Ramadan 28: Kata-kata Bermakna (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam ini aku memenuhi janji untuk kembali memberitahukanmu kata bermakna yang kudengar dari mama. Lain kali yang kau baca kapan itu adalah sekarang.

Terkadang, ada kalanya anak bosan mendengar cerita seorang ibu, tapi biar bagaimana juga, orang tua suka didengar, bukan? Aku menyimpan ponsel dalam saku dan mulai mendengarkan mama bicara, beliau bercerita mengenai seorang anak laki-laki yang tidak pernah mengucap kata terima kasih ketika diberi sesuatu.

Sang ibu susah payah bekerja demi anak—mari kita sebut saja dia Murtad. Ibunya membelikan baju, justru ditolak mentah-mentah. Meski begitu, si ibu tidak pernah memendam perasaan kesal lebih lama pada anaknya. Diberi uang 10 ribu bukannya mengucap syukur, Murtad marah-marah, merusak barang dan segala macam yang ada di rumahnya. Apa yang menjadi keinginan Murtad, si ibu senantiasa memenuhi walau selalu berakhir tidak dihargai.

Satu hari, si ibu memberikan Murtad baju lagi, berpikir guna putranya bisa tukar pakaian berbeda setiap hari. Biar Murtad kurang ajar, durhaka, suka membentak, ibunya tetap memberikan yang terbaik. Alih-alih menerima, Murtad kembali menolak, kali ini dengan perkataan kasar. Dia tidak suka pada apa yang ibunya belikan. Bukan gayanya, kata Murtad. Dia meminta mentahnya saja kalau semisal si ibu benar mau membelikan baju. Maksud mentah, uangnya saja. Maka si ibu memberikan uang melebihi uang jajan Murtad.

Tidak bilang apa-apa, anak laki-laki 15 tahun itu keluar rumah girang tanpa tahu uang 50 ribu dua lembar di tangannya hasil keringat si ibu di pasar satu minggu. Murtad tidak pernah tahu bagaimana susah mencari uang, dia hanya tahu menggunakannya sesuai kehendak.

Menutup cerita, mama berkata begini; "Sekecil apapun yang namanya diberi, bukan hanya dari orang tua, dari orang lain juga, harus mengucap terima kasih. Ibarat cuma diberi oncom secuil, tetap berterima kasih pada yang memberi."

Diriku mengangguk paham. Memang seharusnya begitu. Yah, kita mesti menghargai pemberian orang lain. Kalau tidak suka, bisa menolak secara baik, tapi tetap selipkan kata terima kasih. Meski sederhana, kata itu sungguh membuat orang yang memberi tersenyum bahagia. Sangat menyenangkan ketika kita menjadi alasan orang tersenyum, kan?

Oh ya, aku punya satu lagi kata dari mama hari ini. Karena hari raya semakin dekat, mama membuat kue sambil mengajariku. Tapi aku selalu bilang 'nggak bisa'.

"Bukannya nggak bisa, tapi belum bisa. Gagal ya coba lagi."

Terus dipaksa, akhirnya mencoba, dan kue yang kubuat selalu gagal. Entah kulitnya sobek, atau terigunya menjadi titik-titik.

"Jangan mudah putus asa. Pasti ada keberhasilan dari kegagalan. Memangnya kamu pikir mama ini tahu-tahu bisa bikin kue? Mama juga belajar, terus mencoba sampai berhasil."

Kata yang membuatku ingin menangis, dalam waktu bersamaan kekuatan diriku terisi, mencoba kembali apa yang belum diriku bisa. Tidak ada yang tidak mungkin kalau mau mencoba. Tidak ada yang mustahil kalau mau berusaha.

.
.
.

D-2, 02 Juni 2019

#KSI #KOMUNITASSASTRAINDONESIA  #RAMADHANSUKACITA #CKSI

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro