3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia. 

Pencipta Wulan Benitobonita



Malizande mengamati menara-menara berbahan batu yang berjajar dari arah selatan ke utara dengan perasaan campur aduk. Gagah, tetapi tidak seindah Château of Vincennes.

Pandangan Malizande tanpa sadar meredup. Sendu perlahan membayangi mata bocah perempuan itu saat teringat akan adik perempuannya.

Jeanne sedang apa, ya? Apa dia rindu aku? Hari ini, kami seharusnya belajar menggambar di halaman istana.

Laju kereta melambat ketika melewati jalanan halus yang membelah taman. Sayang sekali, hijaunya rumput dan semaraknya warna bunga tidak berhasil menarik perhatian Malizande. Dia terlalu tenggelam dengan pikirannya sendiri.

Apa para pelayan ingat untuk memberi makan para angsa? 

"La Petit Reine …."

"Oui, Monsieur?" 

Kepala Malizande sontak menoleh dan dia refleks menjawab. Kerutan halus pun tampak pada kening Dominic saat pria itu mendengar panggilan yang kembali disematkan kepadanya.

"Siapa Monsieur?"

Hah?

Wajah Malizande seketika memucat. Bocah yang terlambat menyadari kesalahannya itu segera menundukkan kepala dan meminta maaf untuk kedua kalinya.

"Ma-maaf, Your Majesty."

"Your Majesty?"

Argh! Salah lagi!

Mata Malizande kini terasa panas saat mendengar nada dingin dari suaminya. Bocah perempuan itu pun dengan mencicit mengoreksi panggilannya.

"M-my Love …."

Dominic tidak lagi mencela, tetapi tidak juga berbicara. Suasana menjadi hening dan hanya derap kuda yang terdengar.

Menit berlalu. Malizande menelan saliva. Dia secara takut-takut mengangkat kepala dan menemukan suaminya ternyata masih mengamatinya dengan melipat kedua tangan di depan dada. 

Tatapan tajam Dominic membuat hati Malizande ciut. Pria itu pun mengambil jeda selama beberapa detik lebih lama sebelum akhirnya berkata, "Pelajaran pertama untukmu, istriku. Jangan pernah memikirkan hal lain saat aku ada di sebelahmu."

Kenapa dia lebih menyebalkan dibandingkan Père? Père saja mengizinkan Mère berdansa dengan Oncle Louis, sedangkan dia sudah terlihat marah saat aku melamun sebentar.

Malizande menahan diri untuk mencebikkan bibir. Bayangan kepala-kepala tanpa tubuh yang ditusuk oleh tombak masih membuat gentar hatinya. Bocah itu pun sedikit merunduk dan berkata dengan nada santun. "Maafkan, saya, My Love."

Akan tetapi, sebelum Dominic menjawab, kereta mendadak berhenti. Malizande pun refleks menoleh dan menemukan bahwa mereka telah sampai di tujuan. 

Ratusan pelayan baik perempuan maupun laki-laki tampak berderet membentuk barisan di sisi kiri dan kanan dengan pintu kastel sebagai titik utama. Dua orang kesatria yang sedari tadi mengawal kini sudah berdiri tegak di kedua sisi kereta dengan kedua pengiring perempuan. Sang kusir pun bergegas meninggalkan kereta untuk memasang tangga bagi kedua pengantin.

Dominic yang berada di sisi kanan turun lebih dulu. Pria itu kemudian menyodorkan tangan kanan ke pengantin mungilnya.

"Mari, La Petit Reine …."

Malizande menerima uluran tangan Dominic. Dia pun turun secara perlahan di mana kedua pengiring pengantin turut membantu.

"Selamat atas pernikahannya, Your Majesty!"

Sambutan serempak dari para pelayan terasa menggelegar. Namun, Malizande tidak merasa jengah. Gadis kecil itu dengan kepongahan seorang putri raja malah mengangkat tinggi kepala untuk menatapi satu demi satu dari mereka. 

Tidak ada tatapan balik yang Malizande dapatkan. Semua kepala menunduk untuk menunjukkan hormat. Namun, kedutan samar di ujung bibir Dominic sempat tertangkap oleh bocah mungil itu.

Dia tertawa?

"Ayo, masuk."

Dominic membimbing Malizande untuk mulai berjalan. Gadis kecil itu pun mengangkat sedikit ujung gaun dan mengikuti langkah suaminya.

*****

Lorong panjang dilapisi karpet merah seketika menyambut pasangan pengantin yang baru saja masuk. Malizande tanpa sadar mendongak tinggi ketika berbagai ornamen yang terbuat dari emas tampak di langit-langit kastel.

Cantiknya ….

Kepala Malizande pun berputar untuk mengamati sekitar. Interior didominasi oleh warna cokelat muda, di mana di setiap 1 meter, terdapat hiasan pedang ataupun tameng besi yang terpajang pada dinding. 

Dan, gagah ….

"Jauh lebih indah dari Château of Vincennes, 'kan?"

Ucapan bernada sombong dari Dominic sukses menguapkan rasa terkesima Malizande. Bocah mungil itu langsung memasang ekspresi keberatan saat memberikan penyangkalan. 

"Non, My Love."

"Non?"

Langkah Dominic terhenti. Kening pria itu tampak mengerut tidak percaya saat tatapan mereka bertemu.

"Non." Kepala Malizande mendongak angkuh. "Di Château of Vincennes kami memiliki cermin di lorong-lorong dan langit-langitnya berwarna biru seperti langit sehingga kami tidak merasa terkurung di dalam."

"Cer … min."

Ekspresi kalah sontak tampak pada wajah Dominic. Namun, pria itu kemudian mendengkus. Dia kemudian membimbing istrinya agar menaiki tangga secara perlahan.

Mereka sampai di lantai kedua ketika Dominic dengan dada membusung pun berkata dengan nada sombong. "Siapa yang membutuhkan benda terkutuk itu? Kami tidak memerlukannya."

"Bangsa barbar. Mereka bahkan tidak tahu artinya sebuah keindahan."

Ucapan dari Oncle Louis ketika bercakap-cakap dengan ibunya kini terngiang di pendengaran Malizande. Namun, gadis mungil itu sudah cukup piawai dalam menahan lidah. Pendidikan di istana mengajarkan banyak hal mengenai tata krama untuk keturunan seorang raja.

Dua orang pengawal kerajaan yang berjaga di sana pun langsung menegakkan punggung dan menepuk dada kiri mereka dengan kepalan tangan kanan. 

"Selamat atas pernikahannya, Your Majesty!"

Dominic mengangguk kecil. Keduanya pun terus berjalan hingga deretan pintu-pintu kamar kini terlihat. 

Pintu ke delapan dari tangga.

Malizande berhenti menghitung ketika langkah mereka terhenti. Seorang pelayan perempuan yang ternyata mengekor dari belakang pun terburu-buru membuka pintu dan langsung menyingkir untuk memberi jalan.

Bibir Dominic melengkung ketika pandangan bertanya-tanya kini ditujukan oleh Malizande kepadanya. Pria itu melayangkan tangan kanan ke arah ruangan dan berkata dengan nada sopan.

"La Petit Reine, ini adalah kamarmu selama kita berada di sini."

Selama kita berada di sini? Apa maksudnya kami akan tinggal berpindah-pindah?

Kening Malizande sedikit mengerut kebingungan. Namun, Dominic tampaknya belum berniat menjelaskan. Senyum pria itu melebar saat dia kembali membimbing istrinya untuk memasuki kamar tersebut.

22 Juni 2022

Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro