13/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

CHISAZAWA SORA

Begitu mataku terbuka, kudapati langit-langit kamarku menyambutku seperti pagi biasanya. Ada hal yang berbeda hari ini; walaupun aku tidak tidur terlalu malam, tetapi kepalaku merasakan sakit yang luar biasa hebatnya. 

Kulirik alarm yang telah kuatur untuk menyala pukul 06.00, tetapi saat ini alarm tersebut belum menyala karena ini masih belum pukul enam. 

Uh ... apakah aku sakit, ya? 

Kujauhkan selimut tebal dari tubuhku, lalu mencoba mengubah posisi menjadi duduk. Pandanganku berkunang-kunang, kepalaku makin berat sehingga kuputuskan untuk kembali berbaring ke posisi semula. 

Baiklah, ayo pikirkan apa yang kulakukan kemarin sampai bisa sakit. 

Kemarin jam berburu lebih pagi, lalu karena ternyata banyak yang memberikannya untukku, aku berakhir mengecap mukaku sendiri di kamar mandi. Canggung sekali. Lalu, waktu jam berburuku selesai, aku kabur. Sayangnya waktu kabur, aku malah terjatuh--tidak heran mengingat aku sering sekali jatuh saat latihan cheerleader

Lalu, aku bertemu dengan Ichisaki, kami melarikan diri bersama-sama ke auditorium. 

Kemudian, kami menonton drama bersama-sama. Setelah selesai, Ichisaki membelikanku minuman, lalu kami berpisah. 

TAPI! Sudah kuduga, kemarin aku terlalu banyak mendapatkan keberuntungan. Hari ini aku pasti tertimpa sial. Hidup itu tentang keseimbangan, setelah aku beruntung, aku pasti akan sial. Mungkin kemarin aku memang terkena sial sedikit, tapi dibandingkan itu, keberuntunganku sangat mujur. 

Uh ... apakah aku tidak masuk sekolah saja hari ini? 

Kupejamkan mata, lalu alarm di samping tempat tidurku menyala kencang. Aku mengulurkan tangan untuk menjangkau alarm dan hasilnya aku berhasil mematikannya tanpa harus bangkit. Hoshi yang tempat tidurnya ada di seberang kanan, langsung terbangun. 

"Selamat pagi, Kak!"

"Ah, iya, pagi," balasku. 

Tiba-tiba Hoshi langsung beranjak dari tempat tidurnya dan menghampiriku dengan wajah pucat. 

"Kakak kenapa? Sakit?" tanyanya. 

"Ah, aku--"

Hoshi langsung berlari keluar kamar dengan panik, "Mama! Kakak sakit!" 

Kuhela napasku agak berat. Hoshi memang selalu bereaksi berlebihan bila itu menyangkut tentang kesehatan. Hoshi pasti terlalu sering menonton drama dengan akhir cerita yang tidak berbahagia, aku harus mengawasi apa yang ditontonnya. 

"Sora-ah, kau sakit?" Mama datang ke kamarku, Hoshi mengekori dari belakang. Mama memang terkadang masih berlogat sedikit Korea, hal ini karena Mama memang asli keturunan Korea. 

"Tidak, aku hanya sedikit pusing." 

"Hm, sekarang memang lagi musim sakit. Kalau begitu, kau izin sehari saja. Mama akan menelepon wali kelasmu. Lagipula, masih belum ada pelajaran, kan?" 

Aku akhirnya mengangguk pasrah. Hoshi tampak puas setelah melihatku mengiyakan dengan mata kepalanya sendiri. 

"Kalau begitu Mama masak bubur dulu. Hoshi-ah, kau cepat beres-beres dan bantu Mama di bawah." 

"Iya, Ma," jawab Hoshi patuh. 

Saat keheningan menguasai kamarku usai kepergian Mama dan Hoshi, aku putuskan untuk kembali memejamkan mata, kembali tidur. 

.

.

.

"Kakek, kapan Kakek sembuh?"

"Hm, entahlah ... mungkin sebentar lagi."  Kakek tersenyum, lalu mengelus rambutku dan rambut Hoshi pelan. "Sora dan Hoshi jangan khawatir ya."

"Nanti kalau Kakek sudah sembuh, kami datang lagi, ya!" 

"Setelah itu, kita main lagi!"

Sayangnya, kali berikutnya kami datang mengunjungi Kakek di Korea, itu adalah ketika hari pemakamannya. Ketika itu, Mama bilang Kakek sudah sembuh dan sudah ada di atas langit, menjadi salah satu dari ratusan juta bintang yang ada di langit malam. 

Namun yang terus dikatakan Mama adalah Kakek sudah bahagia di atas langit, mengawasi kami semua agar selalu bahagia. 

*

"Kak! Kak!" 

Panggilan dari Hoshi akhirnya membangunkanku dari tidur. Kubuka mataku dan menemukan Hoshi sedang memanggilku dengan mata berkaca-kaca. 

"Ah ... ada apa, Hoshi?" 

"Daritadi kubangunkan dan kakak tidak bangun," ucapnya sambil mengelap airmatanya yang tumpah. 

Ah ... mungkin aku terlalu nyenyak, sampai tidak bisa terbangun dan menyadari hal itu. 

"Kupikir kakak sudah di--" Hoshi menghentikan kata-katanya. "Ma, aku mau tetap bersama Kakak, aku juga tidak mau masuk sekolah." 

"Hoshi-ah!" 

***

13/30

Tema: Afterlife

Mereka berdua memang akur banget. 


Cindyana H


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro