(27) Hesitate

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ada lagu enak di Multimedia, Korea sih, cuma liriknya terasa sesuai dengan part ini. Berulang kali Eun Ji eonni nyanyi untuk menemani aku menulis. Semoga teman-temanku, sayang-sayangku, cinta-cintaku, terpuaskan dengan part kali ini (kemudian tertawa penuh rahasia)

***


Aku berjalan pada satu tujuan telah begitu lama

Hingga senyum, kata dan tindakan

Menggoyahkan keyakinan

Ify merasa yakin bahwa dia tidak memiliki masalah pendengaran sejak kecil. Hanya ada dua masalah dalam hidupnya: darah AB negatif dan kebiasaan cegukan di saat dia berkata bohong. Jadi, kemungkinan bahwa apa yang dia dengar dari mulut Trio 98% sesuai dengan apa yang memang lelaki itu lontarkan.

Trio menatap Ify tanpa berkedip, tidak peduli dengan tatapan ingin tahu sekitar. Kedua makhluk itu bergeming, alih-alih bermain riang di atas es. Sampai akhirnya, bocah belasan tahun yang sempat menubruk Ify, kembali menyenggol tubuh gadis itu. Membuatnya oleng, nyaris terjatuh ke atas kerasnya es jika Trio tidak sigap menarik tubuh Ify ke dalam dekapannya.

Pasrah dengan takdir yang akan membuat tubuh kurusnya terbentur dengan benda paling dingin di ruangan itu, Ify sampai tidak sadar bahwa dirinya justru jatuh di atas tubuh tegap Trio yang kini beradu punggung dengan dataran putih yang beku.

"Engg..."

Ify tersadar dengan sebuah suara yang tak asing. Dia pun membuka matanya yang sudah tertutup sejak dia kehilangan kendali atas tubuhnya. Kelopak matanya membesar ketika mendapati mata Trio yang menyipit ke arahnya.

"Kamu... berat juga, ya," cicit Trio dengan sudut bibir kirinya yang naik.

"A−" kata Ify tertahan, takut-takut, dia mendongakkan kepalanya dan mendapati sebagian besar peseluncur tengah memandangnya dengan tatapan iri, sebagian lainnya sibuk merekam. MEREKAM!? Ify segera bangkit dari atas tubuh Trio yang terkapar. Tak memedulikan Trio yang kesulitan bangun karena kepalanya yang pusing. Ify segera meninggalkan tempat berseluncur.

Trio mendudukkan dirinya sambil menatap kepergian Ify dengan nanar. Gadis itu benar-benar luar biasa. Sudah ditolong, meninggalkan pula. Dasar wanita!

***

Ify menoleh cemas ke arah Trio yang−Ify hitung−sudah tujuh kali mengelus belakang kepalanya. Sebenarnya, Ify merasa ada yang tidak beres dengan lelaki itu, wajahnya yang tidak putih pucat seperti Alvin jadi terlihat mirip Alvin. Saat Trio menggelengkan kepalanya sambil memejamkan mata ketika jalan sedang macet, Ify baru yakin kalau lelaki itu memang sakit. Sakit secara fisik.

"Kamu... pusing?"

Trio mengangguk. "Sedikit."

Bohong. "Minggir-minggir, aku nggak mau kita kenapa-kenapa karena kamu yang bawa mobil," ucap Ify tegas. Sayangnya, terdengar tanpa belas kasihan di telinga Trio.

"Aku nggak akan bikin kamu celaka," jawab Trio dengan tenang.

"Kamu bukan Tuhan yang bisa tahu masa depan. Pinggirin mobilnya, kita cari solusi lain. Kita bisa panggil sopir dari rumahmu, kan?" sahut Ify lebih tegas.

Merasa tidak tahan lagi, Trio akhirnya menepikan mobilnya dan memejamkan mata setelah menyalakan lampu darurat.

Ify menghela napas prihatin. Lelaki itu pasti pusing bukan main. Apa kepalanya terbentur sekeras itu? "Kita ke rumah sakit aja, ya?" tanya Ify cemas.

Trio hanya menggeleng.

"Kamu udah hubungi sopirmu?"

Trio menyodorkan ponselnya. "Tolong, telepon," paraunya.

Ify mengakhiri sambungan setelah meminta Pak Ben untuk menutupi berita ini dari Dara, atau mungkin wanita itu akan mencincang Ify karena berani melukai adik kesayangannya.

"Kita pindah ke belakang aja, ya?" tanya Ify yang tidak lagi menutupi rasa cemasnya dengan nada galak. "Biar kamu lebih enak juga."

Trio membuka matanya, menoleh pada Ify dan menatapnya sesaat.

"Pusing banget?" Wajah Ify kini ikut memucat juga.

Aku senang, kamu khawatir. "Hm..." Trio sengaja hanya bergumam. Biar terlihat parah, sebenarnya setelah memejamkan mata beberapa saat, peningnya cukup berkurang. Namun melihat Ify yang begitu peduli, sangat menyenangkan bagi Trio.

Ify langsung melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu lebih dulu. Repot urusannya kalau Trio keluar mobil dan terkapar di aspal karena pingsan. Jadi, biarlah Ify mengalah kali ini dan bersikap layaknya seorang istri .... Tunggu, apa tadi? Ify menepuk keningnya sebal. Pikiran bodoh bisa-bisanya datang di saat genting begini!

Ify membuka pintu kemudi dan membantu lelaki itu melepas sabuk pengamannya. Matanya melirik ke arah Trio yang kembali memejam. Jangan sakit, pikirnya kalut. Kalau kamu sakit. Aku... Ify menelan ludah. Otaknya benar-benar sudah rusak!

"Trio, ayo pindah dulu. Nanti di belakang kamu bisa tidur lebih nyaman." Trio bergeming. Sial, maki Ify dalam hati. Dia serius atau pura-pura sih!?

"Trio," panggil Ify lagi. "Ja-jangan pingsan dulu!" pekik Ify mulai panik. Ify menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Jalanan ini cukup ramai, tapi tidak satu pun yang berinisiatif untuk bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Saat Ify kembali memperhatikan Trio. Dia menghela napas kasar. Kalau apa yang akan dia lakukan ini dapat membuat masalah di kemudian hari. Ify benar-benar akan pulang ke Bandung!

Ify mengulurkan tangannya, mencoba untuk menarik lengan kanan Trio dan melingkarkannya di bahu Ify. Tubuh lelaki mana pun pasti berat, imbas dari komposisi tulang, otot, daging, lemak dan dosa yang dia perbuat. Sialnya, Trio termasuk ke dalam lelaki yang berat itu. Meskipun seumur hidup Ify belum pernah memapah seseorang.

"Terimakasih," cicit Trio dengan mata terbuka, ketika tubuhnya sudah bersandar di jok belakang.

Ify tersenyum kecut. "Kamu berat!" tukasnya. "Rajin sholat makanya, biar ga keberatan dosa," omelnya membuat Trio terkekeh pelan.

"Ajarin," sahut Trio membuat Ify bersungut-sungut. Trio pantas kalau diberi gelar lekaki paling menyusahkan sejagat raya! "Kamu duduk di belakang juga, ya."

Tuhkan! Sudah ditolong, masih berani memerintah. Dasar lelaki!

Ify kembali menghela napasnya sebal ketika bokongnya sudah menyentuh jok. Namun sial, jantungnya tiba-tiba parade ketika Trio dengan seenaknya menyandarkan kepala ke bahu kanan Ify.

Tuhan, dosa apa Ify di masa lalu sampai harus ditakdirkan bertemu lelaki sejenis Trio Langit Shuwan? Selain ahli berubah, ahli memerintah, sekarang dia mulai ahli dalam urusan mengacaukan detak jantungnya.

Tanpa Ify sadari, sosok di sebelahnya tersenyum puas ketika mendapati tak ada penolakan dari Ify atas sikapnya. Sambil merapal doa pada Tuhan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, agar waktu berjalan lama. Dan sopir pribadinya tersesat entah kemana.

***

"Kenapa kita justru ke kosku? Harusnya ke rumah sakit dulu!" omel Ify pada Pak Ujang, kekesalannya membuat Ify melupakan apa itu sopan santun. "Kamu bohong, ya?" Ify kini mendelik pada Trio yang terlihat bugar sekarang di sebelah kanannya.

"Ada yang bilang, kasih sayang itu obat dari segala penyakit," sahut Trio dengan mata melebar yang polos, sayang, ucapannya memantik semangat Ify untuk berperang.

"Kasih...? Sayang...?" Ify menggeram. "Kasih sayang gundulmu!" serunya. "Pembohong!!" Ify mengamuk, kedua tangannya yang sehat itu mulai menghujani Trio dengan pukulan yang tidak ringan.

"Nona Ify," ucap Pak Ujang khawatir. Peperangan kali ini terlihat sangat serius dengan kekerasan yang terkandung di dalamnya.

"Sakit, Fy!" seru Trio sambil memegangi kedua pergelangan tangan Ify. "Aku ke rumah sakit, tapi nggak sama kamu!" Matanya menatap tajam Ify, yang tanpa Trio sadari membuat gadis itu menahan napasnya selama beberapa detik.

"Gi-gimana, aku... tahu..." Ify tiba-tiba saja kehilangan naluri berkelahinya, "ka-kalau kamu... bohong."

Trio menghela napas. "Aku nggak akan bohongi kamu, nggak akan pernah." Tangan kanan Trio terulur dan mengelus puncak kepala Ify. "Aku pusing, tapi udah mendingan karena kamu pinjami bahumu."

Ify tertegun.

Siapa ini? Kepribadian siapa yang sudah mengacak-acak degup jantung dan perasaannya sekarang? Argh! Ada apa dengannya? Kenapa Ify bahkan tidak bisa berhenti untuk menatap netra hitam Trio.

"Aku bilang, aku mau pinjami telinga. Bukan bahu," sahut Ify setengah sadar.

Pikirannya kehilangan akal sehat setelah ada sesuatu yang berani menyentuh kepalanya.

Trio tersenyum. Kali ini, tangan kanannya menuruni lukisan wajah Tuhan yang ada di hadapannya. Hingga berhenti pada pipi kiri Ify yang putih bersih. Tanpa sadar, perlahan Trio mulai menuntun wajah Ify agar mendongak. Wajah Trio pun maju mendekat perlahan.

Sampai suara Pak Ujang menghancurkan segalanya. "Tuan, itu siapa? Kok ngeliatinnya serem gitu?"

Trio dan Ify lantas menoleh ke arah depan. Kedua kelopak mata Ify terbuka lebar, begitu juga dengan bibirnya. Sosok yang dimaksud Pak Ujang berjalan perlahan, mendekati mobil Trio yang terparkir di depan rumah indekos Ify, dengan wajah yang... Ify tidak berani untuk menyimpulkan.

"Kamu ada janji dengannya hari ini?" tanya Trio dengan suara tertahan.

"Nggak!" sahut Ify cepat, dia menolehke arah Trio dengan mata yang masih sama lebarnya. "A... Alvin nggakbilang kalau mau mampir."


BERSAMBUNG

Terimakasih buat semua pembacaku, sayangku, cintaku. Karena vote dan komentar kalian, aku punya energi untuk publish secepat ini. Doakan aku biar cepet finish ya, karena udah nggak sabar juga pengen mulai cerita baru. Sambil pacaran dengan skripsweet.

See you next part!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Pada 3 Juni 2020 aku publish cerita ini di Dreame dan meng-cut sebagian kontennya di Wattpad. Tapi karena kontrak dengan Dreame usai, aku memutuskan untuk re-publish Marry Me if You Dare di Wattpad pada hari ini 20 Maret 2024


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro