26/30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

NINOMIYA SUZUKO

"Panas sekali."

Kipas angin di rumahku tidak membantu. Jendela sudah kubuka dan jika aku membuka kulkas, mungkin akan melelehkan semua persediaan es kami.

Musim panas tahun ini mungkin bisa memanggang orang-orang!

Aku melirik jendela di depanku yang saat ini sedang tertutup kaca jendelanya. Tirainya sedikit tersibak dan aku tak sengaja melihat AC-nya menyala.

Ide jahatku muncul; aku harus menyerang kamar Kuroto.

Kupanjati jendela dan harus lari secepatnya (sumpah, atapnya panas sekali) dan langsung mengetuk jendela.

"Kurotooo!"

Beberapa saat kemudian, Kuroto menyibak tirai. Belum sedetik dia menyibak, dia langsung menutupnya kembali.

Kuteror dengan ketukan di kaca jendelanya, kesal.

Dan dia kalah, dia membuka kaca jendelanya.

"Celanamu diganti dulu. Ada Ken sekarang."

Aku menunduk sebentar untuk melihat celana pendek yang kukenakan, aku menaikkan kepala dan menatapnya cemberut.

"Ini kan sedang panas sekali. Tidak apa-apalah." Aku menunjuk AC kamar Kuroto. "Aku mau menumpang di sini sebentar. Boleh, kan?"

Kuroto menghela napas, "Ya sudah, sini."

Dia membantuku turun ke lantai.

"Oh, hai, Ninomiya," sapa Ichisaki.

"Hai!" sapaku balik. "Kalian sedang apa?"

Kuroto menutup kaca jendelanya.

"Kami menyusun Gun--"

"Sudahlah, kau diam saja, jangan ganggu kami," ucap Kuroto dengan jahatnya.

"Ichisaki, sepertinya Kuroto sangat menyukaimu sampai-sampai dia cemburu saat kita bicara."

Ichisaki tertawa, "Ya, Kuroto kan memang sedang cembu--Ah! Kuroto, aku hanya bercanda."

Selanjutnya, mereka berdua sibuk memasangi hal-hal yang tidak kuketahui apa.

Aku memilih tiduran di tempat tidur Kuroto sambil memandangi langit-langit kamarnya. AC memang nikmat sekali.

Entah mengapa, langit-langit kamarnya perlahan-lahan menjadi gelap ....

*

"Mengapa kau menulis?"

Karena aku punya banyak ide yang kupikir harus kutulis agar dibaca orang-orang. Aku suka saat orang lain berpikiran hal yang sama denganku. Tidak perlu menyukai ceritaku sampai apa, aku hanya perlu orang-orang setuju bahwa tindakanku benar.

"Tidak ada alasan khusus."

Suara Kuroto?

Pelan-pelan, mataku terbuka. Karena kebetulan aku menhadap langsung ke arah jendela, aku bisa melihat langit senja. Astaga! Sudah berapa lama aku ketiduran?

"Agar gadis yang kau sukai membacanya?" tanya Ichisaki.

"Tidak juga."

...Tunggu. Apa yang barusan kudengar itu?

"Oh, jadi?"

"Kalau ... Secara sengaja dia membacanya, aku harap dia tahu," jawab Kuroto.

"Kalau tidak?"

"Ya, tidak apa-apa. Lagipula dia tidak memiliki perasaan khusus terhadapku," ucap Kuroto.

Jadi, Kuroto sedang menyukai seseorang?

"Kalau kau masih menunda-nunda begini, nanti--"

"Biar sajalah," potong Kuroto.

Suara telepon tiba-tiba berbunyi. Kuroto mengangkatnya.

"Halo, Yuzu-Nee?"

Hening selama beberapa saat.

"Ah, iya, Suzu di rumahku. Hm? Oh, hari ini?" Aku bisa mendengar suara Kuroto berdiri perlahan, lalu duduk di tepi tempat tidurnya. "Iya, nanti aku akan menyuruhnya pulang."

Hening lagi.

"Ah, tidak perlu. Hari ini memang mereka tidak pulang, tapi aku bisa makan mie instan."

"Oke, baik."

Telepon ditutup.

"Hei, bangun."

Langsung bangun atau malas-malasan dulu? Biasanya aku bagaimana, sih?

"Suzu, bangun."

"Uh ... Sudah jam berapa ini?"

"Jam enam. Hari ini giliranmu memasak, kan?"

OH ASTAGA. AKU LUPA.

Kusibak selimut yang entah kapan menyelimutiku, berlari ke arah jendela, lalu memanjatinya setelah membuka kacanya.

"Nanti datang ya, untuk makan malam. Ibumu sudah titip pesan kepadaku."

Kuroto menatapku selama beberapa saat, "Oke."

Aku menutup jendela dan kembali ke kamarku.

Sore itu, selain harus berhati-hati membedakan gula dan garam, aku juga berpikir keras ... Siapakah gadis yang disukai Kuroto? Apa aku kenal dengannya?

* * *
26/30

Tema: Mengapa kau menulis?

Bukan aku yang bermaksud menulis tentang mereka lagi, tetapi keadaan memaksaku. Wkwkkww.

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro