28. A Plane

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Manusia hanya bisa merencanakan dan Tuhan yang akan mengabulkan.

-MIVI-

Cuaca panas di luar membuat perempuan yang memakai hem kotak-kotak itu menyetel AC hingga ke suhu paling rendah. Tadi saat perjalanan ke rumah Mika, dia sempat terjebak macet. Kesal pastinya, apalagi sedang panas-panasnya.

"Flower of evil happy or sad ending? Trauma gue kalau yang main Lee Joon-gi, nanti takut kayak di moon lovers."

Mika mencari episode 16 di file miliknya. Memutarnya dan mempercepat waktu ke menit terakhir. Dia memutar laptop ke arah Via yang sedang rebahan sambil memainkan ponsel.

"Nih, liat aja sendiri."

Via menoleh dan melotot," Lo kok malah liatin gue ending-nya, sih?!"

"Tadi katanya tanya happy or sad, ya gue kasih liat sendiri dong."

Dengan bibir manyun seperti bebek, Via mem-pause video di depannya. Dia membalikkan kembali laptop milik Mika dan melanjutkan acara rebahan.

Alasannya datang ke rumah Mika selain karena ingin meng-copy drama Korea, juga karena malas berada di rumah. Bagaimana tidak malas kalau di sana dia hanya menjadi kambing congek untuk Brian dan Jenny. Laki-laki itu sudah gesit sekali mendekati saudara tirinya. Lagipula dirinya juga tidak keberatan kalau mereka jadian. Tetapi tolonglah ingat kondisi. Masa iya apel di rumah dengan Via yang hanya bisa ngejongkrok diam melihat Brian sedang modus.

"Beberapa hari lagi udah mau ulangan  semester. Kalau lo lupa udah gue ingetin."

Via melirik Mika sekilas. Temannya itu masih sibuk mengotak-atik laptop.

"Gue udah tahu. Emang lo pikir gue pikun apa? Sampai hal sepenting itu gue lupa."

"Mikir aja, lo harus lebih rajin belajar. Inget, kita udah mau otw tahun terakhir."

Via mengangguk mengerti. Dia juga tidak menyangka kalau waktu cepat berlalu. Sebentar lagi mereka akan menghadapi tahun terakhir dengan kesibukan luar biasa. Apalagi membahas soal skripsi. Membayangkannya saja sudah membuat otak Via berdisko ria.

Tiba-tiba pintu kamar Mika dibuka secara kasar. Muncul laki-laki yang tidak tahu dosa langsung ikut berbaring di sebelah Via. Tangannya langsung merampas paksa ponsel yang menjadi fokus Via sedari tadi.

"What the fu--"

Perkataan Via berhenti di tengah jalan saat ada tangan besar yang membungkam mulutnya.

"Cewek jangan ngomong kasar. Nanti takutnya nurun ke anak-anak kita," kata Mike sambil mengerling jahil.

Dengan kasar Via menggeplak tangan Mike yang masih setia bertengger di mulutnya.

"Enak aja! First kiss gue udah lo ambil secara enggak manusiawi! Sialan!"

Kepala Mike menoleh menatap Via bingung, "Gue enggak cium lo. Lagian kalau mau cium lo, gue maunya setelah kita halal aja. Tapi kalau lo udah enggak betah dan ngebet banget, langsung sekarang juga enggak apa-apa."

Mike meringis sakit saat mulutnya mendapat tamparan tangan dari Via.

"Lambemu dower kui! Bibir gue bersih dan masih suci tapi setelah tangan laknat lo mendarat dengan mulus di atas bibir gue, itu udah menghilangkan kesuciannya! Paham lo?!"

"Mana tangan lo bau kecing lagi!"

Mike yang awalnya tengkurap langsung mengubah posisinya menjadi miring dengan tangan kanan sebagai penyangga kepala. Tangan kirinya dia angkat dan mendekatkannya ke hidung, bermaksud untuk menciumnya. Memastikan apakah perkataan Via benar.

"Mana ada?! Hidung lo aja yang bermasalah! Wangi gini dibilang kecing! Jigong lo tuh yang bau kecing!"

Dia menatap Via yang masih dilanda emosi tidak jelas.  Enak saja mengatai dirinya. Sepertinya tingkat ketidak jelasan Via meningkatkan derastis.

"Lebay banget!" komentar Mika yang sedari menjadi pendengar setia.

Via mengacuhkan Mika dan mengambil paksa kembali ponselnya yang masih ada di genggaman tangan Mike. Punya ponsel sendiri kenapa malah rebut punya orang. Untung kenal, kalau tidak mungkin sedari tadi Via sudah berteriak kalau ada maling.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Mika setelah menutup laptop dan menyerahkan flashdisk milik Via.

"Gegara Via gue jadi lupa tujuan ke sini," ucap Mike sinis. Dia jadi kesal karena Via telah memukul mulutnya dengan alasan yang tidak jelas.

"Satu titik dua koma, gue cantik elo suka," Via menyenderkan punggungnya di kepala tempat tidur sambil mengedipkan mata genit.

"Kalau iya, kenapa?" tantang Mike

Via menaikkan alis, "Masa seh?!" kata  Via keras mengalahkan suara Ochi YouTubers terkenal.

Mike bertepuk tangan dengan keras guna mengalihkan pandangan mereka ke dirinya.

"Gue tanya lagi, lo mau ngomong apa?! Heran, deh. Tadi Via yang katanya jadi kambing congek di rumahnya makanya ke sini. Sekarang gue yang jadi congek gegara Mike dateng! Kalau mau pacaran pergi sana!"

"Bikin nyesek aja, deh!" lanjut Mika.

Via dengan tampang tanpa dosa kembali sibuk dengan ponsel. Sedangkan Mike, dia mendudukkan tubuhnya dan menatap kedua perempuan itu dengan serius.

"Anak futsal ada event setelah ujian selesai. Cuma buat referensing aja, biar otak enggak bobrok-bobrok amat setelah dibuat mikir."

"Acaranya apa?" tanya Mika yang duduk bersila di sebelah kaki Via.

"Camping doang. Boleh ngajak orang luar asal enggak banyak-banyak. Kalau banyak orang yang ikut nanti takutnya malah ribet. Persiapan makin banyak dan tanggung jawab anak futsal juga bertambah besar."

"Awalnya cuma khusus buat anak futsal aja karena udah lama enggak kumpul bareng. Tapi ada yang tanya kalau orang luar boleh ikut enggak, katanya boleh. Tapi, ya itu tadi, enggak boleh banyak-banyak."

Via mematikan ponsel dan menatap Mike yang sudah kembali tiduran. Kali ini dia menggunakan paha Via untuk ia jadikan bantal.

"Siapa aja yang udah lo ajak?"

Mike menatap Via dari bawah. Perempuan itu juga sedang menatapnya menunduk.

"Cuma kalian berdua. Paling Brian ngajak Jenny terus David ngajak bini sama anaknya. Itupun kalau David ikut."

"Ada Dani enggak?" tanya Mika dengan mata berbinar penuh harap.

"Inget, njir! Dia bukan anak futsal!" Via mendorong pelan lengan Mika.

"Lagian cuma boleh ajak dua orang aja, enggak lebih. Nanti udah ada banyak orang, gue udah bilang tadi. Ini tuh cuma acara buat kumpul anak futsal. Kalau alat-alat camping nanti bisa cari sendiri-sendiri," jelas Mike panjang lebar.

Mike menatap Via dan Mika bergantian. Menunggu respon keduanya yang sejak tadi hanya diam. Apalagi Mika yang sudah mengubah raut wajahnya menjadi sendu gara-gara tidak ada Dani.

"Medusa ikut enggak?" kali ini Via bertanya dengan mata memincing.

"Harus berapa kali, sih, Yang gue jelasin?! Gue cuma ngajak kalian berdua dan enggak boleh lebih dari dua orang!" geram Mike merasa gemas sendiri.

"Males gue kalau ada Medusa!"

"Sama! Denger namanya aja udah bikin gue bad mood!" setuju Mika.

"Intinya kalian ikut enggak?!" Teriak Mike yang sudah mencapai puncak kesabaran.

"Ikut!" teriak mereka berdua yang tidak kalah keras dari teriakkan Mike sebelumnya.

Assalamualaikum

Update malam, nih. Tadi seharian aku sibuk bgt makanya update baru sekarang.

Masih nunggu vote sama bom komentarnya.

Jogja | 20 Oktober 2020 | 19.52

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro