🍁51🍁 Bukti Itu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Reja dan tiga temannya sudah berada di kelas karena bel masuk sudah berbunyi. Ia memperhatikan setiap temannya yang baru datang dari luar. Saat Nasha datang bersama lima temannya yang lain, Reja menatap mereka tajam. Sempat-sempatnya mereka terlihat bahagia setelah kejadian tadi pagi.

"Ternyata anjing gak selamanya berbentuk hewan ya?" cibir Reja sambil menatap keenam orang yang tadinya terlihat gembira. Namun, saat suara Reja terdengar lantang, senyum di bibir enam orang itu langsung luntur dan tergantikan dengan raut ketakutan.

"Anjing hewan woy, mana ada makhluk lain yang namanya anjing!" seru Ghanu dari tempat duduknya. Cowok bule itupun ikut menatap enam orang yang masih berdiri di dekat ambang pintu itu.

"Ada. Itu ada enam dan lagi dua masuk dokter hewan." Reja menarik salah satu sudut bibirnya. Ia berdiri dan berjalan pelan menuju tempat enam orang itu berdiri.

"Re—Reja, lo mau apa lagi?" tanya Nasha tergagap. Ia segera mundur dan berlindung dibalik teman-temannya saat Reja semakin dekat.

"Udah cukup gue ngomong doang. Lagian kalian gak bakalan ngerti sama bahasa manusia." Reja merogoh dompetnya dan mengeluarkan uang sebanyak enam lembar pecahan seratusan. Kemudian ia melemparkan uang itu ke arah enam orang itu. "Ini yang bikin kalian hina Varas?" tanya Reja.

"Tapi dia emang pencuri!" sentak Jenny. Entah darimana datangnya keberanian untuk menyahuti omongan Reja. Namun, saat ia sadar, ia langsung menunduk takut. Ia merutuki dirinya yang kelepasan.

"Ya udah, ambil uang ini dan masalah selesai." Reja bersedekap dada dan menatap orang-orang yang ada di depannya dengan angkuh. "Pungut!" titahnya sambil menunjuk enam lembar uang yang berserakan itu dengan kakinya.

Mereka tidak ada yang berani bergerak. Mereka hanya diam dan terus menunduk. Reja menjadi geram sendiri karena ia seperti berbicara dengan patung anjing.

"Gue bilang apa? Budek lo? Pungut!" sentak Reja. Kali ini semuanya langsung berjongkok dan mengambil uang itu satu lembar per orang.

"Gue gak nyangka." Suara seseorang membuat Reja menoleh. Ternyata Varas datang bersama Liza. Varas terlihat sangat kecewa dengan perilaku Reja.

"Varas, lo sejak kapan di—"

"Lo sama aja kayak mereka, Reja!" pekik Varas lalu berlari menjauhi kelasnya. Ia benar-benar kecewa karena Reja memberi enam orang itu uang sebagai ganti uang kas yang hilang.

Reja segera menyusul Varas dan membuat keenam orang itu bisa bernapas lega setelah kepergian Reja. Sementara Reja panik karena Varas tiba-tiba marah padanya. Ia pun berusaha mengejar Varas yang sedang menuruni anak tangga dengan cepat.

"Varas, tunggu!" teriak Reja sambil mempercepat langkahnya. Bahkan ia meloncati tiga anak tangga sekaligus agar bisa menyusul Varas.

"Lepasin!" sentak Varas saat Reja menarik tangannya. Namun, Reja malah mendorongnya ke tembok dan mengurungnya di antara dua tangan kekar cowok itu. Varas berusaha melepaskan diri, tetapi tenaganya tidak sebanding dengan Reja.

"Dengerin gue dulu!" bentak Reja karena Varas terus memberontak. Varas tidak memberinya kesempatan bertanya ataupun menjelaskan. "Salah gue apa?" tanya Reja saat Varas mulai berhenti memberontak.

"Salah lo?" Varas menatap Reja heran. Ternyata Reja sama sekali tidak tahu kesalahannya ada di mana.

"Lo abis nangis, Ras?" tanya Reja yang kini mulai melunak. Ia tidak lagi membentak seperti tadi.

"Gak usah ngalihin pembicaraan," tekan Varas sambil menatap Reja tajam.

"Salah gue apa, Ras?" Reja menatap Varas lekat-lekat, tetapi Varas langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Varas," tegur Reja karena Varas tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Lo sama aja kayak mereka," ucap Varas dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Reja semakin heran dengan arah pembicaraan Varas. Varas yang tidak mau menatapnya tadi, kini menatap matanya lekat-lekat. "Gue enggak ngambil uang itu," tekan Varas.

"Iya, gue tahu. Gue percaya sama lo."

"Enggak!" sentak Varas lalu mendorong Reja hingga Reja mundur beberapa langkah untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. "Lo gak percaya sama gue. Kalau emang lo percaya sama gue, lo gak bakal ngasih mereka uang. Lo ngasih mereka uang itu sama aja dengan lo nebus uang yang hilang itu. Sama aja kayak lo yakin kalau gue yang ngambil!" jerit Varas lalu menangis terisak-isak.

Reja menatap Varas terkejut. Ternyata karena itu Varas menjadi marah seperti ini. Padahal ia tidak ada maksud seperti itu. Ia hanya ingin orang-orang itu berhenti menuduh Varas yang mengambil uangnya. "Gue gak maksud gitu, Ras," kata Reja dengan nada bersalah.

"Gue gak sehina itu buat ngambil uang itu, Reja," lirih Varas lalu berlari lagi meninggalkan Reja yang masih terdiam dengan posisi berdiri.

🍁🍁🍁

Sampai bel pulang berbunyi pun Varas tidak menampakkan dirinya. Entah kemana cewek itu pergi, Reja tidak tahu. Ia sudah berusaha mencari di tempat yang biasa Varas datangi dan tidak menemukannya juga. Varas juga tidak menjawab teleponnya.

"Ja," panggil Liza yang tiba-tiba menghadang Reja dan tiga temannya. Reja menaikkan alisnya tanda agar Liza melanjutkan kalimatnya. "Gue punya buktinya."

"Apa?" Reja tampak terkejut karena Liza mendapatkan bukti yang ia minta. Ia tidak menyangka Liza secepat itu mendapatkan bukti. Ternyata Liza sangat berguna.

"Tapi …."

"Tapi apa?" tanya Reja. Ia melihat Liza menunduk dalam dan membuatnya semakin penasaran.

"Bukti yang ada di HP gue dihancurin sama Nasha dan yang lainnya."

Reja menganga lebar. Liza mendapatkan bukti tapi malah hancur. Ia benar-benar geram pada Nasha yang sudah menghancurkan bukti itu. "Terus HP lo gak bisa hidup?" tanya Reja.

Liza yang sedang menunduk tiba-tiba terkekeh kecil melihat Reja yang tampak terkejut. Reja mengernyitkan keningnya lagi karena heran dengan Liza yang sangat membuatnya penasaran.

"Kenapa lo malah ketawa? Bukannya sedih gara-gara HP lo dihancurin?"

Liza langsung tertawa terbahak-bahak. Ia benar-benar tidak bisa menahan tawa yang sedari tadi ingin meledak. "Bodoh!" Hanya kata itu yang Liza katakan. Matanya menatap lurus ke belakang Reja dan teman-temannya. Di sana ia melihat enam orang yang sedang menatapnya dari kejauhan. "Kalian bego!" teriak Liza.

"Lo kenapa sih? Gila lo" tanya Ghanu heran.

Setelah melihat keenam orang itu pergi, Liza menghentikan tawanya perlahan. Ia mengusap air mata yang ada di sudut matanya karena terlalu lama tertawa. Ia berdehem sebelum melanjutkan perkataannya. "Mereka kira gue bego, padahal mereka yang bego. HP gue yang mereka hancurin itu emang ada bukti yang lo cari."

"Terus?" Reja tampak tidak sabaran karena Liza terlalu lambat menjelaskan.

"Sebelum mereka hancurin HP gue, gue udah kirim ke lo, Ja. Buktinya udah ada di tangan lo," kata Liza sambil menyunggingkan senyumnya. Reja menatap Liza senang, ia kira Liza benar-benar kehilangan bukti itu. "Gue ikut terlibat, Ja. Maafin gue," lanjut Liza lalu menghela napas beratnya. Ia yakin Reja akan membencinya setelah menonton video itu.

Bonus picture:

SEGITU DULU YA
BESOK AKU LANJUT

GREGET GAK SIH?

ADA YANG NYANGKA LIZA JAHAT GAK SIH?

ENGGAK KAN YA?

ABISNYA DIA KAYAK MISTERIUS GITU PAS NGEJELASIN KE REJA😂

Btw aku ada stikernya mereka, stiker WhatsApp, mau gak?

SEE YOU TOMORROW GAES 😍

TETEP TUNGGU CERITA INI YA
BENTAR LAGI KELAR MASALAH TTG ZAKKA:)

Rabu, 28 Oktober 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro