🍁43🍁 Teror

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Varas yang sudah sampai di rumahnya langsung memasuki kamarnya. Ia melihat Vema yang terbaring dengan wajah pucat pasi. Varas sangat iba dengan kondisi kakaknya yang makin hari makin parah.

"Varas pulang, Kak," ucap Varas pelan. Vema membuka matanya saat mendengar suara Varas. Dari tadi ia tidak tidur sama sekali dan hanya memejamkan matanya.

"Kok jam segini baru pulang?"

"Iya, tadi jenguk temen di RS. Kakak habis cuci darah, ya?"

Vema mengangguk pelan lalu kembali memejamkan matanya. Cuci darah setiap dua kali seminggu memang sangat melelahkan. Dua penyakit menyebalkan menyerang tubuh Vema sekaligus dan membuat Vema kadang merasa lelah dengan hidupnya.

"Udah minum obat, Kak?"

Vema menggelengkan kepalanya. Ia tidak suka minum obat dan kadang ia sering melewatkan waktu minum obat.

"Minum dong, Kak. Biar cepet sembuh."

"Percuma! Gue gak bakal sembuh!" bentak Vema tiba-tiba. Tak lama kemudian terdengar isakan kecil dari bibirnya. Vema menangis tersedu-sedu mengingat penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh, malah tambah parah.

Gagal ginjal dan anemia adalah penyakit yang sudah lama menggerogoti tubuhnya. Ia muak dengan penyakit yang dideritanya itu. Andai saja ia sehat, ia pasti bahagia sekarang.

"Kakak pasti sembuh, jangan putus asa dong."

Vema berusaha menghentikan tangisannya dan menatap Varas tajam. Perlahan ia merubah posisi tidurnya menjadi duduk dan mengusap semua air mata yang membasahi pipinya. "Satu-satunya cara buat sembuh adalah transplantasi ginjal," katanya.

"Ada yang mau donorin ke Kakak?" tanya Varas yang tampak senang karena ada harapan kakaknya itu sembuh total. Ia tidak sabar menanti kakaknya itu sehat tanpa penyakit parah di tubuhnya.

"Ada."

"Wah, siapa, Kak? Dia pasti orang baik," kata Varas antusias.

"Bukan karena dia baik, tapi karena sudah seharusnya dia donorin ginjalnya buat gue." Vema menarik salah satu sudut bibirnya dan membuat Varas menjadi semakin penasaran dengan orang yang Vema maksud.

"Siapa, Kak? Jadi kepo nih."

"Lo."

"Hah?"

"Orang itu lo, Varas," tekan Vema agar Varas mendengarnya dengan jelas.

"Ka-Kakak gak becanda, 'kan?" Vema tidak menjawab, melainkan langsung kembali tidur dengan posisi membelakangi Varas. Varas masih mematung di tempatnya karena terkejut dengan apa yang Vema bilang tadi.

🍁🍁🍁

Suara bel pintu rumah Reja berbunyi dua kali. Reja langsung menyuruh Ghanu untuk membuka pintu itu. Ternyata yang datang adalah seorang pria yang membawa delapan buah kotak berukuran sedang.

"Apaan nih, Ja?" tanya Ghanu sambil menenteng delapan kotak yang sudah disatukan menggunakan tali itu.

"Lanjutin terornya," kata Reja. Ghanu memberi kotak itu pada Reja dan langsung dibuka oleh sang pemilik. Tiap kotak itu isinya adalah boneka berbentuk manusia dengan wajah yang berbeda-beda. Jika dilihat-lihat lagi, boneka itu mirip beberapa orang yang ada di kelas 12 Bahasa D.

"Ini orang-orang yang terlibat?" tanya Deros. Rupanya Deros cepat tanggap seperti biasanya.

"Kalian berdua sanggup ngerjain ini?" tanya Reja.

"Digimanain aja nih?" tanya Ghanu.

"Udah deh, gak usah banyak tanya. Gue bisa," kata Deros lalu pergi untuk mencari beberapa bahan untuk menghias kotak-kotak yang berisi boneka itu.

Sementara Reja pergi ke kamarnya untuk mandi karena ia belum mandi setelah pulang dari rumah sakit. Bahkan ia masih mengenakan seragam sekolahnya.

Sesampainya di kamar, ia melepaskan satu per satu kancing kemejanya hingga terlepas semua dan menyisakan singlet putih di tubuhnya. Saat ia hendak melepaskan singletnya, ponselnya bergetar lama tanda ada yang meneleponnya.

Reja berdecak kesal karena orang yang sedang menelepon itu mengganggunya. Namun, saat melihat sang penelepon, Reja langsung tersenyum semringah. Ia pun berdehem lalu memencet tombol hijau. "Halo."

"Gue udah sampai."

"Kenapa baru ngabarin? Gue aja udah di rumah."

"Iya, gue sibuk."

"Sibuk ngapain?"

"Ada urusan."

"Ya udah, sana selesaiin urusan lo. Gak usah nelepon gue." Nada bicara Reja terdengar sangat ketus hingga membuat Varas tertawa cekikikan. "Napa lo ketawa-ketawa kayak mbak Kunti?"

"Inget besok penilaian basket. Besok gue bakal dapet nilai di atas KKM, lihat aja nanti."

"Iya, gue tunggu. Semoga gagal."

"Jahat banget sih lo!"

Reja langsung memutuskan telepon karena tidak kuat menahan tawanya. Setelah itu, barulah Reja tertawa terbahak-bahak sambil melempar tubuhnya sendiri ke kasur big size-nya. Entah kenapa Reja merasa lucu saat Varas terdengar marah.

"Woy! Udah gila lo ketawa-ketawa sendiri?" teriak Ghanu dari ruang tamu. Sementara Reja tidak menghiraukannya dan merubah posisi menjadi tengkurap. Ia mengurungkan niatnya untuk mandi dan berakhir terlelap dengan bibir yang terus tersenyum sepanjang tidurnya.

🍁🍁🍁

The Angel dan empat cowok kelas 12 Bahasa D sengaja datang pagi-pagi ke sekolah hanya untuk membahas kejadian kemarin malam. Mereka sekarang sedang berkumpul dengan raut wajah mereka yang terlihat cemas semua.

"Gue gak tahu lagi harus gimana. Gue takut banget," lirih Nasha sambil menunduk. Di depannya ada sebuah kotak yang berisi boneka kecil yang berlumur pewarna merah pekat. Tidak hanya itu, di dalam kotak itu juga ada surat yang ditulis dengan tinta merah.

Dear my lovely friend

Hi, friend. Inget aku gak? Aku Zakka, temen sekelas kalian. Kalian gak mungkin lupa setelah semua yang kalian lakuin ke aku.

Btw, aku ada di surga loh, lihat kalian yang kelihatannya bahagia tanpa aku.

Kalian tahu gak tiga keinginan yang aku harap terkabul tentang kalian?

Pertama, aku pengin kalian bahagia.
Kedua, aku pengin kalian bahagia.
Ketiga, aku pengin kalian bahagia.
Aku selalu pengin kalian bahagia dan hanya bahagia.

Tapi, asal kalian tahu, sebenarnya aku bohong. Tiga keinginan aku itu kebalikannya. AKU MAU KALIAN PANJANG UMUR DAN MENDERITA SELAMANYA!

Bukan hanya Nasha yang mendapat kotak itu, tujuh temannya yang lain juga mendapat isi kotak yang sama persis, kecuali bonekanya yang berbeda.

"Zakka udah mati, dia gak mungkin nulis ini. Pasti ada orang lain yang ngelakuin ini," kata Jenny sambil menatap tajam kotak yang berisi boneka berbentuk dirinya itu. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia juga merasa takut, tetapi yang paling penting adalah mengetahui siapa dibalik semua itu dan apa motifnya melakukan itu.

"Varas gak sih? Secara dia deket sama Zakka," cetus Arlan.

"Morgan mungkin?" imbuh Bisma.

"Atau keluarga Zakka?" tambah Gania.

Mereka berpikir keras untuk menerka-nerka siapa dalang dari semua itu. Mereka pasti akan membalas perbuatan peneror itu karena sudah berani mengganggu mereka.

"Guys," panggil Poulia yang sedari tadi diam menyimak. Cewek itu menatap satu per satu temannya. "Kalian masih nyimpen video itu?"

Mereka semua langsung saling pandang satu sama lain. Tak lama kemudian mereka mengangguk bersamaan. "Masih ada di grup kita," sahut Eggy.

"Mending hapus deh. Kalau video itu kesebar, kita pasti diselidikin," saran Poulia. Video itu berbahaya bagi mereka semua. Kalau misalnya video itu tersebar, alasan Zakka bunuh diri akan terungkap. Mereka tidak mau itu terjadi.

"Liza masih punya videonya," ujar Morris. Karena menjadi teman sebangku Liza ia sering meminjam ponsel Liza dan ia pernah tidak sengaja melihat video itu masih berada di ponsel Liza.

"Lo harus hapus video itu dari HP Liza. Kalau dia cerita ke Varas, gue yakin video itu bakal bocor. Kita bakal mampus," kata Nasha panik.

"Gue bakal usahain," ujar Morris patuh. Ini juga demi keselamatannya.

"Sekarang kita buang sampah ini dulu. Temen-temen pasti bakalan dateng bentar lagi," ucap Gania lalu berdiri. Sementara yang lainnya langsung mengangguk dan pergi menuju pembuangan sampah bersama-sama sambil membawa satu kotak di tangan mereka masing-masing.

Gatau kenapa hobi bikin ginian sekarang. Di ss ya terus share ke media sosial hehe

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI YA GAES😭 I LOVE YOU 4000 BUAT YANG SHARE😅

BENTAR LAGI SEMUANYA TERUNGKAP 😭
BENTAR LAGI VARAS NEMBAK REJA😭
BENTAR LAGI ENDING😭
EH GAK DEH, KEKNYA LAGI BEBERAPA PART😭

Selasa, 20 Oktober 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro