Tugas Seleksi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tugas Seleksi Tahap 4 Fantasy_Quinceline(QuincelineWriter)

*
*
*

“Totalnya menjadi delapan dollar.” Caleb Roarke, pria berusia dua puluh lima tahun yang bekerja sebagai karyawan di salah satu supermarket dia Dallas itu memberikan kantong belanjaan kepada wanita di hadapannya.

Namun baru saja menatap sang pengunjung dengan senyuman, tiba-tiba saja Caleb langsung menunduk. Senyuman yang semula menghiasi wajahnya seketika lenyap karena melihat sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilihatnya. Bukan karena pakaian seksi yang dikenakan wanita itu sehingga membuat payudaranya yang penuh seperti nyaris meledak dalam tanktopnya. Melainkan iblis tak kasatmata yang melilit tubuh wanita itu yang membuat Caleb ketakutan. Iblis dengan kuncup bunga di atas kepala serta akar hijau merambat yang melilit tubuh wanita itu. Mengikatnya serta menguras energi wanita itu sehingga tidak heran dia tampak begitu lelah.
Ya, Caleb bukanlah orang yang biasa. Dia dianugerahi oleh Tuhan memiliki mata yang memiliki kemampuan di atas manusia pada umumnya. Pria dengan rambut coklat gelap yang dipotong pendek itu mampu melihat para iblis yang hidup berdampingan dengan manusia. Bukan hanya bisa melihat, tapi Caleb juga bisa menarik perhatian para iblis itu tanpa harus melakukan apapun.

“Ini uangnya. Terima kasih.” Wanita itu meletakkan lembaran uang pas di atas meja lalu mengambil barang belanjaannya.

Caleb bisa bernafas lega karena wanita itu sudah beranjak pergi. Pria yang mengenakan seragam supermarket berwarna biru itu memberanikan dirinya untuk mendongak.

Aku berharap iblis itu menghilang. Gumam Caleb dalam hati.

Pria itu bisa bernafas lega. Dia bahkan mengelus dadanya yang sedari tadi berdebar kencang. Kemampuannya ini membuat Caleb merasa tidak nyaman di manapun.

“Apakah kamu mencariku, Pria tampan?”

Seketika Caleb langsung berteriak dan terlonjak kaget ke arah kanannya. Pasalnya, iblis tanaman yang dipikirnya sudah menghilang tiba-tiba berada di sisi kirinya. Caleb yang jatuh terduduk di lantai, melihat iblis wanita itu tersenyum padanya.

“Kamu memiliki wajah yang tampan. Sudah seharusnya ketampananmu memberikanku energi agar aku bisa terlihat cantik.” Iblis itu mengeluarkan akar-akar merambat yang diarahkannya kepada Caleb.

Namun sebelum ujung akar itu menyentuh tubuh Caleb, ada sesuatu yang menahan mereka. Seolah ada dinding tebal yang melindungi pria itu. Padahal Caleb sudah memejamkan matanya karena takut dengan rasa sakit yang akan diterimanya akibat serangan itu.

“Sialan! Kamu bahkan memiliki pelindung.” Kesal iblis itu karena tidak bisa menyerang Caleb.

“Pelindung?” gumam Caleb memikirkan apa yang dimaksud oleh iblis itu.

Kemudian Caleb teringat dengan kalung yang dikenakannya. Dia mengeluarkan kalung itu dari balik kemejanya. Tampak sebuah kalung bandul berbentuk botol yang sudah diisi dengan batu garam. Caleb mendapatkan kalung itu dari seorang cenayang yang ditemuinya beberapa bulan yang lalu. Cenayang itu mengatakan jika kandungan garam dalam batu itu akan melindungi Caleb dari para iblis yang menginginkannya. Karena garam mengeluarkan energi elektromagnetik garam yang menetralisir keberadaan gelombang iblis.

"Pelindung sialan! Aku akan mengawasimu, Pria Tampan. Sampai pelindung itu hilang, kamu pasti menjadi milikku." Iblis itu pun beranjak pergi membuat Caleb menghela nafas berat.

"Caleb!" panggil seseorang menepuk bahu pria itu.

Caleb yang terkejut langsung berteriak.

"Hei! Ini aku David." Pria berambut blonde itu berusaha menenangkan rekan kerjanya.

Caleb menghela nafas lega karena disampingnya bukan iblis melainkan manusia.

"Maafkan aku, David." Caleb kembali berdiri dibantu oleh rekannya.

"Apakah kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat." David mencemaskan pria yang lebih muda dua tahun darinya.

Caleb menganggukkan kepalanya. "Ya, aku baik-baik saja."

"Apakah kamu melihat iblis lagi?" David awalnya tidak percaya saat Caleb mengatakan jika dia bisa melihat iblis. Tapi setelah melihat dengan matanya sendiri tubuh Caleb melayang di udara karena ulah iblis, barulah pria itu percaya.

Caleb menganggukkan kepalanya. “Ya, aku melihatnya. Dia berusaha menyerangmu.”

“Tapi kamu tidak apa-apa, bukan?” David tampak terkejut mendengarnya.

“Aku baik-baik saja. Beruntung aku memiliki kalung ini.” Caleb menunjukkan kalung yang menggantung di lehernya.

David menatap kalung itu. “Syukurlah kamu baik-baik saja. Karena jam kerjamu sudah habis, sebaiknya kamu mengganti pakaianmu, Caleb. Aku melihat adikmu berada di depan menunggumu.”

“Carol datang?” terkejut Caleb.
David menganggukkan kepalanya. “Ya, kamu bisa pergi sekarang. Aku akan menggantikanmu.”

“Terimakasih, David.” Caleb bergegas menuju belakang supermarket untuk mengganti pakaiannya.

Tak butuh waktu lama Caleb sudah mengganti pakaiannya dengan hoodie hitam itu bergegas menuju pintu supermarket. Dia melambaikan tangan ke arah David sebelum akhirnya mendorong pintu kaca dan melangkah keluar.

“Caleb!” seru seorang gadis berusia dua puluh tahun berlari ke arah sang kakak. Carol merupakan Caleb dalam versi perempuan. Pasalnya mereka seperti saudara kembar karena wajah mereka mirip.

"Ayo kita pulang bersama!" Carol begitu bersemangat seperti biasanya.
Mereka pun berjalan menyusuri jalan kecil di samping supermarket. Carol memeluk lengan Caleb sembari melihat sekeliling dengan tatapan waspada.

“Bukankah kamu seharusnya langsung pulang ke rumah setelah kuliah, Carol?” tanya Caleb karena tidak biasanya sang adik datang ke tempat kerjanya.
Gadis dengan rambut coklat gelap bergelombang itu menggelengkan kepalanya. “Aku mau pulang bersamamu. Karena aku takut Caleb.”
Pria itu memicingkan matanya. "Takut? Takut apa?"

"Tadi teman-temanku bercerita soal hantu kayang." Carol menggigil takut.
"Hantu kayang?" Caleb baru pertama kali ini mendengar sebutan itu.

"Katanya ada beberapa orang yang melihat dan diganggu oleh hantu kayang di sekitar sini. Bahkan katanya ada yang sampai masuk rumah sakit karena kehabisan darah karena hantu kayang. Karena itu aku takut pulang sendiri." Carol tidak memiliki kemampuan seperti Caleb. Tapi dia sangatlah penakut.

"Kehabisan darah? Bukankah hantu kayang lebih mirip vampir?" Caleb ingat pada makhluk penghisap darah.

Carol mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, yang pasti hantu kayang itu berbahaya."

Caleb yakin hantu kayang yang dimaksud pasti merupakan iblis. Karena hantu tidak akan menyakiti manusia. Mereka hanya menunjukkan keberadaan mereka tanpa bisa menyentuh manusia.

"Caleb, apakah kamu tidak merasa tiba-tiba dingin?" tubuh Carol menggigil. Bukan karena menggigil kedinginan tapi suhu di sekitarnya yang menjadi dingin.

Hal itu bukan disebabkan oleh cuaca yang membuat suhu disekitarnya menjadi turun. Tapi Caleb bisa melihat bayangan aneh tidak jauh di hadapannya. Pria itu menghentikan langkahnya dan dia menarik sang adik di belakangnya.

“Ada apa, Caleb?” tanya Carol bingung.

“Sepertinya teman-temanmu memang benar soal hantu kayang, Carol.”

Saat itulah Caleb bisa melihat sebuah makhluk muncul dari dalam kegelapan. Seorang wanita berambut panjang berjalan dengan tidak wajah. Pasalnya makhluk itu berjalan menggunakan kedua kaki dan tangan di mana posisinya terbalik, dada dan perutnya menghadap ke atas. Gerakan berjalannya semakin cepat menuju ke arah Caleb. Segera pria itu mengeluarkan kalung dengan bandul batu garam dari balik hoodienya.

“Carol, berlari kembali ke supermarket.” Caleb takut jika iblis kayang itu menyakiti adiknya.

“Tapi bagaimana denganmu?”

“Aku akan baik-baik saja. Pergilah!” perintah Caleb tanpa menoleh. Dia bisa melihat iblis itu semakin mendekat.

Carol awalnya ragu karena takut kakaknya terluka. Tapi kemudian dia menuruti ucapan pria itu. Segera gadis yang saat ini mengenakan kaos pink lembut dengan rok mini merah itu langsung berlari meninggalkan Caleb.
Sekarang hanya menyisakan Caleb bersama dengan iblis yang nyaris mendekatinya. Pria itu sebenarnya takut. Bahkan tangannya yang memegang kalung yang dikenakannya tampak gemetar. Dia sangat yakin iblis itu akan memiliki nasib sama dengan iblis bunga tadi. Tapi ternyata perkiraan Caleb meleset. Iblis wantia itu melompat ke arahnya dan menubruk tubuh Caleb sehingga terjatuh ke jalan.

Caleb meringis sakit karena benturan tubuhnya dengan jalan yang begitu keras itu. Lalu pria itu membuka matanya. Seketika nafasnya tercekat melihat iblis kayang itu menindih tubuhnya. Wajahnya yang penuh luka dan darah menjadi lebih mengerikan tatkala iblis itu memutar kepalanya seratus delapan puluh derajat.

“Apakah kamu pikir kalung itu bisa menghentikanku, Manusia bodoh?” dengan mudahnya iblis kayang itu menarik kalung itu hingga terlepas dari leher Caleb. Kemudian melemparkannya asal.

Ketakutan Caleb semakin besar. Karena dia tidak memiliki pelindung lagi sehingga tidak ada lagi yang bisa menghalangi iblis itu untuk menyakitinya.

“Sekarang kamu menjadi milikku, Manusia Bodoh.” Iblis itu mencekik leher Caleb dengan kedua tangannya.
Sakit dan kesulitan bernafas. Itulah yang dirasakan oleh Caleb. Tidak hanya itu, tangan iblis yang menyentuh kulitnya terasa begitu panas. Caleb melihat bibir iblis yang telah robek di kedua sisinya tampak melebar. Menampilkan gigi-gigi tajam yang mengerikan. Caleb berpikit iblis itu ingin melahapnya.

“Tidak semudah itu, Iblis sialan!”

Tiba-tiba sebuah pedang terayun memotong salah satu tangan iblis itu. Segera iblis kayang itu melepaskan cengkraman pada leher Caleb dan segera mundur beberapa langkah. Caleb terbatuk-batuk setelah terbebas dari cekikan yang nyaris membunuhnya. Tangan iblis kayang yang terpotong itu masih tertinggal di leher Caleb. Segera pria itu melepaskannya dan melemparkannya dengan jijik.

“Kamu baik-baik saja?” tanya sang penyelamat.

Caleb menoleh dan melihat seorang pria dengan jaket merah gelap panjang berdiri di sampingnya. Di tangan pria itu membawa sebuah pedang di tangannya. Pedang itu berwarna merah seperti darah.

“Ya, aku baik-baik saja. Terimakasih sudah menolongku.”

“Apa kamu bodoh? Kamu pikir iblis tingkat tinggi seperti itu bisa dikalahkan dengan kalung batu garammu?” pria itu melemparkan kalung milik yang dilemparkan oleh iblis kayang tadi dan langsung ditangkap oleh Caleb.

"Iblis tingkat tinggi? Memang siapa kamu?" bingung Caleb.

"Pemburu sialan! Beraninya menggangguku."

Bukan sang penolong yang menjawab melainkan iblis kayang yang berkata. Caleb menoleh ke arah iblis kayang itu. Dia terkejut melihat tangan yang sudah ditebas oleh pria bernama Dante itu sudah tumbuh kembali bahkan tidak ada bekas belahannya.

"Mengganggu? Bukan aku yang mengganggu, tapi kamu iblis menjijikkan." Dante mengacungkan pedangnya bersiap melawan iblis itu.
Dengan cepat iblis kayang itu bergerak ke arah Dante. Dia membuka mulutnya untuk menyemburkan cairan hitam ke arah pemburu itu namun Dante berhasil menghindar. Cairan itu jatuh ke atas daun kering di atas jalan. Seketika daun itu perlahan hancur karena cairan asam itu.

Caleb tercengang melihat betapa cepatnya Dante bergerak menuju iblis itu. Dia mengayunkan pedang dengan gerakan yang cepat. Ayunan pedang itu tepat mengenai leher iblis itu sebelum makhluk itu sempat menyerang Dante. Kepala iblis kayang itu jatuh ke jalan dan menggelinding. Perlahan tubuh dan kepala iblis kayang itu layaknya asap yang seketika lenyap.

Merasa sudah aman, Caleb berdiri dan menghampiri pria itu.

"Iblis itu menyebutmu 'pemburu', apa maksudnya?" tanya Caleb.

Dante memasukkan pedangnya ke dalam tongkat payung hitam yang dimilikinya. Dengan begitu tidak ada yang mengira jika itu adalah pedang.

"Aku memang pemburu. Tapi bukan pemburu hewan seperti pada umumnya. Aku adalah pemburu iblis seperti yang kamu lihat. Jika kamu memiliki kalung batu garam, maka kamu pasti bisa melihatnya bukan?"

Caleb menganggukkan kepalanya. "Ya, aku memang bisa melihatnya."

"Kamu harus berhati-hati, karena kamu memiliki tulang harum sehingga kamu selalu diincar oleh para iblis." Dante memberikan peringatan.

"Tulang harum?" Caleb berusaha mencium bau badannya. Tapi dia menghirup aroma keringatnya yang tidak enak.

"Bukan berarti kamu bisa mencium tulangmu. Hanya iblis yang bisa melakukannya." Dante menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan jika bertemu iblis seperti tadi?" tanya Caleb mengingat iblis kayang yang nyaris membunuhnya.

Dante mengeluarkan sebuah kartu dan menyerahkannya pada Caleb. "Kamu bisa menghubungiku. Tapi aku hanya akan melawan iblis tingkat tinggi. Aku tidak melayani iblis rendahan yang bisa dihalangi oleh kalung itu."

"Aku…"

"CALEB!!!"

Seruan itu membuat Caleb menoleh. Dia bisa melihat Carol dan David berlari menghampirinya.

"Carol memberitahuku jika kamu diserang lagi. Apakah kamu terluka?" David tampak panik.

"Aku baik-baik saja. Tadi aku ditolong oleh…" ucapan Caleb terpotong saat tidak mendapati Dante berada di dekatnya.

"Ditolong oleh siapa?" tanya Carol.
Caleb membaca kartu di tangannya. Kartu itu memperlihatkan nama dan nomor yang bisa dihadapi. Dan Caleb berhasil mengetahui nama pria yang menyelamatkannya.

"Aku ditolong oleh pria bernama Dante," jawab Caleb.

"Siapa Dante?" kali ini David yang bertanya.

Caleb menyunggingkan senyuman. "Aku akan memperkenalkannya jika aku bisa bertemu dengannya." Itupun jika aku bisa bertemu dengannya lagi.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro