25

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sohyun pov

"Aku dimana?"

"Kamu di rumah, Sayang. Tadi Taeyong membawamu dalam keadaan pingsan. Kamu sakit?"

Ketika bangun, aku sudah berada di kamarku. Apa tadi itu aku hanya bermimpi? Jaehyun pergi meninggalkanku? Sepertinya tidak!

"Apa yang kau lakukan di sekitar Namsan? Untung aku tadi lewat sana."

Sergah Taeyong.

Beruntung dia menemukanku, kalau tidak aku penasaran apa yang akan terjadi. Akankah saat itu juga Jaehyun akan menjemputku dan membawaku pergi? Atau justru aku mati membusuk di tengah kepadatan pengunjung?

"Kau pasti pura-pura sakit, kan? Kau cari perhatian Tante sama Kak Taeyong saja! Dasar munafik!"

"Soojin! Kamu ngomong apa sih, Nak? Sohyun benar-benar sakit kok. Lihat saja mukanya, dia pucat sekali."

Aku bisa bertahan disini karena bibi dan paman yang baik hati. Kalau mereka tidak ada, aku mungkin sudah kabur dan mencari tempat perlindunganku yang lain.

Dan gadis yang satu itu, aku sangat membencinya sejak kedatangannya pertama kali. Ia banyak bicara seolah tau segalanya. Jika aku menjadi diriku sendiri, aku pasti sudah merobek mulutnya dan memotong lidahnya agar dia tidak bisa berkata apapun.

"Sayang, kamu istirahat ya. Mama udah siapin makanan dan obat. Biar Taeyong yang menjagamu. Mama sama Soojin keluar kamar dulu."

"Eh, tapi Ma?"

"Udah. Biarin Mama pergi. Kita perlu bicara."

Jelas Taeyong singkat.

"Tante! Kok pergi sih? Urusan Soojin sama Sohyun belum selesai!"

"Ayo, Soojin. Ini sudah malam! Kau juga harus istirahat!"

"Tan.."

Bibi berhasil membawa si cerewet itu keluar. Kini hanya tersisa aku dan Taeyong.

Menyamar itu tidak mudah. Selain membutuhkan keahlian khusus dalam berakting, aku juga harus bisa mengendalikan sifat alamiahku sebagai seorang yang 'cengeng'.

Iya, aku sangat cengeng. Dibalik keberanian yang aku jaga selama ini, hatiku sebenarnya sangatlah rapuh. Begitu banyak hal yang aku alami, tetapi aku berusaha menahan agar air mataku tak jatuh. Semua demi papa. Aku harus menjadi anak yang kuat untuk papa dan keselamatannya.

"Buka mulutmu, ayo makan!"

Taeyong menyuapiku. Hari ini, aku merasa sedang tidak bersama Taeyong yang biasanya. Ia bersikap halus dan penuh pengertian. Sikap yang membuatku tidak lagi ingin menghakiminya sebagai seorang yang menyebalkan.

Ya, mungkin ini sisi baik dari dirinya. Perlu kedekatan agar aku bisa merasakan kebaikan Taeyong seperti detik ini.

"Terima kasih."

"Untuk?"

"Untuk menolongku lagi hari ini. Aku pasti merepotkanmu."

"Ya, kau sangat merepotkanku."

"Maaf.."

"Jangan meminta maaf, kau semakin membuatku merasa bersalah."

Bersalah?

Kan aku seharusnya yang bersalah, mengapa ia yang merasakannya?

"Mm..maksudku, em... Selama ini kan aku juga sangat menyebalkan. Melihatmu meminta maaf seperti ini, aku jadi merasa malu dan merasa lebih bersalah lagi."

"Taeyong, apa kau memikirkan apa yang sedang kupikirkan?"

"Apa yang kau pikirkan? Kau akan menuntut kata maaf dariku juga?"

"Bukan itu. Tapi, kurasa kita bisa berteman mulai sekarang."

Ya. Semoga keputusanku sudah benar. Aku juga merasa bosan bila harus terus bermusuhan dengan Taeyong. Aku lelah dan ingin istirahat dari semua pergolakan dan masalah yang sering kami buat. Mengapa tidak melupakan permusuhan ini dan menjalani persahabatan dengan baik?

"Kau serius dengan apa yang barusan kau ucapkan?"

"Aku serius."

"Baiklah, kita berteman."

Taeyong mengulurkan tangan dan aku menjabatnya.

Huh.. lega sekali. Aku harap, Taeyong tak melakukan kesalahan apapun yang bisa membuatku kembali membencinya.

"Minum obatmu."

"Terima kasih."

Taeyong membuka bungkus obat dan menyiapkannya untukku bersama dengan segelas air putih.

"Oh, ya. Aku kira kau tadi pergi untuk menemui Jaehyun. Tapi, saat aku menemuimu aku tak melihat siapapun. Maaf telah berburuk sangka."

Jaehyun..

Bagaimana aku melupakannya? Sesaat sebelum aku tak sadarkan diri, ia menyerahkan cincin pertunangannya padaku. Ia mengira bahwa aku dan Taeyong akan segera menikah. Mengapa ia semudah itu terpengaruh berita yang tidak memiliki kejelasan apapun? Jaehyun orang yang sangat mempercayaiku. Namun hari ini, ia bahkan tak mau mendengar sepatah kata pun dari penjelasanku.

Sungguh, ini bukan Jaehyun yang setiap harinya mengirimiku pesan-pesan penyemangat.

Ia bukan Jaehyun yang selalu berkata, 'Semangat Sohyun! Kau bisa melewati semua masalah ini!' atau 'Aku akan selalu ada untukmu, baik kau dalam keadaan susah maupun senang.'

Dia bukan Jung Jaehyun yang menyapaku dengan kedua lesung pipinya. Hari ini, aku melihatnya begitu berbeda. Apakah lesung pipinya kemarin adalah yang terakhir? Dan Jaehyun mengeblok semua hubungannya denganku hari ini dengan sebuah perkataan yang menusuk hati kecilku?

Aku sama sekali tak mencintai Taeyong! Kuharap Jaehyun dapat membaca isi hatiku yang sebenarnya, kuharap ia masih memberiku kesempatan untuk menjelaskan kesalahpahaman ini. Namun bagaimana caranya agar ia mengerti?

"Sohyun? Kenapa melamun?"

"Yong.. apa kita benar-benar akan menikah?"

"Apa maksudmu? Kita kan cuma pura-pura."

"Tapi Jaehyun menyangka kita akan menikah. Ia membenciku sekarang. Itu sudah pasti."

Bahkan ia meninggalkanku dengan alasan ingin membuatku bahagia.

Padahal, ia satu-satunya kunci kebahagiaanku.

Rasanya, aku mulai kehilangan semangat hidup karena Jaehyun pergi.

"Jaehyun??"

"Eh, maaf. Jangan salah sangka. Jujur.. aku.. aku menemuinya tadi. Aku memintanya untuk menjauhiku."

Baiklah. Aku jujur saja pada Taeyong. Tentu tak semua hal aku katakan, termasuk rencanaku yang ingin menjauhi Jaehyun sebagai kedok agar Taeyong menyetujui kemauanku tentang menyelesaikan skripsinya.

"Apa kau marah?"

"Iya. Aku marah."

Taeyong merubah rautnya seketika. Ia tak menatapku dan itu membuatku takut. Takut kalau pertemanan yang baru saja terbentuk ini akan berakhir hanya dalam beberapa menit.

"Tolong jangan marah.. aku benar-benar ingin mengatakan agar ia menjauhiku."

"Aku marah bukan karena itu. Aku marah karena ia telah meninggalkan temanku dalam keadaan pingsan!"

Jelas Taeyong dalam bahasa yang sulit aku pahami.

"Sohyun, kau sekarang temanku. Dan Jaehyun adalah musuhku. Aku senang kau mengambil keputusan untuk menjauhinya. Tetapi, aku tidak akan pernah rela jika ia berbuat buruk padamu. Laki-laki mana yang meninggalkan perempuan dalam keadaan tak sadar di tengah-tengah keramaian? Dia sangat pengecut!"

"Sudahlah.. lagipula, semua sudah berlalu. Tapi, satu hal yang memenuhi pikiranku sejak tadi."

"Kenapa Jaehyun mengira kalau kita akan menikah?"

"Tentu saja karena kita telah bertunangan. Ia berpikir kita akan menikah karena ia tidak tau rencana pura-pura kita."

Kau salah Taeyong! Selama ini aku menceritakan masalahku pada Jaehyun. Ia sangat tau kalau pertunangan kita tidak serius. Ia tau kita hanya berpura-pura. Jadi cukup aneh bagiku jika tiba-tiba Jaehyun mempercayai hal bodoh dan mengatakan kalau aku mencintaimu dan akan segera menjadi istrimu.

Bagaimana sekarang?

Apa aku akan kehilangan Jaehyun untuk selamanya?

.............................

Taeyong POV

Ia mengajakku berteman setelah apa yang aku lakukan tadi sore?

Sohyun, andai kau tau bahwa aku yang telah merusak kepercayaan Jaehyun padamu, kau pasti akan menyesal berteman denganku. Aku seperti penghianat. Aku tak pantas menerima kata teman darimu.

Teman tidak akan mungkin berbuat licik pada temannya yang lain kan?

Tapi aku melakukannya dengan sadar diri.

Sohyun, kau membuatku tidak bisa tidur. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Melihatmu sedih, aku jadi menyesal. Menyesal telah berperan sebagai pembawa rasa sedih itu.

Ah, tidak-tidak! Keputusanku menjauhkan Jaehyun darimu sudah tepat! Aku tidak boleh menyesalinya!

Jaehyun dan keluarganya tidak bisa kupercaya! Aku masih ingat bagaimana Papa Jaehyun pernah berusaha menjebak papaku dan hampir membuatnya dipenjara gara-gara kerjasama untuk bisnis illegal.

Papa Jaehyun bahkan menolak menjadi saksi untuk papaku. Papaku tidak pernah bersalah, ia tidak tahu. Ia dijebak!

Sekali lagi. Menyangkut sebuah kata berlatar-belakang persahabatan, mana ada sahabat yang menjatuhkan sahabatnya sendiri?

Memang pada dasarnya semua orang itu tidak bisa dipercaya! Papa berhasil lolos dari status tersangka berkat bantuan kuasa hukumnya. Dan dengan polosnya, papa malah memaafkan orangtua Jaehyun dan tetap melanjutkan hubungan baik mereka.

Keluarga Jaehyun itu busuk! Tetapi, papa tidak pernah mau mendengarkan pendapatku. Dengan seenak hatinya, papa menjadikan Jaehyun sebagai tutor belajarku dalam berbisnis! Hal itu membuatku semakin membenci segala sesuatu terkait keluarga Jung! Aku benci semua keluarga Jaehyun. Aku juga membenci JJ Group yang merupakan perusahaan milik mereka, perusahaan yang sebagian besar dananya disokong oleh Canopus. Papa rela menjadi investor untuk orang yang pernah hampir membuatnya dipenjara!

Apa Papa tak punya pikiran?

Aku terkadang tersulut emosi jika papa memaksaku untuk berbaik hati pada Jaehyun. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah berbuat baik pada Jaehyun dan keluarganya. Tidak akan pernah!

Sampai mati pun!























To be Continued.

Aku sudah janji di salah satu komen kalau aku akan berusaha up lagi malam ini.

So, this is it.

Sudah dapat jawaban kenapa Taeyong bersikap licik dan jahat? Hmm.. maybe buat kalian yang bertanya-tanya.

Next (?)



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro