🍁24🍁Varas Suka Reja

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Chotto matte kudasai!"
[Tolong tunggu sebentar!]

Seorang guru berbadan besar mengejar Reja, Deros, Ghanu, dan Yuga yang sedang berjalan menuju kelas. Bel masuk sudah berbunyi dan mereka masih di luar kelas.

"Ada apa, Bu?" tanya Yuga pada guru bahasa Jepang yang sudah berdiri di depannya itu. Kemudian Yuga melirik Deros yang sepertinya akan mendapat masalah karena sudah melanggar aturan sekolah.

"Kamu kenapa rambutnya diwarnain?"

Deros yang sejak tadi memainkan ponselnya langsung menoleh karena merasa guru bernama Bu Belia itu mengajaknya bicara. "Saya, Bu?" tanya Deros sambil menunjuk dirinya sendiri.

(Gituloh rambutnya Deros. Bagus kan?)

"Iya, siapa lagi yang semiran selain kamu?"

"Dia," kata Deros sambil menunjuk Ghanu.

"Lah kok gue? Rambut gue asli!" kata Ghanu dengan nada nyolot pada Deros. Ia kesal karena rambut kecoklatannya yang asli dari lahir dibilang semiran.

"Walaupun bener, tapi dia warnanya gak mencolok. Lah, kamu?"

"Warnanya kalem kok, Bu, kayak saya."

"Ini peringatan pertama, besok kamu ubah rambut kamu," tegas Bu Belia. Deros hanya menganggukkan kepalanya sok mengerti, padahal sebenarnya ia tidak peduli dengan peringatan Bu Belia.

🍁🍁🍁

"Reja!" teriak Varas sambil menghampiri Reja yang hendak memakai helm full face berwarna hitamnya.

Reja kembali meletakkan helm hitamnya di motor ninjanya yang berwarna hitam juga. Cowok itu memandang heran Varas yang sedang berlari menghampirinya.

"Lo bukannya sakit?" tanya Reja sambil melihat Varas dari atas sampai bawah. Cewek itu kini berdiri di depan Reja dan terlihat baik-baik saja.

Varas menyengir lebar, memperlihatkan giginya yang rapi. "Udah sehat gara-gara lihat lo," kata Varas dengan blak-blakkan.

"Enggak, kayaknya lo tambah sakit deh," cibir Reja. Cowok itu pun naik ke motornya dan hendak memasang helm lagi, tetapi Varas menahan tangannya.

Reja melotot karena Varas berani menyentuhnya. Reja langsung memukul tangan Varas hingga Varas meringis dan memanyunkan bibirnya. "Galak," kata Varas.

"Mau apa lo?"

"Gue nebeng, ya?"

"Dih, siapa lo?"

"Boleh, ya? Reja 'kan baik."

"Enggak."

Reja memasang helmnya dan menghidupkan mesin motornya. Varas langsung berdiri di depan motor Reja sambil merentangkan kedua tangannya agar Reja tidak bisa lewat. "Minggir!"

"Anterin gue pulang, ya?"

"Minggir, gue bilang!"

"Reja mah jangan gitu dong. Harus menolong kalau ada yang butuh bantuan."

"Sejak kapan lo jadi nggak tahu malu kayak gini?" tanya Reja heran. Sejak tadi pagi, Reja merasa Varas aneh. Varas seperti sedang berusaha mendekatinya.

"Sejak gue suka sama lo!" jawab Varas dengan lantang. Cewek itu tersenyum polos dengan posisi yang masih sama.

Varas tentu berani mengatakannya dengan lantang karena parkiran sedang sepi. Semuanya sudah pulang ke rumah masing-masing sejak satu jam yang lalu. Reja pulang paling akhir karena ia sempat diam rooftop tadi.

"Gue tahu nggak bakalan ada yang nggak suka sama gue. Lo itu cewek yang kesekian kalinya bilang gitu," kata Reja.

"Lo terima semuanya?"

"Enggaklah, satupun nggak ada."

"Terus lo terima gue?"

"Gue alergi cewek munafik."

Varas membulatkan matanya. Ia terkejut karena secara tidak langsung Reja mengatainya cewek munafik. "Maksud lo?"

"Nggak usah pura-pura lagi, Ras. Lo itu sama aja kayak cewek lain. Lo baik di depan gue, tapi lo hina gue di belakang gue. Setelah lo tahu gue cuma pura-pura banci, lo malah bilang suka ke gue."

"Eh, kapan gue—"

Belum selesai Varas bicara, Reja langsung melajukan motornya. Reja berhasil menghindari Varas yang sebenarnya sia-sia menghalangi jalan Reja karena masih ada jalan keluar lainnya.

"Reja! Gue belum selesai ngomong!" jerit Varas sambil menghentakkan kakinya kesal. "Kapan gue pernah ngehina dia? Perasaan nggak pernah deh," gerutu Varas.

🍁🍁🍁

"Varas nembak gue."

"Hah?"

Ghanu dan Deros terlihat sangat terkejut mendengar ucapan Reja yang baru datang. Deros, Ghanu, dan Yuga sedang duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Mereka bertiga belum mengganti seragam sekolah mereka.

Reja duduk di sofa single dan menaikkan kedua kakinya ke meja. "Lebih tepatnya dia bilang suka."

"Jadi, yang Varas maksud itu lo? Gue sempet ngira dia suka sama Deros," ujar Ghanu. Ponselnya ia letakkan di meja dan menatap Reja dengan serius.

"Lah, kok gue?" tanya Deros heran.

"Habisnya dia pernah bilang warna rambut lo bagus."

"Terus lo terima?" tanya Yuga yang terlihat tenang. Cowok blesteran Jepang itu tidak tampak terkejut sama sekali mengetahui fakta bahwa Varas menyukai Reja.

"Dih, enggak! Gue nggak suka cewek munafik. Dia tuh nggak tulus sama gue," kata Reja.

"Lo tahu dari mana kalau dia munafik dan nggak tulus?" tanya Yuga.

"Asal lo tahu aja, dia itu ngehina gue pas nyamar jadi banci. Dia bilang ngakak lihat perkenalan diri gue. Apanya yang lucu coba?"

Ghanu dan Deros langsung tertawa mendengar ucapan Reja. Namun, mereka menghentikan tawa saat Reja menatap mereka dengan tatapan tajam. "Emang lucu. Ya, 'kan, Ros?" bisik Ghanu pada Deros yang duduk di sampingnya. Deros mengangguk sambil menutup mulutnya agar tidak kelepasan tertawa.

"Gue yakin dia bukan cewek munafik dan dia beneran suka sama lo," kata Yuga sambil tersenyum tipis. Reja heran dengan Yuga karena Yuga membela Varas.

"Lo bela Varas, Ga? Lo suka sama dia, 'kan?" tuduh Reja.

Yuga berdecak kesal karena Reja menyalahartikan ucapannya yang memang seperti membela Varas, tetapi Yuga sebenarnya hanya ingin Reja tidak asal menyimpulkan sesuatu. "Enggak secepat itu gue suka sama cewek lain," kata Yuga sambil memasang wajah lesu.

"Nggak usah sok sedih gitu deh. Salah lo sendiri malah diem-dieman," cibir Deros.

Reja tiba-tiba berdecak kesal saat mendengar ponsel Ghanu yang terus berdering dan hanya didiamkan oleh Ghanu. "Jawab saja! Ribut tahu, nggak?"

"Males."

"Nge-costplay Reja lo, Ghan?" tanya Deros.

"Silent dong kalau nggak mau ngangkat!" suruh Reja. "Kalau nggak mau, mending gue bantu banting biar diem HP-nya."

"Eh, jangan!" kata Ghanu sambil mengambil ponselnya. Ia melihat ada dua panggilan tidak terjawab dari orang yang sama.

"Siapa tuh Alex?" tanya Deros saat melihat layar ponsel Ghanu.

"Calon mantan pacar gue," kata Ghanu sambil mematikan ponselnya.

Ghanu meletakkan ponselnya lagi di meja dan beralih menatap tiga temannya yang sekarang menatapnya dengan berbagai tatapan. "Apaan?" tanya Ghanu bingung.

"Lo pacaran sama cowok?" tanya Deros sambil menggeser posisi duduknya menjauhi Ghanu.

"Sejak kapan lo belok, Ghan?" tanya Reja yang tampak terkejut.

"Nggak nyangka gue," ujar Yuga sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalian mikir apaan woy? Calon mantan pacar gue namanya Alex, Alexa tepatnya," jelas Ghanu agar temannya tidak salah paham.

"Bilang kek," kata Deros sambil terkekeh.

"Emang tiap pacaran lo ngasih nama kesayangan gitu?" tanya Yuga.

"Nama kesayangan apanya? Ini tuh namanya siasat. Semuanya kontak cewek gue rubah namanya jadi cowok. Misalnya Alexa jadi Alex, Dona jadi Doni, Putri jadi Putra, Hera jadi—"

"Ngerti gue ngerti. Kalau salah satu cewek minta lihat kontak lo, lo bilang kalau cuma dia satu-satunya kontak cewek yang lo punya?" Deros memang sangat cepat paham dalam hal apapun.

"Pinter, 'kan?"

"Dasar kurang kerjaan," cibir Reja.

"Lo mah nggak pernah ngerasain serunya selingkuh, jadi mana tahu," balas Ghanu sambil tersenyum bangga.

"Azab playboy itu matinya digotong banci!" sembur Reja sambil menggebrak meja.

"Sialan, gue kaget!" seru Ghanu kesal.

MAAF KEMARIN GAK UPDATE HEHE SOALNYA BUAT TUGAS😭

DERITA MURID YAH😭

SEMANGAT BUAT KALIAN YANG LAGI BELAJAR ONLINE 😁


Selasa, 29 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro