Ramadan 27: Air

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Apa yang terlintas olehmu saat diriku menyebut kata air?

Minum. Salah satu sumber penting kehidupan manusia. Untuk masak. Apa lagi? Apapun itu, aku membenarkan.

Ingin sedikit berbagi pada kalian sebetulnya mengenai hari ini. Karena libur panjang, mama menjadikanku anak perempuan yang benar-benar perempun. Maksudku, jika tidak libur, mama tidak pernah protes tentang pekerjaan rumah, semisal cucian piring atau baju kotor, karena tahu kalau aku memiliki tugas lain di luar rumah.

Baik langsung saja, diriku diperintah untuk membersihkan bak mandi kotor. Katanya, tidak mungkin menyambut hari raya dengan bak dekil begitu. Benar juga apa yang mama bilang.

Sehabis membersihkan bak, mataku terpaku melihat air yang keluar dari keran, berlomba jatuh memenuhi bak mandi. Kalau dipikir-pikir, manusia mesti seperti air, yang mana selalu menuju ke dataran rendah. Di sini, rendah dalam bersikap perilaku, tapi jangan sekali-kali rendah diri. Lalu aku memiliki sudut pandang lain, hidup juga jangan seperti air, terlalu mengikuti arus, karena dunia begitu keras, maka harus menghadapinya dengan jiwa kuat. Mungkin dari kalian berpikir kalau diriku plinplan, tapi kurasa ada banyak pendapat untuk memaknai satu objek.

Itu hanya hasil dari pemikiran sejenak tentang air sebelum mama berteriak dari luar memanggilku. Ah, mungkin aku terlalu lama di kamar mandi.




---



Kau tahu, air begitu menakjubkan. Mereka dibutuhkan, namun tetap merendah. Mereka jatuh dari ketinggian, tetap bergerak tak kenal lelah.

Air mampu memadamkan api berkobar dalam ketenangannya. Manusia semestinya mencontoh; jika ada seseorang  yang marah, orang lainnya hendaklah bersikap tenang. Terkadang sesuatu kasar tidak bisa dibalas kasar.

.
.
.

D-3, 01 Juni 2019

#KSI #KOMUNITASSASTRAINDONESIA  #RAMADHANSUKACITA #CKSI

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro