🍁42🍁 Oke, Fine!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Seperti yang disuruh Reja, Varas menunggu di sebuah motor sport berwarna putih seperti yang dibawa Reja terakhir kali. Sesekali ia melirik jam tangan yang dipakainya untuk melihat waktu. Sudah lima belas menit sejak bel pulang sekolah Varas menunggu dan Reja belum datang juga.

"Reja mana sih? Kok gak dateng-dateng juga?" keluh Varas sambil berjongkok. Ia sudah lelah berdiri sejak tadi.

Tak lama kemudian, Varas melihat Reja berjalan menuju ke arahnya. Varas pun berdiri dan tersenyum semringah. Mereka sempat bertatap-tatapan saat posisi mereka masih jauh, tetapi Reja malah memalingkan wajahnya dan berjalan lurus tanpa menatapnya.

Varas mengernyitkan dahinya saat Reja naik ke motor sport berwarna hijau. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke motor sport yang berwarna putih. Ternyata motor sport putih itu bukan motor Reja.

"Re-"

Varas hendak memanggil Reja, tetapi bunyi ponselnya membuat Varas tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia mengernyitkan dahinya lagi saat Reja meneleponnya padahal jelas-jelas Varas ada di sana.

"Reja!" panggil Varas tanpa menjawab telepon itu. Varas berlari kecil menuju Reja yang duduk sambil memegang ponsel.

"Lo dari mana aja sih? Gue udah nunggu nih," omel Reja lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas punggungnya dan kembali menggendong tasnya.

"Loh, lo lewatin gue tadi. Gue nunggu di sana," kata Varas heran. "Lo kenapa sih, Ja? Kok aneh?"

Reja menghela napas berat sambil merapikan rambutnya menggunakan jari-jarinya. "Dari jauh gue kira cewek lain, makanya gue gak merhatiin lagi," jelas Reja. Kemudian ia mengambil memakai helmnya dan menyuruh Varas segera naik ke motornya.

Setelah Varas naik ke motornya, barulah Reja menghidupkan mesin motornya lalu menjalankannya dengan perlahan. Biasanya ia tidak pernah melajukan motor sepelan ini, tetapi sekarang ia terpaksa pelan-pelan karena kondisinya tidak mendukung untuk ngebut.

"Reja!" seru Varas sambil menatap Reja dari spion.

"Apa?"

Varas mengeratkan pelukannya dan menempelkan wajahnya ke punggung Reja yang terbalut kemeja putih. Varas sangat menyukai aroma maskulin dari tubuh Reja. "Lo sengaja pelan-pelan gini biar bisa lama-lama sama gue?" Varas terkekeh geli karena ucapannya sendiri.

"Kalau iya, lo mau apa?"

"Lo suka sama gue, Ja? Astaga, secepat itu?"

"Diem atau gue gampar?" ancam Reja. Ia harus fokus mengemudikan motornya, tetapi Varas tidak bisa diam.

"Iya, gue diem."

"Bisa singkirin tangan lo? Gue gak ngebut."

Bukannya melepaskan, Varas malah tambah mengeratkan pelukannya hingga Reja merasa sedikit sesak. "Woy! Anjir, gue gak bisa napas!" teriak Reja sambil menepuk-nepuk tangan Varas agar melonggarkan pelukannya.

"Gue nyaman peluk lo. Coba lo peluk gue, kali aja nyaman," lirih Varas pelan, tetapi Reja masih bisa mendengarnya karena laju motornya pelan. Tanpa Varas ketahui, kata-katanya mampu membuat jantung Reja berdebar kencang. Di balik helmnya, cowok itu menyembunyikan senyumannya yang tidak bisa ia tahan.

"Kalau gak nyaman, gue gak bakal biarin lo gini," ucap Reja pelan.

"Apa?" tanya Varas yang tidak fokus dengan ucapan Reja.

"Udah sampai," kata Reja setelah memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit dimana Yuga dirawat. Reja dan Varas turun dari motor lalu saling menatap satu sama lain.

"Apa lihat-lihat?" ketus Varas. Sebenarnya sangat sulit untuk Varas bersikap seperti itu karena di dekat Reja selalu membuatnya bersikap manis.

"Mata gue," ujar Reja singkat lalu pergi meninggalkan Varas. Sementara Varas merengus kesal karena Reja terlihat acuh. Ia pun segera berlari mengejar Reja dan berjalan beriringan menuju kamar Yuga.

Sesampainya di depan kamar rawat Yuga, Reja langsung masuk begitu saja setelah membuka pintu dengan tidak santai. Di belakang Reja ada Varas yang juga ikut masuk. Di kamar itu hanya ada Yuga yang bermain ponsel di kasur dan Prinsha yang sedang tidur di sofa.

"Udah sembuh lo?" tanya Reja sambil menduduki kaki Prinsha sehingga cewek itu menjerit histeris.

"Bangsat lo, njir!" Prinsha menatap Reja sinis lalu merubah posisinya menjadi duduk. Rambutnya yang acak-acakan dan penuh keringat membuat cewek cantik itu terlihat sangat kucel, tetapi tetap tidak membuat kecantikannya luntur.

"Maaf, gue gak lihat lo tadi," kata Reja sambil menyunggingkan senyuman menyebalkan.

"Gimana keadaan lo, Ga?" tanya Varas sambil mendekati Yuga yang sudah merubah posisinya menjadi duduk. Varas duduk di pinggir kasur dan menatap Yuga yang terlihat baik-baik saja. Hal itu membuat Varas menjadi sedikit lebih tenang.

"Gue baik-baik aja kok, Ras. Kepala gue lebih keras dari batu itu," kata Yuga, lengkap dengan senyuman manisnya.

"Maafin gue, Ga. Lo jadi luka gara-gara gue," lirih Varas. Parah tidaknya kondisi Yuga tetap membuat Varas merasa sangat bersalah. Andai saja ia tidak membuat Kervan marah, Yuga tidak akan terluka seperti ini.

"Gak papa, Ras. Lo gak perlu merasa bersalah." Yuga menepuk-nepuk pundak Varas untuk menenangkan Varas. Penyebabnya diserang itu bukan karena Varas, melainkan karena ia adalah musuh Geng Bezaru.

"Makasih juga udah berusaha nolongin gue." Varas tersenyum pada Yuga. Mereka berdua saling melempar senyuman tanpa tahu ada dua orang yang terbakar api cemburu.

"Gue yang nolongin lo kalau lo lupa. Gak bilang makasih lagi," sindir Reja tanpa menatap Varas. Ia malah sibuk memencet-mencet remote AC untuk menurunkan suhunya. "Tetep gerah, njir! Ini ruang VIP apa bukan sih? AC gak berfungsi sama sekali," omelnya lalu membanting remote AC itu hingga pecah menjadi beberapa bagian.

"Iya nih! Gerah banget! Gue mau cuci muka dulu!" sahut Prinsha dengan nada yang sengaja dikeraskan. Cewek itu beranjak dari duduknya dan menuju ke kamar mandi.

Varas dan Yuga menatap dua orang yang sedang sensi itu dengan heran. "Kenapa lo, Ja?" tanya Varas heran.

"Budek? Gue bilang gue gerah," ketus Reja sambil memalingkan wajahnya. Wajah Reja memang memerah seperti orang kepanasan, tetapi sebenarnya bukan karena cuaca yang panas, melainkan hatinya yang panas melihat Varas dan Yuga saling melempar senyuman.

"Iya, denger kok. Sensi amat."

"Eh, Yuga, lo gak usah banyakan tebar senyum. Nanti kalau ada yang baper, lo juga yang susah, dituduh PHP lagi," ujar Reja sambil Yuga tajam. Bukannya takut, Yuga malah tertawa terbahak-bahak melihat Reja sedang cemburu.

"Varas gak bakal baper kok. Dia 'kan sukanya sama lo doang, Ja," kata Yuga setelah meredakan tawanya.

"Eh, enggak kok. Belum tentu gue gak bisa berpaling? Kalau misalnya gue suka sama lo, itu mungkin-mungkin aja. Secara lo 'kan ganteng, baik, perhatian, ramah, idaman cewek banget, beda sama dia," sanggah Varas sambil melirik Reja yang terlihat marah mendengar ucapan Varas. Namun, cowok itu berhasil meredam emosinya dan berpura-pura tenang, padahal rasa kesal berkecamuk di hatinya.

"Enggak gue biarin! Kalau mau Yuga, langkahin dulu mayat gue!" teriak Prinsha yang berada di ambang pintu kamar mandi. Cewek itu terlihat seperti istri yang sedang melabrak pelakor. Varas saja merinding melihatnya.

"Enggak kok. Gue gak suka sama Yuga. Gue becanda," kata Varas cepat. Ia cengengesan tidak jelas karena merasa terintimidasi oleh tatapan Prinsha.

"Prinsha, lo pulang sana. Dari kemarin lo tidur di sofa, kasihan badan lo sakit," suruh Yuga.

Prinsha berjalan mendekat dan naik ke tempat tidur Yuga. "Makanya gue minta tidur sama lo di kasur. Kasur ini luas banget padahal, masa gue gak boleh tidur di sini?" Kini Prinsha duduk di samping Yuga sambil memeluk lengan Yuga dan menyandarkan kepalanya di pundak Yuga.

"Nurut dong, Prinsha," pinta Yuga sambil menepis tangan Prinsha pelan.

Varas yang merasa seperti obat nyamuk pun berdiri dan berjalan menghampiri Reja yang sedang melamun. "Lihat apa lo?" tanya Varas karena melihat Reja menatap kosong ke depan.

"Gue-"

"Hello everybody! Ghanu yang very ganteng coming dengan membawa ketampanan yang tidak ada bandingannya!" seru Ghanu setelah membuka pintu dengan keras. Semua yang ada di ruangan itu menatap Ghanu yang seperti orang gila karena teriak-teriak tidak jelas.

"Bukan temen gue. Gue gak kenal," kata Deros lalu duduk di samping Reja. Kini Reja diapit oleh Varas dan Deros.

"Kalian berdua mending kalian anterin dua cewek ini pulang. Kasihan udah sore," suruh Yuga. Ghanu yang hendak duduk di pinggir kasur pun melongo. Baru saja ia datang dan disuruh pergi lagi.

"Gue baru dateng. Masa lo usir?"

"Gue mau ngomong sesuatu sama Reja. Penting ini," ucap Yuga. Kalau Yuga sudah mengatakan pembicaraan penting, mereka tidak bisa lagi protes.

"Gue anterin Varas," kata Ghanu sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya pada Varas.

"Saraf lo? Kedip-kedip gak jelas gitu," cibir Reja yang kebetulan melihat aksi Ghanu menggoda Varas.

"Galak mulu lo, Ja. Napa sih? Tiap hari lo dateng bulan, ya?" Ghanu merengut kesal karena tidak bisa menggoda cewek secantik Varas. Padahal Varas itu termasuk tipe idealnya.

"Varas sama Deros. Lo sama Prinsha," kata Reja.

Ghanu menoleh ke arah Prinsha. Cewek yang masih duduk di samping Yuga itu mendelik pada Ghanu dan membuat bulu kuduk Ghanu merinding. "Lo Prinsha, 'kan? Bukan Prinsy?"

"Dia Prinsha, Ghanu. Masa gak bisa bedain sih?"

"Oh, iya-iya."

"Kabarin kalau udah sampai," kata Reja pada Varas. Varas tergeming sambil menatap Reja yang juga menatapnya dengan tatapan teduh. Sungguh membuat Varas tidak bisa menahan senyumannya.

"Iya," kata Varas sambil tersenyum lebar.

Setelah keempat orang itu pergi, di kamar rawat Yuga hanya tersisa keheningan karena tidak ada yang membuka percakapan. Yuga yang sibuk dengan pikirannya dan Reja yang melamun.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," kata Yuga memecahkan keheningan yang berlangsung selama beberapa menit. Reja menoleh dan menaikkan satu alisnya.

"Najis! Kata-kata lo kayak orang mau nembak doi," cibir Reja.

"Lo suka Varas dan Varas suka sama lo. Mending lo tembak dia sebelum dia bosen ngejer-ngejer lo."

Reja melongo. Ia kira pembicaraan penting Yuga berhubungan dengan Bezaru, ternyata Yuga malah membahas hubungannya dengan Varas. "Emang kenapa sih? Palingan dia gak serius sama gue. Tuh buktinya dia udah mulai cuek."

"Dia serius sama lo, Reja. Lo tahu gak baju basket couple kalian itu bukan dari endorse. Gue lihat pas di lampu merah dia beli di toko sama Liza. Cewek yang gak serius gak mungkin ngelakuin itu, Ja. Dia tulus sampai bela-belain bohong kayak gitu biar bisa foto bareng sama lo," tutur Yuga.

"Serius lo?"

Yuga mengangguk. Ia tidak ingin Reja menyesal di kemudian hari hanya karena gengsinya yang tinggi. Ia tahu temannya itu mempunyai perasaan lebih pada Varas, hanya Reja terlalu gengsi untuk mengungkapkannya. "Gue tanya sama lo, lo suka sama Varas apa enggak?"

"Itu urusan gue."

"Gue pernah bilang bakal buktiin kalau lo cinta sama Varas, tapi kayaknya gak perlu lagi deh."

"Oke, fine! Gue suka sama dia. Puas?" Yuga tersenyum lega mendengar Reja akhirnya mengakui perasaannya yang sebenarnya. Sepertinya Reja tidak bisa lagi menutupi hal yang sudah terlihat dengan jelas. "Gue cemburu kalau dia deket sama cowok lain. Puas lo? Puas?"

Yuga mengangguk-angguk sambil tersenyum senang. "Gue rekam. Mau gue kasih ke Varas," kata Yuga sambil menunjukkan ponselnya yang ternyata merekam pembicaraan mereka dari tadi.

Reja melotot kesal. "Bangsat! Siniin HP lo!" teriak Reja sambil menghampiri Yuga.

"Eh, lo gak boleh mukul orang sakit," kata Yuga membuat Reja menghentikan langkahnya. Reja menarik napasnya perlahan dan menghembuskannya dengan pelan juga. Kemudian ia pun kembali duduk di sofa.

"Jangan dikirim. Kasih gue waktu."

REJA NGAKU SUKA KE VARAS😭
GIMANA PART INI GAES?

BESOK AKU UPDATE LAGI😁
TUNGGUIN YAAAAAA😍

Senin, 19 Oktober 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro