08

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Papa jelas berbohong.

Pak Wira tidak pernah memungut biaya apapun untuk latihan pencak silat di rumahnya. Semuanya gratis, kecuali seragam silat yang harus ia beli sendiri.

Luna menyalakan AC dan berbaring di kasur, berpura-pura untuk tidur kalau seandainya papa masuk ke kamar. Ia lalu menunggu.

Setelah cahaya ruang TV di celah pintu kamar menghilang, barulah Luna bangun. Ia menempelkan telinga lebih dulu ke pintu untuk memastikan tidak ada suara TV yang terdengar. Kadang-kadang papa suka menonton berita malam walaupun lampu sudah dimatikan. Begitu yakin keadaan di luar aman, Luna baru membuka pintu.

Kamar papa sudah gelap dan terdengar dengkuran lembut dari kasurnya. Artinya, papa sudah tidur. Luna merasa kembali seperti tahun lalu. Dimana ia juga berjingkat-jingkat dalam kegelapan, tetapi kali ini ia tidak melakukan hal berbahaya yang membuat papanya bisa dipecat. Ia hanya mau tahu isi surat dari pak Wira.

Sasaran pertamanya adalah tas ransel yang tergeletak di atas meja. Luna memeriksa dengan hati-hati karena di dalamnya ada laptop yang biasa dipakai papa untuk bekerja, selain itu ada juga beberapa lembar dokumen atau kertas coretan di dalam sebuah map, tetapi tidak satupun yang menyerupai surat dari pak Wira.

Kemudian Luna beralih ke laci dan lemari di meja. Isi di dalam laci itu berantakan, Selain tumpukan buku catatan, dan sekardus amplop, banyak barang-barang kecil seperti gunting, silet atau sekrup yang memenuhi tempat itu. Namun, lagi-lagi ia tidak menemukan apa yang dicarinya.

Dimana kira-kira papanya menyembunyikan surat itu? Luna bertanya-tanya sambil celingukan. Di lemari pakaian? Atau jangan-jangan papa papa menyembunyikannya tepat dibawah bantal yang ia pakai untuk tidur?

Karena terlalu sibuk berpikir Luna tidak memperhatikan jalan dan tersandung keranjang sampah di dekat meja. Luna buru-buru menutup mulut untuk menahan jeritannya. Terdengar dengusan dan tarikan napas di belakang dan membuatnya mematung. Dengan hati-hati ia melirik ke belakang. Untungnya papa tidak terbangun.

Sambil menggerutu pelan Ia membereskan sampah yang berserakan. Untunglah keranjang sampah itu hanya berisi sampah kering yang tidak terlalu banyak. Potongan kertas dengan coretan angka-angka yang tidak Luna mengerti, lalu plastik bekas saus martabak dan kardusnya, kemudian ada sebuah amplop.

Tunggu dulu .... Amplop?

Luna buru-buru membatalkan niat untuk memasukan kembali amplop itu ke keranjang sampah. Ia mengintip isinya dan syukurlah ternyata surat itu masih ada di sana. Sambil setengah berlari dan tidak mencuci tangan (karena takut papanya akan bangun kalau ia ke kamar mandi.) ia langsung kembali ke kamar sambil mendekap amplop itu di dadanya.

Begitu duduk di ranjang. Luna menarik napas panjang, sekali untuk meredakan rasa tegangnya, dan dua kali agar ia siap untuk apa yang ia baca di surat itu. Termasuk kalau mimpi buruknya tadi siang benar-benar jadi kenyataan.

Ia mengeluarkan surat dari amplop dan membukanya, surat itu diketik oleh komputer dan tampak resmi. Di kepala suratnya tertulis dengan huruf kapital kaku yang besar – GARDA PATRIOT – CABANG NOMOR EMPAT DARI PERKUMPULAN GARDA NUSANTARA.

Garda Patriot hanya sebuah cabang? Pikir Luna takjub. Berarti selama ini ada banyak garda lain yang tersebar di seluruh negara ini. Itu artinya banyak orang lain yang seperti dirinya.

Luna lalu membaca sisanya masih dengan hati berdebar-debar.

Kepada Yang terhormat Bapak/ibu orangtua/wali di tempat.

Dengan surat ini, kami menyatakan bahwa putra/putri dari bapak/ibu

Nama: Skolastika Luna Sudarso

Usia: Dua belas tahun.

Kami nyatakan layak untuk mengikuti pelatihan Garda Taruna angkatan kedua dari Garda Patriot.

Adapun pelatihan akan diadakan di Desa Cipuyang – Jawa Barat dari tanggal 26 Juni s/d 2 Juli 2022. dengan tidak dipungut biaya apapun.

Kami hanya mohon kesediaan bapak/ibu sebagai orangtua/wali untuk menandatangani surat persetujuan terlampir sebagai satu-satunya syarat untuk mengikuti pelatihan ini.

Pemberitahuan lebih lanjut tentang kegiatan ini (Termasuk kebutuhan yang harus dibawa.) akan diberitahukan lebih lanjut dalam pertemuan-pertemuan mendatang.

Demikanlah kami sampaikan kepada Bapak/Ibu. Atas bantuan dan perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Tertanda.

Prawira Wicaksono

Pendamping Garda Patriot

"Wow," Luna berbisik, tangannya gemetar sementara jantungnya terasa nyaris meledak saking senangnya. Seandainya saja sekarang bukan malam hari, ia pasti sudah berteriak kegirangan sambil melompat di kasur atau berlari-lari mengelilingi kamar.

Setelah kejadian pohon jambu kemarin. Alih-alih marah, Pak Wira ternyata memberinya kejutan besar. Sebuah kesempatan yang begitu ia dambakan. Jika berhasil menjalani pelatihan ini, menjadi jagoan untuk menolong orang lain mungkin bukan angan-angan lagi.

Namun, semangat Luna meredup ketika membaca baris-baris pernyataan persetujuan dibawahnya. Di sana jelas tertulis bahwa hanya orang tua atau wali yang harus menandatanganinya, atau ia tidak boleh pergi. Namun, dari sikap papanya jelas ia tidak mau Luna pergi, dan alasannya sudah bisa ditebak: Terlalu berbahaya.

Luna akhirnya memasukan surat itu kembali ke dalam amplop, lalu menyimpannya di dalam laci meja kecil di sebelah ranjang. Ia berpikir lama sampai akhirnya tertidur dengan pertanyaan yang terus melayang dalam pikirannya.

Bagaimana caranya agar papa memberinya izin agar ia bisa pergi? 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro