11. Hampir Tahu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Padahal dunia ini luas tapi kenapa selalu bertemu dengan dia yang tidak aku suka.

-MIVI-

Mike membelokkan mobilnya ke halaman rumah. Terdapat mobil berwarna merah yang terparkir rapi di halaman. Langsung saja mood laki-laki itu berubah drastis. Decakan kesal keluar dari mulut Mike. Dia membuka pintu mobil dengan kasar.

Via menatap Mike bingung. Tidak seperti biasanya. Padahal tadi mereka masih melempar ejekan satu sama lain. Bahkan tadi juga Mike sempat tertawa tapi ada apa dengan laki-laki itu sekarang. Matanya menatap mobil merah yang terasa asing di matanya. Sepengetahuannya Mike tidak memiliki mobil berwarna merah. Apalagi orangtuannya atau mungkin saja itu mobil baru (?)

Matanya membulat sempurna saat tau di dalam sana ada Gladis yang sedang asik tertawa bersama Wawan dan Ratna--orangtua Mike. Perkataan perempuan itu masih terngiang jelas di benaknya. Kata-kata pedas itu pula yang membuatnya menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Rose. Bisa-bisanya Gladis tertawa seakan tidak ada salah padanya.

Wawan menatap putranya yang baru saja pulang dengan membawa seorang perempuan. Dia sudah tidak asing lagi dengan Via. Perempuan itu sering bermain ke rumah Mike ataupun ke rumah Mika yang terletak di depan sana. Bisa dikatakan rumah Mike dan Mika itu saling berhadapan. Hanya terpisah jalan kompleks.

"Pagi, Om, Tante," sapa Via sopan. Dia masih memiliki etika. Walaupun Via itu termasuk perempuan bar-bar.

"Ternyata ke rumah kamu, ya? Pantesan Tante sama Om cari enggak ada. Numpang sarapan?" tanya Ratna yang bermaksud melempar candaan.

"Besok enggak usah dibukain pintu aja, Vi," suruh Wawan dan terkekeh pelan.

Gladis menatap interaksi itu dengan tidak suka. Pasalnya dia menjadi diacuhkan oleh orangtua Mike. Susah payah datang pagi-pagi kemari. Niatnya ingin mengajak jalan Mike ternyata laki-laki itu sudah pergi duluan ke rumah Via.

"Eh, iya kenalin dong ini Gladis calon is-"

"Ikut gue ke dalam aja, Vi." Mike memotong perkataan Wawan dan menarik tangan Via sebelum mendengar terlalu jauh.

Sebenarnya Via merasa penasaran dengan perkataan Wawan yang berhenti di tengah jalan. Sikap Mike juga berbeda saat papinya bermaksud mengatakan entahlah apa itu. Tapi yang jelas Mike seperti tidak suka dengan situasi ini.

"Bokap lo tadi mau bilang apa? Kok ada calon segala?" sifat penasaran Via mulai keluar. Sebenarnya tidak terlalu hanya saja ingin tahu.

"Enggak penting, anggap aja angin lalu."

Setelah mendapatkan dompetnya yang ternyata ada di dalam jaket, Mike malah sekalian memakai jaket itu. Mereka kembali lagi ke ruang tamu. Via berniat untuk berpamitan dengan orangtua Mike tapi laki-laki itu malah menariknya asal tanpa mengatakan satu patah katapun.

Ratna yang paham akan hal itu hanya tersenyum dan mengangguk ke arah Via. Sakan memberikan izin pada anak itu. Via dapat menangkap raut tidak suka dari wajah Wawan. Mungkinkah tidak suka pada kehadiran Via? Atau pada perlakuan Mike?

Via juga menangkap raut tidak suka dari wajah Gladis. Hal yang menjadi pertanyaan dalam benaknya adalah ada hubungan apa perempuan itu dengan keluarga Mike. Bahkan mereka--orangtua Mike dan Gladis--terlihat begitu akrab. Apalagi tadi sayup-sayup Via mendengar obrolan mereka yang terkesan santai.

"Ada hubungan apa Gladis sama lo? Katanya udah mantan tapi kok masih apel ke rumah? Pagi-pagi pula."

"Kenapa? Lo cemburu?" goda Mike pada Via. Itu hanya siasat Mike untuk mengalihkan pembicaraan. Dia sedang tidak mau bercerita panjang lebar. Dirinya juga tidak bermaksud untuk menutup-nutupi kenyataan.

"Apa lo bilang?! Cemburu?!"

"Huh! In your dream!"

Mike tertawa saat niatnya ternyata berhasil. Perempuan itu malah sedang menggerutu tidak jelas dan berjalan di depannya. Mungkin berniat akan meninggalkannya.

"Via?!"

Merasa ada yang memanggil namanya, Via menoleh ke kiri dan kanan. Tidak ada orang tapi suara itu masih terdengar. Bahkan lebih keras dari yang pertama.

"Via?! Gue ada di atas!"

Via menatap bangunan rumah di sebrang jalan. Matanya melotot melihat Mika yang melambai padanya dari balkon kamar yang terletak di lantai dua. Memang benar-benar toa perempuan itu. Bisa jadi tertular sifat Via yang juga suka berteriak.

"Lo mau kemana?! Kok udah cakep aja!" masih dengan suara yang keras.

Via menatap sekeliling. Ada pedagang sayur yang sedang mangkal tidak jauh dari tempatnya berdiri. Berjarak sekitar tiga rumah dari rumah Mike. Kebetulan ada ibu-ibu yang sedang berkerumun memilih sayuran. Malu sekali wajah ini.

"Lo mau kemana sama, Curut?!"

"Mau beli skincare!" jawab Via tidak kalah keras dari Mika. Persetan dengan rasa malu. Drinya kalau ingat kata skincare langsung lupa pada semuanya. Contohnya pada keadaan saat ini.

Mike sudah menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Semoga saja setelah ini Ratna--Mami Mike-- tidak kena amuk ibu-ibu kompleks.

"Tunggu! Gue ikut!" Mika berlari masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya.

Kurang lebih lima belas menit kemudian Mika keluar rumah dengan menggunakan celana jeans dan sweater berwarna krem. Tidak lupa dengan sepatu berwarna putihnya. Sudah kece badai menampilkannya itu.

"Paripurna banget penampilan kita hari ini. Apalagi mau ditraktir skincare sama Sayang. Iya, kan, Yang?" Via menaik turunkan alisnya.

Mata Mika berbinar mendengar perkataan Via. Untung saja tadi dia memutuskan untuk ikut mereka--Via dan Mike--yang ternyata akan pergi shopping. Matanya juga tidak sengaja melihat Gladis yang keluar dari rumah Mike. Bisa gawat kalau perempuan itu ikut.

"Ayo cepet! Takut keburu ada hama yang mau ikut!" ucap Mika sengaja suaranya dibuat keras agar Gladis dapat mendengarnya.

"Ngomong-ngomong gue juga masih kesel, ya sama lo, Ka. Kemarin lo enggak anter gue pul-"

"Iya-iya gue tau lo kesel tapi sekarang lebih darurat lagi kalau lo enggak cepet masuk mobil. Bahkan mungkin kejadian kemarin bisa keulang!"

Via menatap ke belakang mendapati Gladis yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum. Itu senyum palsu!

Dengan cepat Via masuk mobil disusul oleh Mika yang langsung meminta Mike untuk segera tancap gas. Sekarang dia paham dengan ucapan Mika tadi. Untung saja dirinya itu peka tidak seperti Mike dan Dani kemarin.

"Untung enggak ikut. Tadi Om marah enggak?"

"Enggak, gue tadi langsung keluar. Kalau enggak, paling tadi Gladis disuruh buat ikut."

"Ogah banget gue satu mobil lagi sama dia!"

Via menatap Mika kesal, "Kemarin yang mau siapa? Jangan sok lupa, deh!"

Mika hanya meringis mengingat hal itu.

"Lagian siapa, sih Gladis?"

"Man-"

"Iya, gue tau kalau itu mantan Mike. Tapi kenapa juga dia masih apel ke rumah? Jangan-jangan ada yang lain."

Via menoleh ke belakang menatap Mika dan menoleh ke samping menatap Mike. Dia bergantian menatap kedua orang itu dengan curiga.

Assalamualaikum

Waktunya hari Minggu ini ditemani dengan Abang Mike dan Den Ayu Via hahahha

Gimana gimana? Komen kalian mana, sih?! Aku tunggu gak ada huhuhuhu

Harusnya tadi pagi mau update tapi gegara diajak lari jadi yah begitulah.

Still waiting for vote and bom comment

Jogja | 20 September 2020 | 08.31

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro