55-Kepercayaan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tak ada salahnya berpikiran positif serta memberikan kepercayaan penuh pada pasangan. Karena prasangka yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula."

-Adara Mikhayla Siregar-

•••

Selepas Subuh aku langsung memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa. Seperti tak ada kegiatan lain lagi yang bisa kulakukan selain menjadi ibu rumah tangga yang baik dan benar. Kegiatanku hanya itu-itu saja tak ada perubahan bahkan hari-hariku terasa sepi dan membosankan karena hanya berdiam diri di rumah. Beberapa kali ke kampus untuk mengurus segala keperluan sidang dan segala jenis hal lain yang dibutuhkan. Tapi sesudahnya aku kembali menjadi anak rumahan. Namun sesekali juga aku pergi ke acara kajian bersama Maryam, tapi setelahnya aku kembali masuk kandang seperti tak dibiarkan untuk keluyuran.

Padahal Arda tak melarangku, hanya saja aku merasa risih serta tak nyaman akan pandangan orang-orang yang menganggapku rendahan. Mereka mencurigaiku karena penampilanku yang sekarang. Awalnya aku tak ingin ambil pusing akan omongan mereka yang menyakitkan, tapi semakin lama aku semakin tak kuat. Mentalku down mendengar cacian dan hinaan yang berasal dari mulut-mulut pedas manisnya.

Selalu ada keinginan untuk menanggapi ocehan mereka, tapi aku harus sadar dan tahu akan posisiku sekarang. Apa yang kukatakan akan berdampak buruk pada apa yang kukenakan. Aku tak ingin karena tindakanku yang meladeni mereka membuat mereka berpikir bahwa aku hanya menjadikan pakaian ini sebagai sebuah topeng untuk menutupi jati diri yang sesungguhnya. Arda pun tak pernah lelah menguatkanku agar tak ambil hati omongan sadis orang-orang.

"Apa yang mereka katakan hanya sebatas apa yang mereka lihat. Penilaian orang terhadap kamu gak akan berdampak apa-apa untuk kehidupan kamu. Jangan terlalu ambil pusing dengan apa yang mereka bicarakan." Itulah sepenggal kalimat mujarab yang bisa sedikit menguatkan mentalku.

"Mau ke mana, Mas? Bukannya kamu kerja shift malam yah. Kenapa jam segini sudah mau berangkat?" tanyaku beruntun saat mendapati dia yang sudah berpakaian rapi dengan seragam kerja.

Dia mendaratkan tubuh di kursi meja makan sebelum menjawab, "Aku ada urusan, supaya gak ribet dan bolak-balik aku langsung pake seragam kerja saja biar sekalian."

Aku mengangguk saja dan segera menyiapkan teh hangat untuk kuhidangkan. Setelahnya aku langsung meletakkan minuman tersebut di meja. "Kan kerjanya masih lama, Mas. Kenapa juga harus siap-siap sepagi ini?" tanyaku sedikit curiga.

Terhitung sudah lebih dari dua minggu belakangan gelagat Arda mengundang kecurigaan. Jika dia kerja shift pagi pasti pulangnya akan telat bahkan larut malam. Jika dia kerja shift siang pasti pagi-pagi sudah berangkat. Dan jika dia kerja shift malam bisa pergi pagi pulang pagi juga. Entah apa yang membuatnya tak betah di rumah dan sering keluyuran. Padahal hubunganku dan dia baik-baik saja, bahkan aku merasa tak pernah membuat onar serta kesalahan fatal lagi seperti dulu.

"Kok teh sih, Dar?" protesnya tak berselera, dan sama sekali tak menjawab pertanyaan yang kulayangkan padanya. Aku mengambil duduk di kursi kosong samping dia.

"Jangan konsumsi kopi secara berlebihan. Itu gak baik buat kesehatan," tukasku.

Arda menghela napas pelan. "Buatin kopi yah. Sekarang aku kerja malam, mau gak mau harus begadang. Buatin yah," bujuknya dengan suara lembut dan wajah penuh permohanan.

"Gak ada! Kurang-kuranginlah Mas. Kaya gak ada minuman lain aja yang bisa kamu konsumsi. Gimana kalau kamu sakit?"

Arda itu pecandu kopi kelas tinggi. Minuman hitam berperasa pahit itu sangat amat dia sukai. Padahal jika setiap hari dikonsumsi tidak baik untuk kesehatan. Tapi entah mengapa dia tak pernah mengindahkan perkataanku. Kadang aku kesal dan dongkol akan sifat keras kepalanya, tapi aku tak mampu berbuat banyak selain mengomel dan menceramahinya habis-habisan. Walaupun endingnya akan tetap sama, dia akan menganggap ocehanku angin lalu saja. Sepertinya sifat asli Arda mulai naik ke permukaan. Aku seperti tak mengenali dia yang sekarang. Apa mungkin selama ini dia bermain peran untuk menarik perhatianku?

Dia malah mengukir senyum tipis, mengelus lembut puncak kepalaku. "Makasih karena kamu sudah perhatian dan mengkhawatirkan aku. Tapi kamu jangan berlebihan dong, Dar. Aku baik-baik saja kok," tuturnya yang diakhiri dengan sebuah sunggingan.

"Jangan takabur gitu, Mas. Jangan mentang-mentang kamu merasa sehat dan baik-baik aja bisa seenak jidat kaya gitu. Yang namanya penyakit itu datangnya gak diundang. Mencegah lebih baik daripada mengobati!" kataku tegas.

Arda malah terkekeh pelan. "Semakin hari kamu semakin perhatian saja sama aku. Jujur, Dar aku senang karena itu artinya kamu sudah benar-benar bisa menerima kehadiran aku," ungkapnya.

"Aku kan istri kamu. Memangnya salah kalau aku perhatian sama suamiku sendiri?" balasku yang dia jawab dengan gelengan kepala.

"Siapa sih istri aku tuh? Coba yang mana? Aku mau lihat," cetusnya yang langsung kuhadiahi dengan putaran bola mata malas.

"Ish apaan sih, Mas gak jelas banget. Masih pagi ini. Gak mempan kalau mau tebar gombalan," sahutku yang dia sambut dengan gelak tawa.

"Gombalin istri sendiri halal kok. Gak dilarang. Kalau aku gombalin istri orang itu namanya ngajak perang," ucapnya dengan alis yang sengaja dinaik-turunkan.

Aku menggeleng pelan sebelum berucap, "Kaya ada yang mau lagi aja sama kamu." Dengan songongnya aku mengangkat dagu serta bersidekap dada.

Dia tertawa ringan dan mendaratkan sebuah elusan di atas ubun-ubunku. "Nah itulah yang jadi masalahnya. Aku gak ada minat sama istri orang, di rumah sudah ada bidadari kenapa juga aku harus mencari yang lain di luaran."

Wajahku bersemu merah mendengar penuturan Arda. Untung saja ada sehelai kain yang menutupi wajah merah meronaku. Kalau tidak, aku pasti akan malu. "Yakin nih gak bakal kepincut sama santri-santri berghamis?" godaku yang malah dibalas dengan gelak tawa penuh kepuasaan. Aku suka melihat tawa lepasnya seperti itu. Dia memang tidak tampan, tapi jika senyumnya sudah terukir lumayan bisa menyamarkan dan enak untuk dipandang.

"Sekarang ke kampus?" tanyanya yang seperti mengalihkan pembicaraan dan enggan untuk menimpali perkataanku.

"Kayanya gak deh, Mas soalnya bentar lagi kan mau sidang. Kemarin pas seminar aku masih gugup dan sekarang mau banyak latihan aja di rumah biar nanti pas sidang bisa lancar. Tapi tadi Maryam ngajak ke kajian aku izin yah, Mas," jawabku setelah memberikan piring yang sudah kuisi dengan nasi dan juga seperangkat lauk pauk.

"Masya Allah, Alhamdulillah akhirnya kamu sidang juga. Aku ikut senang dengarnya," cetus Arda setelah menerima piring dariku.

"Pasti aku kasih izin dong. Masa istri mau ke majelis ilmu aku larang sih," sambungnya menambahi. Aku hanya mengangguk saja.

Hening menyelimuti kami berdua. Baik aku maupun Arda sama-sama sibuk dengan hidangan yang tersaji. Memang seharusnya seperti itu, jika sedang makan tidak usah diselingi dengan obrolan. Kalau tersedak bagaimana?

Baru beberapa suap dia sudah menghentikan kegiatannya karena suara dentingan ponsel yang begitu menggangu. "Aku harus pergi sekarang. Maaf yah, assalamualaikum," pamitnya setelah mendaratkan elusan lembut di puncak kepalaku.

Aku mengambil tangannya untuk disalami. "Hati-hati, Mas wa'alaikumussalam," sahutku yang dijawab dengan anggukan.

Entah akan pergi ke mana dia di waktu sepagi ini. Bahkan aku pun tak tahu dengan siapa lelaki itu bepergian. Dia terlalu tertutup akan masalah pribadinya, dan aku pun tak ingin mengusiknya. Aku memang berstatus sebagai istri sahnya tapi aku tak ingin terlalu ikut campur terlalu jauh. Aku percaya dia tidak mungkin bermain gila dan hal-hal tak terduga lainnya. Aku yakin dia takkan menodai kepercayaan yang sudah kuberikan.

Nilai kepercayaan dalam sebuah hubungan itu sangat penting. Jika hal itu tak ada maka akan berimbas buruk pada kelanggengannya, hanya akan menimbulkan banyak kecurigaan dan menghadirkan prahara rumah tangga yang tak berkesudahan. Tak ada salahnya berpikiran positif serta memberikan kepercayaan penuh pada pasangan. Karena prasangka yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula.

~TBC~

Hay ... Hay ... Update pagi-pagi nih gak kaya biasanya kan?😅,, Berhubung ada yang neror sampe chat di WA jadi spesial hari ini aku akan double update🥳

Gimana? Seneng gak? Atau B aja?
Satu bab lagi nanti malam Ba'da Magrib seperti biasa yah😊

Berterima kasihlah kalian para Kaum Matre pada masbroendsister karena dia sudah membuat hidupku tak tenang, dan selalu rusuhin minta update cepet-cepet. Oke lah sampai ketemu nanti malam yah🙋,, Ada kejutan spesial di Bab 56😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro