Op. 11: Who?! (END)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tiga bulan kemudian.

Hyun Ae meletakkan kepalanya di atas meja dengan tidak semangat. Akhir-akhir ini, tubuhnya terasa aneh. Setiap pagi, ia selalu merasa mual. Nafsu makannya juga mendadak hilang. Gadis itu juga menghindari setiap makanan yang berbau amis, karena detik itu juga Hyun Ae merasa mual.

Suara bising teman-teman sekelasnya karena seluruh guru sedang mengadakan rapat membuat Hyun Ae memilih pergi ke tempat yang sunyi.

Saat berjalan di koridor, Hyun Ae merasa kepalanya sangat berat dan nyeri. Dan dalam hitungan detik, Hyun Ae sudah tak sadarkan diri.

“Hyun Ae!”


***

Sinar mentari memaksa masuk melalui celah-celah yang tercipta di tirai apartemen Kyuhyun. Akan tetapi, itu tidak mengganggu tidur pulas sang pemuda bersurai kecokelatan tersebut. Tubuhnya yang polos hanya tertutupi selimut tebal.

Perlahan, keningnya mengernyit merasakan nyeri di bagian kepalanya. Beberapa kali ia mengerjap lalu membuka kelopak matanya. Maniknya membiasakan dengan cahaya yang masuk ke matanya.

Tangannya bergerak memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Kyuhyun berusaha untuk duduk dengan punggung yang menyandar di headboard ranjang. Matanya terbelalak kala melihat pakaian yang dikenakannya semalam ada di ujung ranjangnya.

Apa yang terjadi?” tanya Kyuhyun entah pada siapa.

Kyuhyun berusaha mengingat apa pun tentang kejadian semalam. Namun, nihil. Ia tak dapat mengingat kejadian tadi malam.

Tiba-tiba saja, isi perutnya mendesak keluar. Dengan cepat, ia menyibakkan selimutnya dan berlari ke kamar mandi. Kyuhyun memuntahkan seluruh isi perutnya ke wastafel.

Setelah dua menit mengeluarkan isi perutnya, pemuda itu berkumur serta membasuh wajahnya. Saat menatap cermin, dia tersadar akan satu hal.

Kedua maniknya membola. Dalam sepersekian detik, ia melirik tubuhnya yang tidak memakai apa pun.

Keringat dingin mulai bermunculan dari pori-pori kulitnya. Jantungnya berdetak cepat. Perasaannya tidak enak.

"“Si-siapa?

Kyuhyun langsung menyambar handuk model baju di kapstok yang menempel di dinding kamar mandi. Ia berlari keluar kamar menuju ruang tamu apartemennya.

Tidak ada.

Kyuhyun berlari ke arah dapur. Namun, tidak ada siapa pun di sana.

Tidak ada juga.

Kyuhyun memeriksa satu per satu ruangan di apartemennya. Namun, ia tak menemukan orang lain selain dirinya. Dia juga mengecek kolam renang dan tidak ada siapa pun.

Dalam keputusasaannya, Kyuhyun kembali ke kamar dan hampir lupa caranya bernapas saat melihat bercak-bercak merah di sprei ranjangnya.

Anak siapa yang kuperkosa?!” Kyuhyun mengacak surainya dengan frustrasi. “Aku tak mengingat apa pun!

Sementara itu

di sisi lain, Hyun Ae berjalan tertatih menuju halte yang berada tak jauh dari apartemen Kyuhyun. Keadaannya tidak begitu memprihatinkan karena sebelum pergi, Hyun Ae sempat mencuci wajah dan gosok gigi.

Tapi, tak dapat dipungkiri, kedua matanya membengkak seperti habis menangis. Pergelangan tangan dan kakinya tercetak bekas lilitan tali dan berwarna keunguan. Di bagian dadanya banyak sekali kiss mark. Dan ... yang paling parah, bagian kewanitaannya terasa sangat ngilu dan sepertinya lecet.

Tatapan matanya kosong.

Seakan raga tanpa nyawa.

Hyun Ae memberhentikan sebuah taksi dan masuk ke dalamnya. Ia meminta sang supir untuk mengantarnya ke airport.

Oppa.


***


Sayup-sayup terdengar seseorang menyerukan nama Hyun Ae. Bau obat-obatan menusuk penciuman gadis itu. Perlahan, ia membuka matanya dan menangkap sosok Donghae tengah menatapnya khawatir. Walaupun ekspresi datarnya lebih mendominasi.

“Do-Donghae S-Sunbae?”

“Jangan banyak bicara, Hyun Ae,” ucap Donghae.

Hyun Ae berpikir keras. Dia tidak akan melontarkan pertanyaan bodoh, seperti, “Di mana aku, Sunbae?”

Tidak!

Hyun Ae tahu jika saat ini dirinya berada di salah satu ruangan rumah sakit. Tapi, yang jadi pertanyaan adalah...

...kenapa ruangannya penuh dengan gambar janin, bayi, dan ibu hamil?!

Sunbae?” Hyun Ae melirik Donghae, meminta penjelasan.

Namun, pemuda itu hanya diam tak menjawab.

Seorang dokter perempuan datang menghampiri Hyun Ae dengan senyuman tipis. “Bagaimana perasaan Anda saat ini, Hyun Ae-ssi?”

“Saya merasa mual dan pusing, Dok.”

Dokter itu tersenyum tipis. “Kapan terakhir kali Anda mendapatkan siklus bulanan?”

Kening Hyun Ae mengernyit. Apa hubungannya dengan siklus bulanan? Tetapi, pada akhirnya Hyun Ae tetap menjawab pertanyaan tersebut. “Mmm ... Kalau saya tidak salah ingat, sekitar tiga bulan yang lalu, Dok. Saya pikir, saya telat haid karena beban pikiran,” jawab Hyun Ae polos.

“Hyun Ae-ssi, bisa kita lakukan tes urine?” pinta dokter itu.

Hyun Ae semakin bingung. “Untuk apa, Dok?”

Dokter itu tersenyum seraya menyentuh lembut pundak Hyun Ae. “Hanya untuk memastikan kondisimu saja.”

Hyun Ae bergidik ngeri. “Di sini?” Manik hazel-nya melirik Donghae.

Dokter itu tertawa kecil. Seperti mengetahui apa yang Hyun Ae pikirkan. “Tentu saja tidak, Hyun Ae-ssi. Anda bisa memakai toilet yang ada di ruangan ini.”

Donghae berdiri. “Aku akan menunggu di luar.” Setelah itu, dia menghilang di balik pintu ruangan yang tertutup.

Dokter itu melirik pintu ruangan sebelum akhirnya kembali menatap Hyun Ae. “Sekarang, Anda pakai ini untuk menampung urine-nya.” Dia menyerahkan tempat kecil berukuran 5 ml kepada Hyun Ae.

Hyun Ae menerimanya dengan patuh. Ia lalu berjalan ke dalam toilet dan mulai melakukan apa yang diperintahkan oleh dokter tersebut.

Tak butuh waktu lama, Hyun Ae keluar dari toilet dan mendapati satu orang asing selain dokter tadi berada di ruangan.

"“Tenang, Hyun Ae-ssi. Dia asisten saya,” ucap dokter itu.

Hyun Ae mengangguk paham. Kemudian ia menyerahkan tempat tadi kepada dokter yang menanganinya.

Dokter itu meminta sang asisten untuk memberikan sebuah alat yang Hyun Ae tahu nama alat itu adalah....

Tespek?” tanya Hyun Ae bingung.

Dokter itu hanya tersenyum dan langsung mencelupkan tespek ke dalam urine Hyun Ae. Diangkatnya kembali tespek itu.

Satu menit kemudian, hasil yang didapatkan membuat Hyun Ae nyaris pingsan, lagi.

Dua garis merah.

“Selamat, Hyun Ae-ssi. Anda hamil. Dan kandungannya sudah memasuki bulan ketiga.”

Kaki Hyun Ae terasa lemas. Kedua tangannya terasa begitu dingin dan basah. “A-aku hamil?” Tangannya bergerak menyentuh perutnya yang masih terlihat datar. Yaa ... meskipun jika diperhatikan dari dekat, akan terlihat sedikit menyembul.


***


Hyun Ae keluar dari ruangan tadi dengan perasaan tak karuan. Ia melihat Donghae tengah menatapnya datar.

Apa Donghae Sunbae sudah tahu? batin Hyun Ae takut.

Sun—”

“Aku akan mengantar kau pulang.”

Tanpa menunggu jawaban Hyun Ae, Donghae berjalan ke arah basemen rumah sakit. Gadis itu mengekor di belakangnya. Sepanjang jalan, ia terus menunduk.

Sesampainya di basemen, Donghae memersilakan Hyun Ae untuk masuk ke mobilnya. Hyun Ae duduk di bangku penumpang bagian belakang, sedangkan Donghae duduk di bangku kemudi.

Tidak memerlukan waktu lama, mereka berdua sampai di depan rumah Hyun Ae. Saat putri bungsu keluarga Cho itu akan turun, Donghae memintanya untuk mendengarkan ucapannya.

Donghae membalikkan tubuhnya ke belakang. Manik Donghae menatap Hyun Ae lamat-lamat. “Kyuhyun ada di dalam. Dia sengaja pulang karena merindukanmu, Hyun Ae. Dan menurutku ... kau katakan saja pada Kyuhyun tentang kehamilanmu.”

Hyun Ae bergeming. Jadi, Donghae Sunbae sudah tahu?

Hyun Ae meremas rok sekolahnya. Kepalanya tertunduk. “A-aku takut, Sunbae.”

“Kenapa takut? Tidak ada salahnya memberitahukan kabar ini pada ayah dari janin yang dikandung olehmu. Sungguh sangat sakit hati Donghae saat mengucapkannya.

Donghae mendongak. Kentara sekali jika gadis itu terkejut mendengar perkataan Donghae. “Su-Sunbae? Ba-Bagaimana bisa?”

Donghae tersenyum miris. Karena Kyuhyun menceritakan padaku jika dirinya memerkosa seseorang dan tidak ingat siapa gadis itu, sedangkan aku melihat dirimu masuk ke apartemen Kyuhyun saat dia mabuk. Aku mengikuti Han Kyung dan Kyuhyun.

“Itu tidak penting. Keluarlah.” Donghae langsung membalikkan tubuhnya.

Gomawo, Sunbae. Tolong rahasiakan hal ini dari siapa pun.” Setelahnya, Hyun Ae keluar dari mobil dan masuk ke rumahnya.

Kedua tangan Donghae mencengkeram erat setir mobil. Ia merasakan sesak yang luar biasa. Hatinya terasa sangat sakit. “Ini lebih menyakitkan daripada pertandingan 111-11 dengan Henry.”


***


“Aku pulang.”

“Dari mana saja, Ae-chan?” Kyuhyun berdiri di hadapan Hyun Ae dengan kedua tangan tersilang di depan dada.

Napas Hyun Ae tercekat. Ia memilih menunduk. “O-Oppa, biarkan aku mandi dulu.”

Dahi Kyuhyun mengernyit. “Kau menyembunyikan sesuatu dariku, Ae-chan?”

Deg!

“A-aku akan menceritakannya nanti, Oppa. Mianhae.” Dia buru-buru pergi ke kamarnya.

“Kenapa dia setakut itu padaku? Biasanya dia akan langsung menerjang dan memelukku.” Kyuhyun merasakan keanehan pada diri Hyun Ae.

Tiga puluh menit berlalu.

Hyun Ae berjalan dengan langkah yang cukup pelan. Tujuannya adalah lemari pendingin yang berada di dapur rumahnya. Bukan, tujuan sebenarnya bukanlah lemari pendingin. Melainkan sosok lelaki yang berdiri di sana—di depan lemari pendingin—.

“Ada apa, Ae-chan?” tanya lelaki itu tanpa melirik Hyun Ae. Tangannya bergerak mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam kulkas.

Hyun Ae diam.

Gadis mungil itu berdiri dua meter dari sosok lelaki itu. Dia menatap lelaki itu dengan pandangan takut. Di remasnya ujung piyama yang ia kenakan.

“Apa yang mengganggu pikiranmu, Ae-chan?” tanya lelaki itu, lagi.

O-Oppa.” Hyun Ae menggigit bibir bawahnya, membuat hati lelaki yang Hyun Ae panggil “Oppa itu bergetar.

Uhum!” Kyuhhun berdehem sejenak. “Ya, Ae-chan?” Ia meraih gelas kecil dan menuangkan air mineral dingin yang dipegangnya ke gelas itu. Diletakkannya kembali botol air ke dalam kulkas.

“K-Kyu Oppa....”

“Iya, Ae-chan. Ada apa?” Sungguh! Lelaki bernama lengkap Cho Kyuhyun itu sudah gemas dengan kelakuan adiknya.

“A-Aku—”

“Ya?”

“A-aku ... hamil,” cicit Hyun Ae ketakutan.

Prang!

Gelas yang digenggam Kyuhyun membentur lantai dapur mereka dan pecah saat itu juga. Kyuhyun diserang keringat dingin detik itu juga. Tatapannya kosong.

Seorang maid datang ke arah mereka dengan tergesa-gesa. Dia menatap pecahan gelas di lantai dan dua anak majikannya bergantian.

“Tuan Muda, Nona Muda ... biar saya yang mem—”

Kyuhyun mengangkat tangannya. Memberi isyarat kepada maid untuk berhenti bicara. “Tinggalkan kami berdua. Sekarang! Dan jangan biarkan siapa pun masuk ke dapur!” titahnya dengan nada yang sangat dingin.

Maid itu mengangguk patuh dan segera pergi meninggalkan area dapur. Kini, hanya tersisa Kyuhyun—dengan tatapan dingin menatap Hyun Ae—dan Hyun Ae—yang menunduk takut—.

“Siapa?”

Hyun Ae diam.

“Siapa yang melakukan hal bejat itu padamu, Cho Hyun Ae?!” Kyuhyun perlahan mendekati Hyun Ae.

Tubuh Hyun Ae bergetar hebat. Kedua matanya sudah berkaca-kaca.

“Jawab, Hyun Ae!”

Oppa ... ja-jangan membentakku.” Kepala Hyun Ae tertunduk semakin dalam. Ia takut. Sangat takut.

Tatapan Kyuhyun semakin dingin. Aura di sekitar merekapun berubah dingin dan mencekam.

“Cho. Hyun. Ae.” Kyuhyun melafalkan nama adiknya penuh penekanan.

Tak tahan dengan sikap bungkam Hyun Ae, Kyuhyun menarik tangan Hyun Ae dan membawanya ke kamar Kyuhyun. Pemuda itu mengunci pintu kamar.

Kyuhyun berjalan mendekati Hyun Ae yang duduk di tepi ranjang. “Cho Hyun Ae! Jawab pertanyaanku!”

Hyun Ae yang sudah menangis semakin menangis hebat. Beruntunglah ruangan di rumah ini kedap suara.

“Ae-chan.” Nada bicara Kyuhyun berubah lembut.

Hyun Ae berhenti menangis. “A-Apa Oppa tidak ingat kejadian malam itu?”

Kyuhyun diam. Pikirannya menebak-nebak malam yang adiknya maksud. Manik elang Kyuhyun membulat.

Tidak! Tidak mungkin malam di mana aku mabuk!

“Saat itu Oppa sedang mabuk. Dan—” Hyun Ae tidak melanjutkan ucapannya. Ia tidak berani mengingat kembali kejadian di apartemen Kyuhyun.

Napas Kyuhyun memburu. Ia mundur dua langkah. Otak pintarnya mendadak lemot. “Jadi—”

-------------------FINSHED--------------------


HAYOOOO~! SIAPA YANG DARI AWAL NEBAK PELAKU BEJADNYA ITU KYUHYUN? ANGKAT TANGAN! :""V

GANTUNG YA? :"V TENANG. ADA EPILOG KOK :"V

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro