IX

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tunggu! Kenapa nama beliau yang muncul?" Ucap Majid tak percaya. Dhira pun sebenarnya tak percaya, namun rasa penasaran lebih mendominasi. Ia membaca beberapa file laporan yang tadi dibuka oleh Mashel. "Perhatikan dengan baik." Ucap Mashel.

"Nama ini hanya tipuan. Seperti mengatasnamakan. Padahal.. " trak! Suara tekanan pada tombol enter di keyboard membuat semua data menjadi jelas. Majid dan Dhira dibuat terperangah dengan data tersebut. "Licik." Gumam Dhira. "Kita perlu membuat salinannya." Ucap Fairuz sambil berlalu menuju komputer yang ia gunakan, lalu segera mengetik sesuatu. "Aku mengandalkanmu tuan jenius." Ucap Mashel dijawab dengan dengusan oleh Fairuz. "Kita juga, Majid. Ada beberapa berkas file yang saya curigai. Dan mungkin itu bisa menjadi bukti." Ucap Dhira. Majid mengangguk tanda setuju lalu bergegas merapikan beberapa berkas file.

"Yoo! Teman-teman! Sudah ada perkembangan?" Ucap pak Ronald sambil menenteng bungkusan plastik, yang sepertinya berisi makanan. "Kau harus membayar kami berlipat-lipat ganda, pak." Ucap Mashel. "Untuk yang satu ini saya setuju dengan Mashel." Ucap Fairuz. Pak Ronald seperti merasa ada beban batu di pundaknya. Seperti ada suara retak ditubuhnya. Ia hanya tersenyum miris. "Tapi kan aku sudah membantu kalian untuk mencari alibi para guru." Seketika nada bicara pak Ronald terdengar merajuk dan menggosok-gosokan jarinya pada ujung pintu sambil menunduk lesu. Mashel dan Fairuz yang tidak peduli, kembali terfokus pada komputer. "Sudahlah pak. Jangan terlalu dianggap serius." Ucap Dhira menengahi. Lalu menuntun sang guru untuk duduk. Sekaleng kopi dingin ia berikan pada pak Ronald dan beberapa kaleng jus ia bagikan pada yang lainnya. Senyuman dan ucapan terimakasih pun ia dapatkan, lalu duduk diantara Mashel dan Fairuz.

"Besok bapak sudah bisa mengadakan rapat dengan para guru." Ucap Majid yang duduk disebelah pak Ronald. "Secepat itu?" Ucap pak Ronald tak percaya. "Bapak bisa memeriksanya malam ini juga, jika belum yakin dengan hasil kerja kami." Ucap Dhira. "Aku percaya dengan kalian." Ucap pak Ronald dengan yakin.
.
.
.
.
.
.
"Maaf jika kita rapat dadakan, ibu dan bapak guru sekalian." Ucap kepala sekolah dengan nada ramah dan ciri khas senyuman hangatnya. "Ini mengenai masalah pencurian sekolah. Bersyukurlah kita sudah bisa mengembalikan data yang hilang. Ini semua berkat bantuan pak Ronald dan team." Tepuk tangan yang riuh terdengar di ruang rapat guru. Mashel, Dhira, Majid dan Fairuz hanya bisa mendengarkan rapat dari ruang lab komputer yang kebetulan bersebelahan dengan ruang rapat guru. "Oow.. ada yang sedang besar kepala." Gumam Mashel. "Ssstt.." ucap Dhira. Tatapan mata Mashel seolah bertanya 'ada masalah?' , Dhira memutar malas bola matanya.

Setelah beberapa menit pembahasan tentang pencurian tersebut. Akhirnya kepala sekolah membubarkan para guru, terkecuali pak Ronald, bu Raina dan dua orang guru lainnya. Yaitu wakil kepala sekolah, pak Gerry dan pembina OSIS, pak Abdul. "Maaf jika hanya kalian yang masih saya tahan untuk disini. Ada yang ingin saya bicarakan dengan serius kepada anda berempat." Ucap kepala sekolah. Tak terdengar nada ramah seperi biasanya.

"It's showtime, genks." Ucap Fairuz pada ketiga temannya. Lalu secara bersamaan mereka mengganggukan kepala. Inilah akhir dari kasus ini..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro