🐊28🐊 Tidak Tahu Malu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

“Kak Gania, awas!” teriak Meidy yang sedang gemetar di tempat. Ia ingin menolong, tetapi menggerakkan kakinya sedikit saja ia kesusahan.

“Gania!” seru Ghanu yang kini berlari kencang menghampiri Gania. Kemudian, ia menarik Gania yang terduduk di aspal hingga mereka berdua berhasil sampai di pinggir. Hampir saja mobil itu menabrak Gania. Jika Ghanu tidak cepat menarik Gania, sudah dipastikan tubuh Gania sudah terpental jauh.

“Woy, bawa mobil yang bener dong!” teriak Ghanu kesal. Jika tadi ia tidak berhasil menyelamatkan Gania, ia pasti akan menyesal seumur hidupnya. Pengendara mobil itu bahkan tidak tahu kalau dirinya hampir menabrak orang atau mungkin lebih tepatnya pura-pura tidak tahu.

“Kamu enggak papa?” tanya Ghanu sambil mengecek tubuh Gania. Lumayan banyak luka goresan di kaki Gania, terutama pada bagian lutut. Itu semua karena tadi Ghanu menarik Gania yang terduduk hingga perempuan itu terseret dan tergores aspal.

“Buta?” sahut Gania kesal. Rencananya untuk mati digagalkan oleh Ghanu. Ini kedua kalinya ia berniat mati untuk membuat Ghanu menyesal. Bodoh memang, tetapi Gania tetap ingin melakukan hal bodoh itu.

“Kenapa kamu bisa duduk di tengah jalan gitu sih?” tanya Ghanu sambil meluruskan kaki Gania. Perlakuan Ghanu pada Gania tidak luput dari pandangan Meidy dan juga warga sekitar ataupun pengendara motor yang menyaksikan itu.

“Tanya sama cewek sok polos itu,” ketus Gania sambil melirik Meidy yang sedang menangis tersedu-sedu di dekatnya. Saking fokusnya Ghanu pada Gania, ia bahkan tidak sadar kalau ada Meidy yang menangis di dekatnya.

“Kamu ngapain Meidy?” tanya Ghanu dengan tatapan menyelidik. Ghanu yang tadinya terduduk di samping Gania pun bangun dan berdiri di hadapan Meidy.

“Kak Gania tadi mau dorong aku ke jalan, terus aku ngelawan dan enggak sengaja ngedorong dia,” alibi Meidy. Cewek licik itu dengan mudahnya mengarang cerita dan menyampaikannya tanpa terlihat gugup sedikitpun. Ia bahkan menangis terisak-isak hingga seakan-akan ia yang menjadi korbannya.

Gania membulatkan matanya, ia tercengang dengan semua karangan Meidy. Sungguh ia tidak pernah berniat mendorong Meidy. Ia tidak sekejam itu. “Mulut kamu bener-bener busuk,” desis Gania. Ia menarik tangan Ghanu yang terdiam saja karena tidak tahu harus percaya dengan siapa. Gania berhasil berdiri dengan bertumpu pada kaki yang tidak terlalu sakit, tentunya ia juga memegang tangan Ghanu agar ia bisa menjaga keseimbangan.

“Kak Gania, aku minta maaf kalau aku ada salah. Tapi, aku mohon jangan pakai kekerasan. Cuma orang bodoh yang melampiaskan rasa sakitnya dengan menyakiti orang lain,” lirih Meidy sambil memasang ekspresi memohon. Ia terlihat sangat sedih, seolah-olah ia yang paling terluka.

“Meidy, kamu pikir keluarga kamu enggak malu ngelihat perilaku kamu kayak gini? Saya tahu betul kalau Agalanka, kakak tercinta kamu itu, malu banget punya adik kayak kamu. Mungkin aja dia takut kalau kamu bakal depresi kalau dia ngelarang, karena dia tahu … kamu enggak waras,” desis Gania di depan Meidy.

Kemudian, ia memakai tangan kanannya untuk menampar pipi Meidy hingga cewek itu terjatuh, mungkin pura-pura lemah agar Ghanu prihatin. Tidak cukup sampai di sana, Gania menarik rambut Meidy dan memaksa cewek itu berdiri hingga Meidy menjerit-jerit. Aksi mereka tidak luput dari para tetangga yang kebetulan berada di luar. Semua yang melihat penasaran dengan apa yang terjadi, tetapi takut untuk mendekat.

“Gania, udah. Malu dilihatin orang-orang,” bisik Ghanu sambil berusaha melepaskan tangan Gania dari rambut Meidy.

“Kak Gania, maafin Meidy karena udah salah ngomong. Meidy enggak bermaksud bilang yang sebenarnya sama Kak Ghanu. Jangan sakitin aku, Kak. Kalau Kak Agal lihat aku pulang kayak gini, Kak Gania bakal dimarahin sama dia,” pinta Meidy yang terus saja mengeluarkan air mata buaya.

“Enggak, Agalan enggak bakal marah sama saya. Yang saya lakuin udah bener, membasmi pelakor. Bahkan di sendiri bilang kalau pelakor itu kerjaannya cuma jual diri, secara enggak langsung dia ngatain kamu, adiknya sendiri!” tutur Gania dengan nada yang semakin meninggi. Ia berteriak tepat di depan wajah Meidy hingga cewek itu tidak berani menatap Gania karena ketakutan.

“Gania, udah! Kamu lagi luka!” bentak Ghanu sambil melepaskan tangan Gania dari Meidy dengan kasar. Gania terjengkang, tetapi untungnya Ghanu sudah siap menopang tubuh Gania.

“Cewek hina kayak dia itu emang cocok sama bajingan kayak kamu, Ghan. Terusin aja, terusin. Aku terima kok kalau kamu mesra-mesraan dia, tapi jangan di depan aku. Bukannya takut sakit hati, cuma aku ngerasa jijik ngelihatnya,” desis Gania sambil mendorong Ghanu hingga cowok itu terjatuh tepat di samping Meidy yang sedang menangis di bawah.

“Sekarang jelasin yang sebenarnya, kamu yang dorong Gania?” tuntut Ghanu pada Meidy. Tangisan Meidy mulai mengeras karena Ghanu mulai curiga padanya. Sementara Gania langsung memutar bola matanya jengah karena Meidy memulai dramanya lagi.

“Enggak, Kak. Aku yang hampir didorong sama Kak Gania,” cicit Meidy setelah tangisannya cukup reda.

Gania tersenyum miring mendengar apa yang Meidy bilang. Meidy tidak sepenuhnya pintar bersandiwara karena saat ini juga cewek itu membuat kesalahan. “Saya inget, tadi kamu bilang kalau kamu ngedorong aku karena membela diri. Tapi, sekarang kenapa jawaban kamu lain? Kenapa kamu bilang enggak?”

Meidy menganga, ia tercengang karena dirinya telah membuat kesalahan yang pastinya akan membuktikan semua kebenaran. Ia salah bicara tadi sehingga Gania mendapat celah untuk membuatnya tidak bisa mengelak lagi.

“Skak mat,” bisik Gania sambil tersenyum lebar. Namun, sedetik kemudian senyumnya langsung hilang dan digantikan dengan ekspresi datarnya. Sementara Meidy sekarang jadi gemetar karena kebohongannya terungkap.

“Kamu bener-bener mau bikin Gania celaka, Meidy?” tanya Ghanu. Jika dilihat dari ekspresinya, laki-laki itu terlihat sangat marah. Wajahnya terlihat sangat memerah dan urat-urat leher menonjol karena sedang menahan dirinya agar tidak membentak Meidy.

“Maaf, Kak,” lirih Meidy. Akhirnya ia mengaku juga karena sudah tidak bisa mengelak lagi. Ia benar-benar merasa terpojokkan saat ini.

“Biar apa kamu ngelakuin itu? Hah? Biar Gania pergi dari hidup aku dan kamu mau gantiin posisi dia? Gitu? Aku kecewa sama kamu, Meidy. Dari awal aku udah bilang, jangan pernah merasa kalau aku itu cuma milik kamu!” kata Ghanu yang diakhiri dengan bentakan.

Meidy yang merasa terkejut mendengar bentakan itu pun kembali terisak. “Meidy enggak maksud dorong Kak Gania, Kak. Maafin Meidy. Itu juga karena Kak Gania jambak aku keras banget, jadi aku enggak sengaja dorong Kak Gania keras,” cicit Meidy sambil mengusap air matanya yang terus mengalir.

“Udah, cukup sampai di sini. Aku pusing. Mending kamu pergi,” suruh Ghanu.

Meidy langsung menggeleng cepat. Ia tidak rela kalau ia harus diusir seperti ini, harga dirinya menjadi terluka. Ia tidak sepenuhnya salah, tetapi Ghanu malah menyalahkannya. “Enggak, aku mau tetep sama Kak Ghanu,” kata Meidy sambil memeluk Ghanu.

Di depan Gania, Meidy dengan tidak tahu malunya memeluk Ghanu. Ini benar-benar membuat Gania geram. Entah apa lagi yang harus ia lakukan untuk menyadarkan makhluk hidup satu ini. “Saya curiga, otak kamu migrasi ke dengkul ya?” desis Gania sambil meraih rambut Meidy agar menjauh dari Ghanu.

“Lepasin Meidy, Kak Gania!” jerit Meidy. Kemudian, ia mendorong Gania hingga Gania terjatuh. Gania yang kakinya sudah sakit, jadi tambah sakit karena terjatuh lagi.

“Meidy!” bentak Ghanu sambil mendorong Meidy hingga pelukan Meidy terlepas. Lalu, Ghanu berjongkok untuk membantu Gania yang terjatuh. Barulah ia menggendong Gania yang tampak kesakitan itu.

“Kak Ghanu tega sama Meidy?” tanya Meidy. Ia hampir saja terjatuh karena Ghanu mendorongnya dengan kasar.

“Kita putus, Meidy! Jangan pernah berhubungan lagi!” ucap Ghanu dengan lantang, lalu pergi meninggalkan Meidy sendirian di pinggir jalan.

🐊🐊🐊

Meidy pulang ke rumahnya dengan keadaan acak-acakan. Rambutnya yang berantakan, pakaiannya yang sedikit kotor, dan juga air mata di pipinya yang membuat Meidy terlihat sangat kacau. Agalanka yang duduk di sofa terkejut melihat adiknya datang dengan penampilan seperti itu.

“Meidy, kamu kenapa?” tanya Agalanka yang langsung menghampiri Meidy dan mengajak cewek itu duduk di sofa. Meidy masih menangis tak henti-henti dan membuat Agalanka kebingungan. “Kamu dari mana?” tanyanya lagi.

“Aku dijahatin Kak Gania, Bang,” adu Meidy sambil memeluk kakaknya itu dengan erat.

“Alasannya apa?” tanya Agalanka, lalu mengelus-elus rambut Meidy yang berantakan. Jika Meidy sedih, itu semua tidak jauh-jauh dari Ghanu. Dulu, Meidy pernah di-PHP-in oleh Ghanu dan cewek itu jadi mayat hidup. Namun, saat Meidy sudah berpacaran dengan Ghanu, lagi-lagi Meidy tersakiti.

“Enggak ada alasan. Kak Gania benci sama aku,” lirih Meidy.

“Wajar dia benci sama kamu karena kamu udah jadi orang ketiga di rumah tangganya. Tapi, Gania pasti punya alasan nyakitin kamu,” tutur Agalanka.

Meidy langsung melepaskan pelukan mereka dan mendorong kakaknya itu hingga terbentur sandaran sofa. “Meidy yang tersakiti, tapi kenapa Bang Agal bela dia? Aku yang lebih cinta sama Kak Ghanu, tapi kenapa dia yang milikin Kak Ghanu? Semuanya enggak adil!”

“Berhenti berhubungan sama Ghanu! Berhenti jadi pengganggu hubungan orangn! Kamu enggak malu? Kamu bangga karena jadi simpanan suami orang? Abang yang malu, Meidy! Temen-temen Abang itu selalu ngomongin kamu yang jelek-jelek, asal kamu tahu! Abang pengin protes, tapi yang mereka bilang itu semuanya bener! Abang bisa apa?” bentak Agalanka.

“Terus bedanya sama Abang apa? Abang juga cinta sama Kak Gania! Abang juga berniat ngerusak rumah tangga mereka! Kita itu sama, Abang!” balas Meidy.

“Abang masih punya malu, enggak kayak kamu! Abang enggak pernah mesra-mesraan di depan umum sama istri orang! Kamu terlalu enggak tahu malu, Meidy! Di depan umum, bahkan di depan istri dan juga keluarga Ghanu, kamu tetep aja nempel-nempel sama laki-laki berengsek itu! Sadar, Meidy!” teriak Agalanka di depan Meidy.

Meidy tertegun mendengar semua kata-kata hina yang keluar dari mulut kakaknya sendiri. Ia tidak menyangka kalau sedikitpun Agalanka tidak berniat membelanya. Agalanka tidak memikirkan perasannya sekarang.

“Abang enggak sayang sama Meidy ternyata,” lirih Meidy.

“Bukannya Abang enggak sayang, Meidy. Abang seperti ini karena Abang sayang sama kamu. Abang enggak mau kamu jatuh ke tangan si berengsek itu. Dia enggak pantes dapetin kamu ataupun Gania. Dia enggak pantes hidup bahagia setelah dia mainin perasaan banyak perempuan,” jelas Agalanka.

“Cinta itu perlu perjuangan. Enggak ada yang salah dengan cinta. Meidy cinta sama Kak Ghanu. Enggak ada yang boleh halangin Meidy, termasuk Bang Agal,” tegas Meidy. Kemudian, ia berdiri dan beranjak meninggalkan Agalanka yang merasa frustrasi dengan tingkah adiknya itu. Meidy benar-benar keras kepala.

“Gue enggak bisa gini terus, Meidy lama-lama bakalan semakin jatuh,” lirih Agalanka. Ia berusaha memikirkan cara agar Meidy bisa berhenti mencintai Ghanu. Ia tidak ingin kalau Meidy bersama Ghanu. Ia tidak ingin adiknya sampai berbuat bodoh nantinya.

🐊🐊🐊

Meidy udah mulai kena karma ya wkwkwkwk
Giliran Ghanu nantinya😂

🐊🐊🐊

Minggu, 7 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro