XV

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat sampai di tempat, udara segar menerpa wajah para murid. Jauh berbeda saat mereka di kota. Walaupun Bogor terkenal karena Kebun Raya-nya, tapi tetap saja udaranya berbeda dengan di pegunungan. Gunung Halimun yang mereka kunjungi memang tidak jauh dari kota. Namun kemah seperti ini merupakan pengalaman pertama bagi mereka. Beberapa siswa mulai meregangkan badannya sambil menghirup udara sedalam-dalamnya, sebagian lagi terpukau karena pemandangan alamnya yang begitu indah.

"Mashel." Panggil bu Raina saat semua siswa keluar bis. Merasa namanya dipanggil, Mashel segera menghampiri bu Raina, "segera pergi ke bis kelasmu ya? Tadi saya sudah menghubungi pak Teguh." Mashel mengangguk patuh. "Terimakasih bu. Saya permisi." Ucap Mashel. Dhira melambaikan tangannya pada Mashel tanpa mengucap apapun dibalas juga dengan lambaian tangan. Sedangkan Fairuz yang menatap remeh pada Mashel dibalas dengan tatapan kesal.

Mashel segera menghampiri bis kelasnya dan pak Teguh yang merupakan wali kelasnya langsung memberikan nasihat yang cukup panjang. Membuat mereka menjadi pusat perhatian semua orang terutama teman kelasnya. Seketika mood Mashel berubah menjadi kesal. Teman-teman yang dekat dengan Mashel hanya menertawakan Mashel saat selesai dimarahi dan menepuk pundaknya karena kasihan.

Sepanjang kegiatan kemah Mashel jadi tidak terlalu minat untuk mengikutinya. Ia sangat terlihat asal-asalan dan tidak bersemangat. Dari mulai memasang tenda hingga memasak untuk makan malam. Namun, ada satu acara yang ia tunggu-tunggu. Jurit malam, atau biasa juga disebut dengan uji nyali.

Anggota OSIS yang beranggotakan hanya siswa kelas 3, merupakan panitia utama acara. Anak OSIS yang sedang mengikuti kemah hanya sebagai peserta. Mereka sudah menyiapkan acara dengan sangat baik. Kak Irvan, sosok yang sangat Dhira kenal karena pernah menjadi ketua OSIS dan sekarang menjadi ketua panitia acara kemah ini, memberikan beberapa ketentuan untuk acara jurit malam.

"Mohon siapkan mental teman-teman. Di setiap pos akan ada panitia yang menunggu kalian dan akan ada misi yang harus dilakukan. Paham semuanya?" Ucap kak Irvan. Semua peserta serempak mengangguk paham. "Karena dibebasin untuk pilih teman. Gak apa-apa kan aku sama kamu?" Tanya Dhira. Mashel memutar bola matanya dengan malas. "Bawel. Aku gak perlu jawabkan?" Ucap Mashel. Dhira mengangkat sebelah alisnya, "Kaya pernah dengar cara bicara kaya gini." Mashel memilih tak peduli, karena ia tahu mirip dengan siapa gaya bicaranya.

"Oke, kita start dari barisan paling depan." Interupsi kak Irvan. Setelah beberapa barisan melenggang pergi, akhirnya tiba giliran Mashel dan Dhira. Mereka sudah menyiapkan senter dan minum. Lalu dengan tenang mereka pergi menuju jalur yang harus dilalui. "Kok aku gak lihat Majid atau Fairuz ya." Ucap Mashel. "Mereka ada di barisan belakang seperti biasa, gak ada teman." Ucap Dhira. Mashel menjawabnya dengan anggukan. "Terus, kenapa juga kamu sama Majid malah jadi peserta?" Tanya Mashel dengan ketus. "Mereka sudah berpengalaman. Kalau anak OSIS angkatan kita, termasuk Majid dan aku gak ikut acara ini, gak ada pengalaman dong buat acara nanti." Jawab Dhira. Mashel menggangguk kembali mendengar jawaban Dhira. "Paham?" Tanya Dhira. "Paham kok." Jawab Mashel sebal.

Mereka kembali berjalan dengan obrolan yang lebih santai. Tanpa mereka ketahui ada hal yang menanti mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro