(5) SHUWAN vs AXELLE

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dara, Langit dan Ify akhirnya terkepung dalam kesunyian sepanjang perjalanan pulang, karena lengan Ify yang cedera dan gadis itu tinggal sendirian di kamar kosnya, membuat Dara mengajak−lebih tepatnya memaksa−Ify untuk pulang ke rumah keluarga Shuwan.

Rasa sunyi di mobil seketika hilang ketika tanpa sadar decakan kagum Ify terlontar saat memasuki wilayah komplek rumah Dara dan Langit. Tanpa diberitahu oleh Dara atau Langit, Ify yakin betul bahwa semua penghuni komplek ini adalah orang kaya. Entah itu yang murni kaya dari lahir atau kaya karena usaha keras mereka.

"Di sini ada rumah sakit internasional, Fy. Jadi sampai tanganmu itu sembuh, kamu akan tinggal bareng kami. Biar lebih mudah juga proses penyembuhannya karena semua kebutuhan kamu nanti dipenuhi oleh pelayan."

Ify yang awalnya menolak setengah mati, sekarang malah jadi jatuh hati. Bagaimana tidak? Sejak gerbang masuk komplek, sepanjang jalan ada banyak pohon di tepi pedestrian yang sekaligus juga jogging track. Tidak jauh dari gerbang utama, ada sebuah danau yang dikelilingi taman yang dihiasi bangku-bangku kayu, taman itu penuh dengan rumput hijau−Ify merasa akan sangat menyenangkan bisa tidur di atasnya−bahkan bunga yang sedang mekar, cantik sekali. Benar-benar perumahan yang sejuk untuk ukuran rumah di kawasan ibu kota.

Ada juga hotel−yang dengan konsep asri begini lebih mirip resort−mewah, sekolah swasta−yang Ify duga biaya pendidikannya setara dengan biaya hidup Ify selama setahun−terkenal, pusat perbelanjaan super lengkap, dan seperti yang Dara katakan, rumah sakit. Rasanya tinggal seumur hidup di daerah sini tanpa keluar sama sekali tidak akan jadi masalah. Semuanya sudah tersedia. Keluarga Shuwan sangat beruntung. Pikiran yang terbersit itu membuat dada Ify terasa sedikit nyeri. Ify sebenarnya juga beruntung, hanya saja tidak sebesar keberuntungan keluarga Shuwan.

"Oh, iya," ucap Ify agak ragu. "Shuwan itu... apa artinya, Kak Dara?"

Dara langsung memutar tubuhnya yang duduk di kursi samping pengemudi. "Kamu mau tahu?" tanya Dara dengan mata berbinar.

Ify mengangguk. Sementara Langit sama sekali tidak peduli. Langit tidak menyumbangkan suara sedikit pun sejak dari rumah sakit dan Ify mencoba untuk tidak memedulikan sikap dingin bosnya itu.

"Berhati mulia dan periang, itu dari bahasa Cina karena Papaku blasteran," kata Dara bangga. "Itu cukup menggambarkan diriku dan kakak dulu," lanjut Dara sambil terkekeh.

"Kak Dara punya kakak?" tanya Ify langsung.

"Apa arti Axelle?" tanya Langit tiba-tiba yang membuat kepala Dara ikut mengangguk antusias.

"Pertanyaanku harus dijawab dulu, baru Pak Langit boleh tanya balik."

"Kamu berani menentang saya?" Telak! Lelaki di belakang kemudi itu bahkan bisa membuat kakaknya juga ikut membatu. "Kamu pikir, kamu siapa sampai mau mengulik mengenai keluarga kami?" lanjutnya.

"Langit, Ify kan cuma tanya. Apa salahnya?" Dara mencoba membela Ify. Gadis yang duduk di kursi belakang sedan mewah ini bahkan masih terluka, apa Langit tidak bisa tidak sinis padanya?

"Apa salahnya juga aku bertanya mengenai namanya?" Langit menoleh sekilas ke arah Dara. "Kakak mungkin menganggapnya sebagai anggota keluarga, tapi aku tidak."

"Sumber kehidupan, bahasa Perancis," kata Ify singkat.

"Apa kamu keturunan Perancis? Kamu tidak seperti gadis Perancis pada umumnya."

"Memangnya kamu pernah ke Perancis untuk observasi mengenai gadis di sana?" sarkas Dara pada adiknya yang jarang bicara, tapi sekalinya bicara, malah bikin kesal. "Jangan dengarkan dia Ify. Dia lagi datang bulan."

Aku memang nggak seperti gadis Perancis, mungkin itu sebabnya mereka... pikiran Ify terhenti saat sedan putih Langit memasuki sebuah rumah dengan pagar hitam yang tinggi dan kokoh dibuka. Ini rumah apa istana? batin Ify takjub ketika mobil berbelok ke arah kanan, berhenti tepat di depan pintu.

Seolah ingin mengejek kekaguman Ify pada rumah keluarga Shuwan, pintu mobil sebelah kirinya dibuka oleh seorang pria paruh baya yang bersetelah jas dan celana bahan hitam.

"Selamat datang di kediaman Shuwan, Nona Axelle," sapa pria itu lengkap dengan senyumnya yang terlihat ramah di mata Ify. Disusul dengan barisan pelayan−di depan pintu membentuk sebuah lorong untuk dilewati−yang membungkuk takzim saat Dara dan Langit keluar dari mobil−setelah ada pelayan yang membukakan pintunya, tentu saja.

"I-iya. Terima kasih," sahut Ify canggung, ini pertama kalinya dalam seumur hidup Ify diperlakukan bak ratu begini. Ify rasanya ingin mencubit−menampar kalau perlu−pipinya supaya cepat bangun dari mimpi.

"Tidak perlu seperti itu Pak Ben. Dia bukan princess." Langit memberikan kunci mobilnya pada pelayan yang membukakan pintu mobil untuknya tadi dan berjalan masuk ke rumah, melewati barisan pelayan di kanan dan kiri sebelum akhirnya tubuh tinggi Langit yang terbalut kemeja biru tua itu menghilang di balik pintu kokoh berwarna putih.

Dara hanya mengutuk sikap adiknya, kemudian menghampiri Ify setelah berkata pada seorang pelayan wanita yang setelahnya bergegas lari masuk ke rumah, melalui pintu yang berada di ujung kiri, seberang garasi.

"Ify, dia Pak Ben. Kepala pelayan di sini, berhubung Papa sedang di luar negeri. Maka sampai kamu sembuh, semua keperluanmu akan dipenuhi oleh Pak Ben."

"Nggak usah, Kak, aku bisa sendiri kok."

"Memangnya kamu tahu letak dapur di sini? Atau kamu tahu bagaimana cara menyalakan mesin pemanas airnya?" tanya Dara spontan membuat wajah Ify seperti habis diguyur air dingin. Oke, bagaimana pun juga Dara adalah kakaknya Langit, sedikit banyak sifat mereka pasti mirip. "Pak Ben, antarkan Ify ke kamarnya dan suruh pelayan wanita untuk bantu Ify ganti pakaian. Jangan lupa siapkan makan malam, aku harus cek Matahari dulu," kata Dara tegas pada Pak Ben, kemudian berjalan masuk melewati barisan pelayan.

"Matahari?" gumam Ify. Siapa lagi itu?

"Itu putra Nona Dara, Nona Axelle," sahut Pak Ben seolah mampu membaca pikiran Ify. "Mari ikut saya, kamar anda ada di paviliun belakang rumah."

Ah, benar, aku mendonorkan darahku saat Dara melahirkan. Jadi, anaknya bernama Matahari? Luar biasa, pikir Ify kagum pada pemberian nama seorang bayi. Matahari adalah pusat tata surya yang juga sangat panas. Apa bocah itu saat dewasa akan jadi penguasa yang hot? Hm... Entahlah. Tunggu, aku tinggal di paviliun? Kenapa? Apa Langit tidak mau tinggal seatap denganku? ... Hey! Untuk apa aku memikirkan itu? Bagus kalau kami tidak tinggal seatap. Menggelikan kalau harus cerita pada Ila bahwa aku satu rumah dengan bos yang kaku itu!

***

Hidup ini sangat kejam. Dengan rumah yang penghuninya hanya lima orang−Papa, Langit, Dara, Suami dan putranya Dara−ini jika diperhatikan mungkin bisa untuk ditinggali sepuluh keluarga sederhana sekaligus. Ify tidak sanggup membayangkan berapa aset keluarga Shuwan selain angka di dalam buku tabungan mereka.

Di mata Ify, tanpa perlu Dara menyombongkan diri secara verbal, dengan mengajak Ify tinggal di sini sampai lengan kirinya pulih sama saja memberitahu Ify bahwa Dara sangatlah kaya. Ditambah lagi dengan aset milik suaminya. Sekarang Ify justru menjadi takut dengan Dara juga, bukan hanya Langit. Jujur saja Ify takut dengan orang-orang yang bergelimang harta seperti ini, karena kekayaan mampu membuat seseorang melakukan banyak hal tidak peduli itu benar atau salah. Walaupun tidak terjadi pada semua orang, bukan berarti Dara tidak bisa melakukannya setelah semua keramah-tamahannya pada Ify, kan?

"Silakan Nona," ucapan Pak Ben memecahkan pikiran minder Ify ketika sampai di ruang makan. Ya Tuhan... meja makan keluarga ini saja diisi dengan dua belas kursi. Lima orang penghuni rumah dan dua belas kursi? Lalu siapa yang menduduki kursi-kursi lainnya? Rasanya Ify ingin menjerit, jika diperbolehkan.

"Apa yang kamu tunggu? Kamu kagum dengan semua makanan ini?" ejek Langit yang sudah mulai makan terlebih dulu di kursi kedua sebelah kiri.

"Apa Pak Langit bisa menghabiskan semua makanan ini?" sarkas Ify sambil menarik kursi di depan Langit dan duduk.

"Pelayan yang akan menghabiskannya," sahut Langit santai.

"Mereka dapat makanan sisa?!" tanya Ify tak percaya.

"Apa aku mengunyah makanan kemudian memuntahkannya ke piring?" sarkas Langit. "Ahh... keluarga Axelle pasti terbiasa menghabiskan makanan dan tidak berbagi," ejeknya.

Kurang ajar! "Keluargaku membagikan makanan sebelum kami memakannya. Bukan memakan terlebih dulu dan membagikan sisanya," balas Ify tak mau kalah.

Langit menyandarkan tubuhnya ke kursi makan dan bersedekap. "Berapa kali dalam seminggu kalian berbagi makanan pada orang lain seperti itu?

"Apa kalian selalu menghitung apa yang sudah kalian berikan pada orang lain?" Sudut bibir kiri Ify naik, tertawa remeh atas kesombongan si bos kaku ini. Dia pikir aku takut padanya?

"Aku rasa keluargamu tidak cukup sering melakukan itu, karena putrinya bahkan masih pengangguran sebelum bertemu dengan kami."

"CUKUP!" jerit Ify, dia berdiri sambil menggebrak meja makan. Tidak seperti pelayan yang berdiri mematung di ujung meja yang tubuhnya tersentak melihat reaksi Ify. Wajah Langit masih tetap sama. Kaku, datar, tanpa ekspresi. Kecuali matanya yang... peduli setan dengan mata cowok bermulut kurang ajar itu!

"Sekali lagi kamu menghina keluargaku. Aku akan−"

"Apa yang akan kamu lakukan?" tantang Langit. "Aku sudah menemukan AB negatif lain untuk Dara yang siap bekerja di SKO kapan saja. Menggantikanmu," ujar Langit dengan penekanan pada kata terakhir.

"Jadi, aku hanya...." Bibir Ify bergetar. Cowok brengsek, dia bukan hanya menyakiti harga diri Ify tapi juga melukai perasaannya.

"Apa yang kamu lakukan?!" Dara tiba-tiba muncul dari belakang tubuh Ify. Disebelah Ify, Dara terdiam sambil terus menatap Langit dengan pandangan nyalang. Lalu, ibu muda yang sekarang terbalut piyama sutra itu merangkul bahu Ify dan menuntunnya keluar ruang makan.

Tanpa mereka sadari, subyek yang mereka tinggalkan sendirian itu baru saja melepas topengnya. Tubuh Langit bergetar hebat. Matanya yang tegas itu kian berubah menjadi sayu. Bahkan napasnya memberat.

Apa yang kulakukan barusan?

***

Pintu paviliun terbuka setelah Dara memberikan orang itu izin untuk masuk. Sekitar tiga pelayan wanita dengan nampan masing-masing yang berisi nasi, lauk, roti, dan susu serta air mineral meletakkan bawaan itu ke meja kecil di depan sofa yang Dara dan Ify duduki saat ini.

"Makanlah, Ify. Sekalipun nggak nafsu, kamu tetap harus makan sebelum minum obat," kata Dara setelah melihat pelayan terakhir pergi.

"Apa salahku pada kalian?" gumam Ify dengan mata basah. "Apa karena aku nggak sekaya kalian, jadi kalian merasa berhak menghinaku?" lanjutnya sesenggukan.

Dara mengusap punggung Ify. "Aku tahu dia salah, tolong maafkan dia Ify. Setelah kamu makan sedikit, aku akan ceritakan kenapa dia bersikap sekasar itu sama kamu."

Ify menoleh cepat, matanya yang merah itu menatap Dara tajam, "Apapun alasannya, dia nggak berhak menyakiti orang lain."

"Aku tahu, Ify. Tapi−"

"Walaupun hanya sekedar kata-kata, apa dia nggak pernah memikirkan bagaimana dampaknya pada orang lain? Jika nggak menyukai seseorang, apa dia akan mati jika memendamnya saja? Apa dia akan hidup kekal jika menghina orang seperti itu?" lanjut Ify susah payah di sela tangisnya.

Dara menghela napas sabar. Ini reaksi alami. Ify bukan orang pertama yang tersakiti oleh ucapan Langit. Dulu, Harry juga mendapatkan perlakuan kasar yang sama sebelum menikahi Dara. Keputusan Harry untuk tetap tinggal di rumah Shuwan yang membuat Langit melunak dan memberi restu untuk mereka menikah.

Tapi tunggu, sosok Langit tak akan mengeluarkan kata-kata sepedas itu hingga orang lain merasa terluka. Itu bukan Langit, melainkan Trio! Trio yang mampu melakukan hal itu karena merasa terancam dengan kehadiran orang lain di dekat Dara. Mungkin, Trio merasa takut kehilangan Dara. Sama seperti dulu ketika keluarga Shuwan harus ditinggal pergi oleh dua orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan: Kak Langit dan Mama. Pasti Trio tidak ingin kembali kehilangan, karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang siap untuk ditinggal pergi, apalagi untuk kedua kalinya.


BERSAMBUNG

Halo, pembaca!
Terimakasih sudah kembali meluangkan waktu untuk part 5 MMIYD. Tolong, berikan tanda bintang ★ (vote) & komentar, karena itu sangat berarti buatku. Oh, iya, karena sudah memasuki part 5, silakan jadikan MMIYD ke Reading list, jika berkenan. ♡

Btw, apa kalian bingung dengan Langit?
Kebingungan ini akan aku tuntaskan di part 6. Jadi, ditunggu, ya!

Salam,
Nnisalida.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro