Tugas Seleksi (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tugas Seleksi Tahap 4
Fantasy_NyayuSilviaArnaz
(NyayuSilviaArnaz)

*
*
*

Lu Xing Xing sedang berlindung di dalam goa karena hari tiba-tiba saja hujan saat dia sedang memetik beberapa tanaman obat herbal liar untuk dijual.

"Ini sepertinya pedang, tapi kenapa berada di sini?" ucap Lu Xing Xing dengan wajah penasaran. Tangannya berusaha untuk menarik pedang yang tertancap di batu berukuran lumayan besar.

Karena agak susah, Lu Xing Xing menariknya dengan kedua tangan. Setelah berusaha akhirnya pedang tersebut bisa lepas dari batu. Tak lama kemudian, pedang tersebut mengeluarkan cahaya putih kebiruan spontan dia menutup matanya. Setelah tak ada lagi cahaya yang keluar, dia membuka matanya kembali dan mengamati pedang tersebut.
"Kalau pedang ini dijual pasti mahal harganya," ucap Lu Xing Xing dengan senyuman di wajahnya sambil membayangkan berapa banyak tael yang akan dia dapat.

"Aku bukan pedang sembarangan yang bisa dijual dengan seenaknya!" Tiba-tiba sebuah suara muncul protes.

Lu Xing Xing segera menoleh ke semua sudut di dalam ruangan goa, tapi tak menemukan orang yang sedang berbicara. Aneh sekali! Tidak ada orang, kenapa ada suaranya.

"Hey Nona! Aku di sini, di dekatmu!" sahut suara itu untuk yang kedua kalinya.

Lu Xing Xing pun berpikir, seharusnya orang itu berada di dekatnya sebab suaranya terdengar sangat dekat.

"Apa mungkin itu adalah suara pedang ini?" ucap Lu Xing Xing dengan ragu-ragu sambil menatap pedang yang ada di genggaman tangannya.

"Iya, aku memang pedang. Nona adalah pemilik pedang yang selama ini aku cari. Akhirnya aku menemukanmu!"

"Hah? Pemilik pedang? Apa maksudnya? Aku saja tak pandai menggunakan pedang," sahut Lu Xing Xing yang tak paham.

"Aku tak bisa menjadi pemilikmu, aku tak layak untuk itu," sambungnya.
Lu Xing Xing kemudian menunjukkan keranjang rotan yang tak jauh dari yang berisi beberapa tanaman herbal liar yang dipetiknya. "Kau lihat 'kan apa isinya, aku hanya penjual tanaman herbal bukan seorang ahli pedang yang kau harapkan. Jadi, cari saja pemilik pedang yang baru." Pedang tak menyahut ucapan Lu Xing Xing, dia malah masuk ke dalam keranjang rotan.

Setelah mengatakan itu Lu Xing Xing pergi meninggalkan gua tempatnya berteduh. Di luar kebetulan hujan telah reda. Satu jam berjalan, akhirnya Lu Xing Xing sampai di rumahnya. Di rumah dia hanya tinggal sendirian setelah kedua orang tuanya tiada. Gadis itu membersihkan dan mencuci tanaman herbal sebelum pergi menjualnya. Lu Xing Xing menjual tanaman herbal di toko milik keluarga Liu.

"Nona Lu, kau dengar kabar tidak pagi ini?" tanya Nona Kedua, Liu Shao sembari menyerahkan sekantong uang kepada Lu Xing Xing.

"Kabar apa? Aku belum tahu, aku pagi ini langsung ke hutan," jawab Xing, menyimpan kantong uang di dalam tas rajutnya.

"Beberapa orang ditemukan tergeletak tak bernyawa. Dua orang laki-laki dan satu orang perempuan, umur mereka sekitar tiga puluh tahunan. Tabib yang memeriksanya mengatakan mereka dibunuh oleh siluman."

Lu Xing Xing tampak tidak terkejut dengan berita tersebut. "Kenapa mereka bisa meninggal?" tanyanya. Ini sudah kali kelima kalinya kasus yang sama. Apakah pelakunya sama yaitu kaum siluman? Kasihan sekali mereka, batinnya.

"Kata warga yang sempat melihat, ketiga orang itu terlihat sedang berada di atas perahu menangkap ikan. Dan setelah itu tak melihat lagi, dan menemukan jika ketiga orang itu sudah tak bernyawa terdampar di daratan di dekat sungai tempat mereka memancing. Sekarang banyak siluman yang berkeliaran, jadi kau harus berhati-hati," pesan Liu Shao.

"Ya, aku mengerti. Terima kasih," sahut Lu Xing Xing.

Baru saja Lu Xing Xing ingin berbalik pulang ke rumah, dia mendengar suara teriakan kesakitan. Liu Shao pun mencari asal sumber suara. Apakah siluman yang dimaksud tabib kembali beraksi, bahkan siang hari?

"Nona Liu, ayo kita cari asal sumber suaranya." Nona Muda Liu pun mengangguk setuju. Dia meminta pegawainya untuk menjaga toko dan berhati-hati.

Sampailah mereka berdua asal sumber suara yang rupanya tak jauh dari lokasi toko keluarga Liu. Mereka berdua bersembunyi di balik pohon tua besar. Seorang gadis berusia lima belas tahun tubuhnya sedang diikat dengan tali sihir dan terangkat ke udara. Keadaan gadis itu memprihatinkan, rambutnya acak-acakan dan tubuhnya penuh dengan luka serta hanfu merah muda yang dipakainya sobek di beberapa tempat akibat berusaha melarikan diri. Dan seorang wanita mengeluarkan lima bola merah berukuran kecil dan mengendalikannya, kelima bola merah berputar di atas tangannya. Wanita itu mengeluarkan dengan paksa inti jiwa dari dada gadis kecil itu dan menyerapnya. Gadis kecil itu lemas terkulai tak berdaya, bahkan tak sanggup untuk berteriak meminta pertolongan.

"Dia adalah Xiao Yun. Dia adalah siluman besar yang dimaksud oleh mereka," ujar Liu Shao setelah beberapa saat mengamati wajah, kekuatan, dan postur tubuh wanita kejam tersebut.

"Kita harus menolongnya, jika tidak gadis itu bisa saja kehilangan nyawanya seperti yang lainnya," ucap Lu Xing Xing merasa tak tega dengan gadis kecil itu.

Gadis kecil itu tentu saja tak mempunyai salah dan berdosa, mengapa harus mati di tangan siluman kejam? Liu Shao pun mengangguk setuju dengan ucapan Lu Xing Xing.
Lu Xing Xing memusatkan pikiran dan mengerahkan kekuatan spiritualnya bersamaan dengan Liu Shao ke arah Xiao Yun. Berhasil. Berkat kerja sama mereka berdua, Xiao Yun menghentikan proses pengambilan inti jiwa dari si gadis kecil dan mencari siapa yang telah berani menyerangnya secara sembunyi. Secara kompak kedua gadis muda itu  keluar dari tempat persembunyian. Keduanya berdiri berdampingan.

"Lepaskan gadis kecil itu!" Lu Xing Xing berkata dengan berani menunjuk gadis kecil yang masih terikat tali melayang di udara. Kedua mata gadis itu tertutup dan beberapa tetes darah tampak membasahi pakaian yang dipakainya.
Xiao Yun tersenyum miring menatap kedua gadis muda yang menatapnya dengan berani tanpa rasa takut. "Bagus sekali! Kalian datang sendiri untuk menantangku. Aku hari ini tidak hanya mendapatkan satu orang gadis, melainkan tiga orang gadis secara sekaligus."

Wanita itu membuka tangan kanannya dan mengeluarkan cambuk iblisnya yang bergerigi tajam setelah menyimpan kembali lima bola kecil merah. Lu Xing Xing dan Liu Shao segera bergerak menghindar.

"Sudah banyak nyawa orang yang tak bersalah yang kau ambil!" Liu Shao berkata dengan nada marah.

"Dan hari ini nyawa kalian berdua yang akan aku ambil. Dan setelah ini anakku akan bangkit kembali!" jawab Xiao Yun dengan nada percaya diri. Wanita itu memandang dengan remeh kedua gadis muda itu. Dia tahu keduanya sama sekali bukanlah tandingan mereka. Dia sudah mengumpulkan 148 inti jiwa yang berasal dari kaum siluman dan manusia. Putri kesayangannya terluka parah akibat diserang oleh He Na. He Na adalah musuh bebuyutan Xiao Yun. He Na adalah pemimpin sekte. He Na sudah lima tahun yang lalu menghilang dan tak kembali lagi.

Lu Xing Xing mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menyerang Xiao Yun. Wanita itu dengan mudah menghindar dari serangan Lu Xing Xing, dan menyerang balik. Kekuatan spiritual Xiao Yun meleset dan mengenai pepohonan sehingga pepohonan di belakang Lu Xing Xing terbakar sehingga mengeluarkan bau asap. Meskipun Lu Xing Xing menyadari jika lawannya sangatlah kuat, dia tetap berusaha untuk menyerang dan melawan Xiao Yun dengan segenap kemampuannya.

Melihat keadaan gadis kecil yang semakin parah, Liu Shao berinisiatif bergerak untuk melepaskan si gadis kecil dari ikatan tali spiritual dan berusaha keras untuk membebaskannya. Liu Shao membawa gadis kecil ke tempat yang lebih aman. Dia tahu Lu Xing Xing pasti tak akan menyalahkannya karena tiba-tiba menghilang meninggalkannya.

Untuk kedua kalinya Lu Xing Xing tubuhnya mengenai cambuk dan tubuhnya seketika menabrak pohon yang ada di belakangnya. Tubuhnya terasa sakit dan nyeri. Ditambah bagian tubuhnya yang terluka terus mengeluarkan darah segar. Di beberapa bagian pakaiannya sobek.

"Begitu saja sudah terkapar," ejek Xiao Yun dengan senyuman miring yang menjengkelkan. Wanita itu berdiri berkacak pinggang.

Lu Xing Xing memegangi dadanya yang terasa sakit. Kepalanya ikut berdenyut nyeri. Dia menatap Xiao Yun yang berdiri angkuh, cambuk bergerigi terarah padanya lagi. Lu Xing Xing menatap cambuk tersebut, tangannya terangkat untuk melindungi dirinya dan menutup matanya. Apakah dia akan berakhir di sini? Itu sangat menyedihkan, dia kehilangan orang tuanya beberapa bulan yang lalu dan sekarang nyawanya berada di dalam bahaya.

Satu menit berlalu, Lu Xing Xing tak merasakan apapun. Dia memberanikan diri untuk membuka kelopak matanya. Di hadapannya pedang yang dia temukan di goa itu melayang dengan bebas. Pedang itu mengeluarkan cahaya putih kebiruan.

Pedang itu 'kan sudah aku tinggalkan di goa, kenapa bisa muncul? batin Lu Xing Xing.

Apa yang kau lihat, Nona? Cepat serang dia! Sebuah suara muncul di dalam pikiran Lu Xing Xing dan menyadarkannya.

Lu Xing Xing menguatkan tubuhnya dan berusaha mengabaikan rasa sakit yang mendera di tubuhnya. Dia bangkit dari posisi sebelumnya, tangannya bergerak mencengkram pedang pembelah gunung yang melayang di udara. Simbol di pedang bersinar terang di tangan pemiliknya.

"Pedang pembelah gunung? Darimana kau mendapatkannya?" Wanita itu bertanya dengan raut wajah yang tak percaya. Pedang yang sudah menghilang selama bertahun-tahun ini bisa muncul kembali. Sebelumnya dia hanya mendengarnya dari legenda saja.

"Nyonya tak perlu tahu dimana aku menemukannya." Lu Xing Xing merasakan tubuhnya perlahan-lahan tidak terasa sakit lagi. Dan benar saja luka-luka yang ada di tubuhnya perlahan menutup dan menyembuhkannya. Ajaib sekali.
Lu Xing Xing berkonsentrasi untuk menyalurkan kekuatan energi spiritualnya ke dalam pedang. Dia mengayunkan pedang saat cambuk bergerigi bergerak menyerangnya. Kedua energi spiritual bertabrakan dan meledak membuat keduanya terpental beberapa meter. Lu Xing Xing kali ini bisa mengendalikan dirinya agar tak jatuh menabrak pohon lagi, karena itu menyakitkan.

Berkat bantuan pedang pembelah gunung, Lu Xing Xing bisa mengalahkan Xiao Yun dengan mudah. Sesuai dengan namanya pedang tersebut sangatlah kuat. Lu Xing Xing menghapus keringat yang membasahi keningnya. Xiao Yun jatuh terduduk di atas tanah berumput yang kotor oleh cairan merah. Aroma amis tercium di udara. Wanita itu tampak menyedihkan sekali, tak ada raut wajah angkuh dan sombong seperti sebelum dikalahkan.

"Mohon ampuni aku, Nona! Jangan bunuh aku!" Xiao Yun bersujud memohon belas kasihan.

"Aku tak akan mengambil inti jiwa lagi!" lanjutnya.

Melihat keadaan yang sudah bisa dikendalikan, Lu Xing Xing menyahut. "Aku bisa memaafkanmu, tapi Nyonya harus menandatangani surat yang aku berikan."

"Aku setuju," jawab Xiao Yun dengan suara lemah. Dia dikalahkan oleh seorang gadis muda yang bahkan usianya belum mencapai dua puluh lima tahun. Dan dia harus tunduk padanya.

Wanita itu bersedia menandatangani surat perjanjian dengan meneteskan darahnya. Jika dia berani melanggar, maka petir langit akan menyambar tubuhnya sampai hangus tak bersisa.

"Baiklah, Nyonya bisa pergi, tapi ingat jangan melakukan hal jahat lagi!" pesan Lu Xing Xing yang dijawab anggukan dan ucapan terima kasih dari Xiao Yun.

Tak lama kemudian Liu Shao muncul setelah Xiao Yun pergi.

"Di mana siluman itu?" tanya Liu Shao, karena tak melihat di mana Xiao Yun. Hanya melihat sisa-sisa pertarungan seperti darah dan tanaman yang berantakan.

"Dia sudah kalah dan memutuskan untuk pergi," jawab Lu Xing Xing dengan senyuman senang di wajahnya.

Liu Shao mendengarkan penjelasan dari Lu Xing Xing. Gadis itu bernapas lega karena Xiao Yun ke depannya tak akan membunuh orang secara sembarangan.

"Oh, ya, di mana gadis kecil itu?" tanya Lu Xing Xing.

"Dia sudah mendapatkan perawatan di rumah tabib," sahut Liu Shao.

"Aku senang mendengarnya." Lu Xing Xing kembali tersenyum.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro