XVIII

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kukira bakal ada hal yang menegangkan." Ucap Mashel sambil meregangkan tubuhnya. Mereka berempat akhirnya kembali dengan selamat. Tanpa ada luka sedikit pun.

Saat sampai di tempat kemah, acara makan yang sedang berlangsung, seketika berhenti. Mereka mendadak jadi pusat perhatian semua orang dan kelompok para gadis yang mengerjai mereka pun menatap terkejut dengan kedatangan Mashel dan Dhira. Wajah mereka terlihat ketakutan. Sedangkan Fairuz dan Majid balik menatap dingin.

"Terlambat 15 menit." Ucap pak Teguh saat menghampiri mereka berempat. "Have any problem kids?" Lanjutnya. "Absolutely yes sir." Ucap Mashel, sudah tak peduli lagi dengan tatapan teman-temannya, terutama tatapan takut dari kelompok perempuan yang menjahili mereka. "Ada yang merubah papan petunjuk menuju pos terakhir, kami tersesat, beruntungnya kami ditemukan Majid dan Fairuz, lalu kami kembali ke jalur seharusnya dan karena kami terlambat akhirnya kami diberikan tugas tambahan. Dan disinilah kami, terlambat 30 menit sebetulnya, pak." Jelas Mashel. Membuat beberapa orang berbisik-bisik. Untuk menetralkan suasana pak Teguh meminta para siswa untuk kembali makan dengan tenang termasuk mereka berempat.

Bu Raina dan pak Ronald hanya melihat dari kejauhan dan memberikan acungan jempol pada mereka berempat. "Seru juga ngasih pelajaran sama mereka kaya gini." Ucap Majid. Mereka berempat ber high five ria tanpa merasa bersalah. Acara makan-makan berlanjut dengan hikmad. Setelah selesai, acara dibebaskan untuk para siswa. Sebagian ada yang memilih tidur sebagian lagi ada yang memutuskan untuk sekedar mengobrol di dekat api unggun utama.

Dengan posisi duduk Majid, Fairuz, Mashel dan Dhira didepan tenda milik Majid dan Fairuz, mereka memutuskan untuk sekedar mengobrol. Membicarakan hal yang tidak terlalu penting sebetulnya. "Jadi kalian tau siapa yang jahil sama kita?" Tanya Mashel. Majid menggangguk. "Genknya Risa." Jawab Fairuz, lalu meneguk kopi yang sedari tadi dibiarkan begitu saja dihadapannya. "Sudah kuduga. Dari pagi mereka natap sinis kearah duduk kita dan kayanya kesel kamu ada di bis kelasku." Jelas Dhira. Mashel hanya menggangguk, Majid menggeleng lalu menatap Mashel dan berkata "Masih suka buat masalah ternyata." Mashel langsung melirik tajam Majid. Baru saja ingin berteriak memaki Majid, mulutnya langsung dibekap oleh Fairuz. "Majid udah tau masalahnya jadi gak usah dijelasin. Oke?" Ucap Fairuz. Tangannya lalu ditangkis oleh Mashel dengan keras. Mashel melipat tangan di dadanya lalu membuang muka. Ia menggerutu tak terima dengan kata-kata Majid yang sebenarnya sudah tahu permasalahannya apa.

Mereka kembali dengan kegiatan mereka masing-masing, lalu Risa dengan anggota genknya menghampiri mereka. Awalnya mereka memberikan senyuman manis yang terlihat dipaksakan, tangan yang terus saling menggenggam satu sama lain lalu menyapa dengan nada yang gugup. Jelas sekali bahwa mereka ketakutan menghadapi Mashel dan lainnya. "Kami.. mau bilang sesuatu.." ucap Risa dengan nada gugup. Lalu semua anggota genknya meminta Risa untuk segera mengatakan sesuatu. Majid, Fairuz dan Dhira berusaha untuk tidak peduli dengan Risa dan anggota genknya.

Digenggamnya tangan Mashel, air mata mengalir deras di mata Risa. "Gue minta maaf, Mashel. Hiks.. Ide itu cuman ide jahil gue sama lu. Hiks.. Gue mohon maafin gue. Hiks.. Gue gak mau dilaporin.. please forgive me. " Mashel menatap iba pada Risa. Ia tahu reputasi Risa di sekolah, ia fotographer yang sudah banyak menerima penghargaan untuk sekolah dan bahkan ia juga mempunyai side job untuk beberapa majalah. "Gue sih pengennya laporin." Ucap Mashel, Risa langsung memeluk tangan Mashel dengan erat. Ia ketakutan. Dhira dan Fairuz tertawa tertahan, melihat drama dihadapan mereka. Sedangkan Majid berdeham untuk menetralkan suasana. "Tapi gue masih kasian sama lo, karena gue tau, impian lo sebagai fotographer bakalan hilang dalam sekejap karena masalah ini. Jadi untuk saat ini gue bakalan maafin lo." Risa mengucap kata terimakasih berkali-kali pada Mashel dengan bahagia. "Tapi hanya untuk kali ini aja." Ucap Mashel dengan penuh penekanan. "Gue janji. Makasih banyak Mashel." Ucap Risa, lalu ia berkali-kali mengucapkan terimakasih lalu pamit permisi kembali ke tendanya.

"Done." Ucap Dhira lalu ia mengeluarkan smartphonenya. Mashel langsung melirik Dhira, "udah direkam?" Tanya Mashel, Dhira menjawab dengan anggukan sambil terus fokus melihat ponselnya. Majid dan Fairuz melirik kearah para gadis, "what? Kalian rekam?" Tanya Fairuz. Mashel dan Dhira melakukan high five, senyuman mereka terlihat sangat jahil. "Siapa tau nanti bermanfaat. Who knows." Ucap Dhira. Fairuz dan Majid hanya menghela nafas lalu kembali dengan kegiatan mereka. Entah apa yang mereka rencanakan, hanya para gadis yang tahu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro