Op. 1: Incorrect

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seoul, South Korean [2004]

Oppa!”

Cho Hyun Ae, putri bungsu keluarga Cho yang sudah menginjak usia lima tahun berlari menghampiri Kyuhyun yang tengah mengerjakan tugas sekolahnya di kamar lelaki itu. Tepatnya di meja belajar yang berada di kamar Kyuhyun.

“Jangan ganggu aku, Ae-chan,” titah Kyuhyun tanpa menatap Hyun Ae. Manik cokelatnya fokus pada soal-soal Matematika kelas 2 SD yang saat ini tengah dikerjakannya.

Hyun Ae merengut. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Kyuhyun yang merasakan hawa tidak enak lantas menoleh ke arah Hyun Ae.

Oppa.”

Kyuhyun mengembuskan napas pelan. Jika Hyun Ae sudah mulai mengeluarkan air mata, dapat dipastikan dia tidak akan fokus dan tidak akan tenang saat mengerjakan tugas sekolah.

“Baiklah. Baiklah. Ada apa, Hyun Ae sayang?” Kyuhyun menarik Hyun Ae dalam pangkuannya. Gadis kecil itu duduk dengan punggung yang bersandar di dada Kyuhyun.

Hiks ... Oppa ... hiks ...” Hyun Ae mengucek kedua matanya. Liquid bening mengalir deras melewati pipinya.

Heish ... cuph ... cuph ... cuph ... Ae-chan jangan menangis.” Kyuhyun membalikkan tubuh Hyun Ae hingga posisi mereka berdua saling berhadapan. Dengan lembut, Kyuhyun mengusap kedua pipi Hyun Ae, menghapus jejak air mata disana. “Ae-chan kalau nangis nanti cantiknya hilang, loh.”

Ajaib!

Detik kedua setelah Kyuhyun berbicara seperti itu, Hyun Ae berhenti menangis. Kelopak mata gadis itu mengedip imut, membuat Kyuhyun tak tahan untuk tidak mencubit pipi Hyun Ae.

“Sakit, Oppa.” Hyun Ae menggembungkan pipinya.

Kyuhyun terkekeh pelan. “Hehehe ... mianhae.”

Oppa, main, yuk!” Hyun Ae menggerakan jari telunjuknya di t-shirt yang dipakai Kyuhyun, tepat di dada lelaki itu.

“Ae-chan, tatap mata lawan bicara jika sedang berbicara.”

Hyun Ae mendongak. “Main!”

“Tidak, Ae-chan. Aku sedang mengerjakan tugas sekolah. Ae-chan main bersama maid saja, ya?” Kyuhyun melirik buku tugas di atas meja belajar. Masih ada sepuluh soal lagi.

Hyun Ae menggeleng kuat. “Tidak mau! Aku hanya ingin bermain bersama Kyu Oppa!”

“Hyun Ae!”

Hyun Ae tersentak. Pun dengan Kyuhyun. Keduanya melirik bersamaan ke arah pintu kamar. Di sana, di ambang pintu, Cho Jung Soo—ayah mereka—menatap Hyun Ae dengan tatapan tajam, membuat Hyun Ae segera beringsut memeluk sang kakak dan menenggelamkan wajahnya di dada Kyuhyun.

O-Oppa ... a-aku takut." Hyun Ae mengeratkan pelukannya.

“Hyun Ae, jangan ganggu kakakmu! Lebih baik kau kembali ke kamarmu dan belajar.” Jung Soo berjalan menghampiri mereka dan menurunkan paksa Hyun Ae dari pangkuan Kyuhyun.

Oppa.”

Abeoji!

“Kau berani membentakku, Kyuhyun?”

Kyuhyun diam. Tak berapa lama, ia menjawab, “Maafkan aku, Abeoji. Aku tidak bermaksud untuk membentak.”

“Sudahlah. Lanjutkan saja belajarmu.” Jung Soo melirik Hyun Ae yang belum juga keluar dari kamar Kyuhyun. “Hyun Ae!”

“B-Baik, A-Abeoji.” Hyun Ae menunduk lalu berlari menuju kamarnya.

Saat Jung Soo hendak keluar kamar, Kyuhyun menahannya. “Apa Aeboji tidak berlebihan membentak Hyun Ae? Apa tidak cukup hanya aku yang mendapat didikan keras darimu?”

“Kau tahu apa, Kyuhyun?” Tatapan Jung Soo semakin tajam.

“Aku memang masih anak kecil jika dibandingkan dengan Abeoji. Tapi, Abeoji ... Hyun Ae itu masih kecil. Dia masih membutuhkan kasih sayang. Bukan bentakan dan didikan keras seperti itu. Terlebih lagi, Hyun Ae itu perempuan. Dan dia belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Melihat wujud Eomma pun, Hyun Ae tidak pernah,” tutur Kyuhyun.

Seketika suasana menjadi hening. Kyuhyun masih bertahan di posisinya, sedangkan Jung Soo bergelut dengan pikirannya.

“Ini demi kebaikan Hyun Ae. Aku tidak ingin terlalu memanjakan Hyun Ae hingga akhirnya dia menjadi anak yang tidak bisa diandalkan. Itu hanya akan mencoreng nama baik keluarga Cho.” Jung Soo melepas pegangan Kyuhyun di pergelangan tangannya. “Pembahasan cukup sampai di sini, Kyuhyun.”

Sepeninggal Jung Soo, Kyuhyun duduk kembali di kursi belajarnya. Tatapan matanya tertuju pada sebuah bingkai foto berukuran 4R. Di mana di dalam bingkai foto itu terdapat sebuah foto Kyuhyun dengan sang ibu, Adagaki Meiko.

Eomma ... seandainya Eomma masih hidup. Mungkin Hyun Ae tidak akan diperlakukan seperti itu. Dan ... mungkin saja, Abeoji tidak akan berubah—sifatnya—seperti sekarang. Dingin dan tak tersentuh.” Tanpa disadari, buliran-buliran bening jatuh perlahan melalui sudut mata Kyuhyun.

Kyuhyun ... menangis.

***

Tidak ada percakapan selama makan malam berlangsung. Itu karena aturan dalam keluarga Cho yang tidak mengizinkan siapa pun berbicara pada saat berada di meja makan.

Hening.

Di rumah yang lebih laik disebut sebagai istana kerajaan ini memang banyak sekali orang. Belasan maid dan butler serta tukang kebun tinggal di sini. Dan juga tiga tuan rumah. Namun, masih saja terasa sepi, sunyi, dan dingin. Tidak ada kehangatan yang terasa sejak kematian Adagaki Meiko beberapa tahun silam.

“Aku sudah selesai.” Kyuhyun meletakkan sendok dan garpu dalam posisi terbalik di atas piring.

Hyun Ae yang melihat kakaknya sudah selesai makan langsung mengikuti apa yang Kyuhyun lakukan. Walaupun makanan di piringnya masih cukup banyak. Hal itu mendapat perhatian dari Jung Soo.

“Kenapa kau tidak menghabiskan makananmu, Hyun Ae?” tanya Jung Soo.

“A-aku kenyang, Abeoji,” jawab gadis kecil itu dengan gugup.

“Aku tahu kau mengikuti Kyuhyun.”

Tidak ada jawaban dari Hyun Ae. Gadis kecil itu memilin ujung pakaian yang dipakainya seraya kepalanya tertunduk.

Trang!

Jung Soo membanting sendok dan garpu yang dipegangnya ke atas meja. “Hyun A—”

“Bukankah Ae-chan ingin belajar bersama Oppa? Ayo!” Kyuhyun berdiri dan menatap sang ayah. “Maaf, Abeoji. Aku dan Hyun Ae akan belajar malam ini.” Kyuhyun menunduk hormat sebelum akhirnya meninggalkan Jung Soo di meja makan seorang diri.

Sesampainya di kamar, Kyuhyun merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size miliknya. Matanya terpejam. Tangan kanannya ia letakkan di atas kening. Hyun Ae yang sejak tadi berdiri di tepi ranjang kini beringsut naik ke atas ranjang dan merebahkan diri di samping Kyuhyun. Tangan kiri lelaki itu Hyun Ae gunakan sebagai bantal.

Oppa, Eomma itu ... orangnya seperti apa?” tanya Hyun Ae dengan tangan yang sudah memeluk tubuh Kyuhyun. Kepalanya ia sandarkan di dada kakaknya.

Kelopak mata Kyuhyun terbuka sempurna. Kedua ainnya melirik Hyun Ae yang juga tengah menatapnya dengan kedua mata mengedip imut.

Eomma itu ... wanita paling hebat sedunia. Beliau juga wanita tersabar dan terbaik yang pernah kukenal.” Kyuhyun memulai ceritanya tentang ibu mereka.

“Lalu, kenapa Eomma meninggal?”

Deg!

Ini adalah pertanyaan yang paling Kyuhyun hindari. Ia tidak ingin membuat Hyun Ae terluka hatinya. Ia tidak ingin melihat adik tersayangnya menangis.

“Itu—” Kyuhyun berusaha mencarikata yang pas untuk menjelaskan masalah yang ia pikir cukup rumit untuk anak seusia Hyun Ae. “Jika Ae-chan sudah besar, Oppa akan menceritakannya.” Kyuhyun tersenyum. Ia mengusap surai panjang milik Hyun Ae dengan lembut.

Hyun Ae menggembungkan pipinya dan memukul dada Kyuhyun. “Ish! Aku sudah besar, Oppa.”

Kyuhyun tergelak. “Tapi, Ae-chan belum cukup umur.”

“Tapi Opp—”

Cuph!

Kyuhyun mencium pipi Hyun Ae dengan lembut dan itu sukses menghentikan ocehan Hyun Ae. “Jangan cerewet.”

Oppa!!” Hyun Ae menjerit.

Tawa Kyuhyun semakin menjadi. Ia sangat senang membuat adiknya marah-marah seperti saat ini. Hanya bersama Hyun Ae, dia bisa tertawa lepas. Melupakan semua beban dan masalah yang dipikulnya seorang diri. Melupakan aturan-aturan yang dibuat ayahnya serta ambisi Jung Soo yang mengharuskan Kyuhyun untuk selalu menjadi juara.

Cuph!

Kyuhyun membulatkan matanya. Dia bahkan hampir lupa bagaimana caranya bernapas. Detak jantungnya serasa berhenti detik itu juga.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

“A-Ae-chan. A-Apa yang kaulakukan?!” Wajah Kyuhyun sudah sepenuhnya memerah karena malu.

Hyun Ae diam. Kedua tangannya mencengkram kaus Kyuhyun. “Oppa ... membentakku?” Mata Hyun Ae berkaca-kaca.

Kyuhyun langsung panik. Ia memosisikan tubuhnya duduk dengan Hyun Ae berada dalam pangkuannya. “Bu-bukan begitu. Aku tidak bermaksud membentakmu. Maafkan aku, Hyun Ae sayang. Maaf sudah membuatmu menangis.” Kyuhyun menarik Hyun Ae ke dalam pelukannya.

“Apa yang aku lakukan salah?” tanya Hyun Ae dengan suara serak.

“Da-Dari mana Ae-chan belajar seperti itu, huh?”

Hyun Ae mendongak. Menatap langsung manik cokelat sang kakak. “Aku melihat Lyla dan Yesung melakukan hal seperti itu di dapur.”

Kyuhyun cengo. Adiknya yang polos sudah mendapatkan tontonan tak senonoh yang disuguhkan oleh dua pembantunya!

“Kapan?”

Hyun Ae nampak berpikir. “Dua hari yang lalu.”

Nee, Oppa.” Hyun Ae menatap Kyuhyun dengan tatapan cat eyes.

“Apa?”

“Kenapa jantung Oppa berisik sekali? Bunyinya ‘dugdugdugdugdugdug’. Cepat sekali.”

Pssssshh!

Wajah Kyuhyun kembali memerah. Bahkan sekarang muncul asap dari kedua telinganya.

“Itu ... itu ... itu karena Oppa ingin tidur.” Kyuhyun melepaskan pelukannya pada Hyun Ae dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Membiarkan Hyun Ae dalam kebingungan.

“Memangnya ada kaitannya, Oppa?”

“.......”

Oppa.”

“......”

“Kyu Oppa.”

Hyun Ae mengambil ciuman pertamaku. Dan juga ... ciuman pertama Hyun Ae adalah aku. Kakaknya sendiri. Perasaan senang macam apa ini?

--------------------킅-------------------


CHO JUNG SOO

CHO KYUHYUN & CHO HYUN AE (CHILD)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro