Prologue

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kyu?” Adagaki Meiko mengusap surai kecokelatan milik anaknya yang saat ini tengah membaringkan kepalanya di paha Meiko.

“Iya, Eomma?” sahut bocah kecil itu seraya menatap sang ibu.

“Jika Eomma tidak ada, Kyu mau, 'kan, menjaga Hyun Ae untuk Eomma?” Meiko tersenyum lembut.

Cho Kyuhyun. Anak lelaki berusia tiga tahun itu beberapa kali mengerjapkan kelopak matanya dengan imut. “Memangnya ... Eomma akan pelgi kemana?”

“Jawab saja, Kyu.” Meiko terus mengusap kepala Kyuhyun.

“Mmm.” Kyuhyun kecil tampak berpikir. Detik selanjutnya, ia memalingkan wajahnya tepat di hadapan perut sang ibu yang sudah membesar. Diusapnya perut Meiko dengan lembut. “Aku akan menjaga Hyun Ae dengan baik, Eomma.”

“Janji?” Meiko mengacungkan jari kelingkingnya pada Kyuhyun.

Kyuhyun mengangguk antusias. Kemudian ia melilitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Meiko. “Janji.”

“Kyu ... Eomma bangga sekali padamu.”

***

“Aku pulang.” Kyuhyun baru saja pulang berlibur dari rumah saudaranya.

Kyuhyun terdiam saat melihat para maid dan butler berlarian dengan raut wajah panik.

“Paman Han, ada apa?” Kyuhyun berhasil mencegat supir pribadinya.

“Tuan Muda, ibu Anda mengalami perdarahan,” jawab Paman Han panik.

“Peldalahan?” Tidak perlu waktu lama untuk Kyuhyun mencerna ucapan Paman Han. Bersyukurlah dia memiliki otak cerdas diatas rata-rata.

Kyuhyun segera melesat masuk ke kamar ibunya. Menerobos gerombolan maid dan butler yang mengerubungi pintu kamar Meiko.

EOMMA!” Kyuhyun menghampiri Meiko yang tengah digendong oleh ayahnya, Cho Jung Soo. “Appa ... Eomma mau dibawa kemana?”

“Ibumu akan dibawa ke rumah sakit,” ucap Jung Soo yang terus berjalan menuju garasi mobil tanpa menghiraukan Kyuhyun yang mengikutinya dari belakang.

Appa! Aku ikut!” Tanpa menunggu jawaban dari Jung Soo, Kyuhyun langsung masuk ke mobil dan duduk di bangku penumpang—bagian belakang—bersama sang ayah dan ibunya yang merintih kesakitan.

“Han, jalan!” titah kepala keluarga Cho.

“Baik, Tuan.” Paman Han segera menyalakan mesin mobil dan mengemudikan mobil tersebut keluar dari pekarangan luas keluarga Cho. Menembus jalanan Kota Seoul dan berbaur bersama mobil lain dengan kecepatan yang cukup gila.

Ini semua Paman Han lakukan demi menyelamatkan nyawa Nyonya Besar-nya dan calon Tuan Putri Cho.

Tidak memerlukan waktu lama untuk mencapai Seoul International Hospital—karena keahlian berkendara Paman Han—. Meiko langsung dipindahkan ke atas ranjang dorong milik rumah sakit dan dibawa menuju ruang persalinan.

Dokter dan perawat sudah dalam keadaan siap begitu mendapat kabar dari pihak keluarga Cho jika istri dari pengusaha kaya nan sukses di Korea Selatan itu mengalami perdarahan akibat terpeleset di kamar mandi.

Eomma, beltahanlah.” Kyuhyun terus menggenggam tangan Meiko sejak tadi. Liquid bening yang keluar dari pelupuk matanya sudah tak terbendung lagi.

Meiko terus menampilkan senyumannya, walaupun terlihat begitu lemah. Tangan yang digenggam Kyuhyun bahkan terasa dingin. Seakan darah tidak mengalir lagi di sana. Beberapa kali pula Meiko memberikan kalimat-kalimat penenang pada putranya.

“Kyu ... Eomma akan baik-baik saja. Percayalah.” Meiko mengatakan itu dengan napas tersengal-sengal.

Eomma....”

“Kyu....” Meiko memberi isyarat kepada salah seorang perawat untuk berhenti sejenak. Dirinya ingin berbicara pada Kyuhyun sebelum masuk ruang persalinan untuk terakhir kalinya, mungkin.

“Ingat janji yang pernah kita buat? Tentang menjaga Hyun Ae?”

Kyuhyun mengangguk ragu.

“Syukurlah.” Meiko tersenyum senang. “Kyu, tolong tepati janjinya, ya? Jaga dan rawatlah Hyun Ae baik-baik.”

Kyuhyun mengangguk, lagi.

Mianhae. Sepertinya Eomma tidak bisa ikut merawat Hyun Ae—”

Eomma, jangan bilang cepelti itu.” Walaupun masih bocah tiga tahun, tetapi Kyuhyun paham betul makna tersirat dari ucapan sang ibu.

“Kyu, hiduplah dengan baik. Jadilah anak yang membanggakan orang tua. Jadilah kakak yang baik untuk Hyun Ae. Saranghae, Kyu.” Meiko memberi isyarat kepada perawat untuk membawanya masuk.

EOMMA!!!”

Jung Soo yang sejak tadi hanya diam mendengarkan ucapan—wasiat terakhirMeiko, kini berusaha menenangkan putranya yang terus meronta ingin menemui istrinya.

***

Kyuhyun menatap datar inkubator di depannya. Di dalam inkubator tersebut tengah tertidur sosok bayi perempuan mungil nan cantik.

Hanya bayi itulah yang bisa diselamatkan. Ibunya—Adagaki Meiko—tidak bisa diselamatkan karena perdarahan hebat. Meiko sempat sadar selama dua menit, tapi setelahnya dia tak bangun lagi.

Meiko pergi meninggalkan keluarganya.

Meiko pergi meninggalkan anak laki-lakinya.

Kematian Meiko menjadikan awal terbentuknya sosok Cho Kyuhyun yang lain.

***

Hyun Ae berjalan dengan langkah yang cukup pelan. Tujuannya adalah lemari pendingin yang berada di dapur rumahnya. Bukan, tujuan sebenarnya bukanlah lemari pendingin. Melainkan sosok lelaki yang berdiri di sana—di depan lemari pendingin—.

“Ada apa, Ae-chan?” tanya lelaki itu tanpa melirik Hyun Ae. Tangannya bergerak mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam kulkas.

Hyun Ae diam. Gadis mungil itu berdiri dua meter dari sosok lelaki itu. Dia menatap lelaki itu dengan pandangan takut. Diremasnya ujung piyama yang ia kenakan.

“Apa yang mengganggu pikiranmu, Ae-chan?” tanya lelaki itu, lagi.

O-Oppa.” Hyun Ae menggigit bibir bawahnya, membuat hati lelaki yang Hyun Ae panggil “Oppa itu bergetar.

“Ya, Ae-chan?” Ia meraih gelas kecil dan menuangkan air mineral dingin yang dipegangnya ke gelas itu. Diletakkannya kembali botol air ke dalam kulkas.

“Ky-Kyuhyun Oppa....”

“Iya, Ae-chan. Ada apa?” Sungguh! Lelaki bernama lengkap Cho Kyuhyun itu sudah gemas pada adiknya.

“A-aku—”

“Ya?”

“A-aku ... hamil.”

Prang!

Gelas yang digenggam Kyuhyun membentur lantai dapur mereka dan pecah saat itu juga. Kyuhyun diserang keringat dingin detik itu juga. Tatapannya kosong.

Seorang maid datang ke arah mereka dengan tergesa-gesa. Dia menatap pecahan gelas di lantai dan dua anak majikannya bergantian.

“Tuan Muda, Nona Muda ... biar saya yang mem—”

Kyuhyun mengangkat tangannya. Memberi isyarat kepada maid untuk berhenti bicara. “Tinggalkan kami berdua. Sekarang! Dan jangan biarkan siapa pun masuk ke dapur!” titahnya dengan nada yang sangat dingin.

Maid itu mengangguk patuh dan segera pergi meninggalkan area dapur. Kini, hanya tersisa Kyuhyun—dengan tatapan dingin menatap Hyun Ae—dan Hyun Ae—yang menunduk takut.

“Siapa?”

Hyun Ae diam.

“Siapa yang melakukan hal bejat itu padamu, Cho Hyun Ae?!” Kyuhyun perlahan mendekati Hyun Ae.

Tubuh Hyun Ae bergetar hebat. Kedua matanya sudah berkaca-kaca.

“Jawab, Ae!”

Oppa ... ja-jangan membentakku.”

Tatapan Kyuhyun semakin dingin. Aura di sekitar mereka pun berubah dingin dan mencekam.

Cho. Hyun Ae.” Kyuhyun melafalkan nama adiknya penuh penekanan.

-------------------------------

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro