang pemeriksaan klinik kecantikan milik Adnan. Pria itu sudah menyepakati perjanjian yang ditawarkan Sienna, dan sekarang ia sedang mengetik sesuatu di dan mencetaknya. Adnan kemudian memberikan kertas itu pada Sienna.

"Perjanjian?" Tanya wanita itu sambil menatap mata hitam kelam milik sang dokter.

Adnan mengangguk, membalas tatapan dari sorot mata coklat jernih yang selalu membuatnya betah memandang Sienna lamat - lamat. "Kesepakatan kita menyangkut kehidupan dan bahkan mungkin nyawa satu sama lain, dan beberapa orang lain termasuk Riana dan Mario. Saya nggak mau nanti ada hal yang tidak jelas dan jadi perdebatan sendiri di antara kita."

Sienna mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Adnan cukup masuk akal, dan memang ia juga membutuhkan semacam 'pegangan' supaya Adnan tidak menipunya. Tapi, di luar itu Sienna percaya kalau Adnan adalah pria baik yang tidak mungkin melakukan hal - hal demikian. Tapi, tak ada salahnya juga melakukan tanda tangan kontrak.

"Isi kontraknya cukup sederhana, Mbak." Adnan mencetak satu rangkap lagi surat perjanjiannya. "Yang pertama, saya akan melakukan bedah plastik semaksimal mungkin pada Mbak Sienna, dan sebagai gantinya Mbak akan membayar saya sejumlah uang yang memang dibutuhkan untuk operasi."

"Kalau saya nggak punya uang?" Sienna melirik canggung.

Adnan menyeringai, "Jual diri ke saya gimana, Mbak?"

"Endasmu!" Sienna melotot. "Nanti dulu bercandanya, Dok!"

"Iya, maaf." Adnan tertawa. "Kalau Mbak Sienna ndak bisa bayar biaya operasinya berarti saya bisa mengeksploitasi tenaga Mbak Sienna sampai hutang - hutang Mbak lunas."

"Maksudnya saya jadi pembantu?" Sienna tampak was - was.

"Ya, pokoknya jadi apapun yang saya butuhkan." Adnan mengangkat sebelah alisnya. "Kalau saya lagi butuh supir, ya Mbak nyupirin saya. Kalau saya butuh pembantu, ya Mbak bersih - bersih di rumah saya. Kalau saya butuh tukang kebun, ya Mbak bantu rapikan taman - taman saya. Kalau saya butuh teman tidur ...."

"Nanti saya panggilkan tukang pijet plus - plus!" Sienna mendelik. "Kalau begitu sama saja Dokter minta saya jadi babu pribadinya Dokter, dong!"

"Ya, habis hutangnya Mbak Sienna nggak sedikit." Adnan tersenyum miring. "Atau Mbak mau jual ginjal juga boleh."

"Astaga, dokter iki kriminal, yo?" Sienna bersedekap tak suka. "Coba saja kalau berani, nanti tak santet lho, Mbak Riana yang cantik itu!"

"Eh, jangan dong." Giliran Adnan yang melotot. "Seram amat, sih, Mbak ... mainnya santet - santet."

"Iya habis Dokter juga ngancamnya ndak lucu, tho?" Sienna berdecak. "Sudah, ayo serius. Jadi saya beneran akan dijadikan babu pribadinya Dokter, nih?"

"Ya, anggap saja begitu Mbak." Adnan tertawa. "Nanti Mbak 'kan sudah cantik, terus identitas juga sudah punya yang baru, saya akan bantu masukkan Mbak ke agensi modeling kenalan teman saya."

"Ooh, gitu?" Sienna mengerjap beberapa kali, wajahnya terlihat polos dan Adnan jadi gemas sendiri.

"Iya, tapi saya yang terima gajinya." Lelaki itu melanjutkan.

"Lho, nanti saya makan dan beli kebutuhan pokok pakai apa?" Sienna protes sambil menggebrak meja pelan. "Pak dokter mau ngasih makan saya?"

"Iya, nanti sekali makan saya charge seratus ribu!" Adnan menyeringai lagi.

"Oh, gitu? Nanti saya kirim ular lho, ke kamar Mbak Riana-nya Dokter Adnan yang lenjeh iku." Sienna tak mau kalah.

"Eh, jangan ....!"

"Duh, bucin banget, tho, Dok?" Sienna cengengesan. "Terus poin selanjutnya gimana?"

"Saya juga akan membantu Mbak Sienna balas dendam, dengan syarat Mbak Sienna tidak melukai Riana sedikit pun." Adnan melanjutkan. "Pokoknya kalau Riana luka sedikit saja, Mbak Sienna saya denda."

"Duh, saya ndak janji, Dok." Sienna menarik napas. "Satu atau dua kali, tolong izinkan saya menjambak pelakor satu itu."

Adnan terdiam. "Oke, kalau cuma jambak boleh, deh."

"Saya jambak sampai botak." tambah Sienna dengan suara mencicit.

"Eh, jangan ....!"

"Aduh, dokter ini bucinnya di simpan dulu." Sienna berdecak dan mendengkus sekaligus. "Poin selanjutnya apa?"

"Mbak Sienna tidak akan menuntut saya kalau ada kesalahan apapun dalam operasi. Saya pun tidak akan menuntut, menyebarkan informasi soal bedah plastik yang Mbak jalani, atau menyalahkan Mbak Sienna jika terjadi sesuatu yang merugikan di masa depan akibat tindakan ini." Adnan menatap Sienna sebelum melanjutkan. "Lalu yang terakhir, Saya tidak bisa menjamin Mbak akan selamat dalam proses bedahnya nanti."

Sienna terdiam. Ia tidak tahu ternyata ada resiko seperti itu juga.

"Apa Mbak siap menerima segala resikonya?" Adnan menatap bola mata yang berubah ragu itu. "Kalau Mbak Sienna memang siap, silakan tanda tangani kontrak perjanjian ini dan kita akan bicarakan soal operasinya nanti."

* * * * *

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro