XVII

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Teriakan Mashel dan Dhira menggema diseluruh bagian hutan. Membuat seseorang yang menepuk bahu mereka reflek menutup telinga. "Duh, biasa aja bisa gak?" Ucap Majid. Mashel dan Dhira langsung berbalik melihat seseorang dibelakang mereka.

"BAKA!! Aho!! Gak kenal ya sama yang namanya kaget! Kenalan dulu makanya!" Ucap Mashel dengan ketus dihadapan Majid. Wajahnya terlihat sangat kesal. "Bisa gak, gak usah bikin kaget. Kalau orang jantungan, kayanya udah meninggal duluan." Ucap Dhira sambil menepuk dadanya, untuk menetralkan detak jantungnya. Mashel dan Majid menatap speachcless pada Dhira. "Bisa gak, gak usah ngomongin begituan disini. Udah malam ini mba." Ucap Mashel. Seketika suasana menjadi tidak menyenangkan. Suara burung-burung saling bersautan tak beraturan dan pohon-pohon saling bergesekan akibat angin kencang.

"Maksud kalian kaya gini?"

Siiiinggg

"WAAAAAAAAAAAAAA!!!"

Mashel dan Dhira reflek saling memeluk dan menutup matanya, sedangkan Majid hanya menutup telinganya. Lalu segera memukul Fairuz yang masih setia menyenter wajahnya menggunakan lampu senter. "Udah. Jangan jail." Ucap Majid. Fairuz hanya terkikik geli melihat kedua teman perempuan dihadapannya. Mashel langsung mengambil senter yang dipegang Fairuz, dan memukul pada sang pemilik. "Nyebelin banget tau gak!" Ucap Mashel tanpa berniat berhenti memukul.

"Kenapa juga kalian ada disini?" Tanya Dhira. Fairuz dan Majid saling melirik satu sama lain.
.
.
.
.
"Woy! Mau kemana?" Tanya Majid pada Fairuz yang sedang menatap tajam ke barisan depan anak perempuan. "Gue curiga sesuatu. Lu mau ikut gue gak ngikutin mereka." Tanya Fairuz sambil menunjuk ke barisan depan perempuan. "Kenapa memang?" Tanya Majid. "Dari tadi gue perhatiin mereka natap sinis Mashel sama Dhira mulu. Dan tadi gak sengaja denger, katanya mereka mau jailin Mashel sama Dhira." Ucap Fairuz. Majid hanya memperbaiki kacamatanya, berdeham lalu ia bilang "oke, gue bantu. Mereka kan teman kita." Fairuz tersenyum sinis pada Majid.
.
.
.
Saat mengikuti kelompok perempuan yang dicurigai akan menjahili Mashel dan Dhira, mereka sengaja lewat jalan yang bukan merupakan jalur dari permainan ini. Agar tidak dicurigai. Saat akan sampai di pos terakhir, benar saja. Kelompok perempuan itu sedang berkumpul dan mencoba memutar papan petunjuknya. "Mudah banget ditebak." Ucap Majid. "Dan mereka pun gak akan sebodoh itu bisa tertipu." Ucap Fairuz. "Kecuali mereka ceroboh." Ucap Majid dan Fairuz bersamaan. Majid hanya memperbaiki kacamatanya dan Fairuz menepuk jidatnya. "Mereka datang." ucap Majid saat melihat Mashel dan Dhira lewat.
.
.
.
"Ternyata benar." Gumam Dhira. Mashel menggembungkan pipinya mendengar cerita Fairuz, dan ia berkata dengan ketus "Kenapa gak dari awal manggil sih?". Fairuz mendelik matanya tajam, "Telinga kalian gak tajam. Udah daritadi manggil tapi gak denger juga." ucap Majid. "Masa?" Tanya Mashel tak terima. Fairuz tertawa tertahan. "Apaan, orang manggilnya kaya bisik-bisik gitu." Jawab Fairuz. "Lu juga kenapa gak ikut manggil." Tanya Mashel ketus. "Males." Ucap Fairuz dengan santai. Lalu terjadilah perang tatap mata dengan tajam antara Fairuz dan Mashel.

"So, kita balik ke tempat kemah?" Tanya Dhira menengahi. Fairuz dan Mashel langsung membuang muka dan mendengus sebal. "Kekanakan." Ucap Majid. "Hafal jalannya kan?" Tanya Dhira pada Majid. "Hafal kok. Tenang aja." Akhirnya mereka berempat kembali ke jalur yang seharusnya dan menemui pos terakhir. Walaupun akhirnya mendapat delikan tajam dari para senior, mereka hanya tersenyum manis dan mengikuti tugas yang harus dilakukan.
.
.
.
.
.
Majid hanya memperbaiki kacamatanya, berdeham lalu ia bilang "oke, gue bantu. Mereka kan teman kita." Fairuz tersenyum sinis pada Majid.

"Yakin cuman temen?" Tanya Fairuz. "Maaf?" Tanya Majid. Fairuz hanya mendelik tajam. "Kayanya gak usah diulang deh." Ucap Fairuz malas. Majid memperbaiki kacamatanya kembali, merasa pembahasan mereka sudah melenceng. "Wajar kan kalau suka? Kalau saya suka sama kamu gimana?" Ucap Majid, seketika bulu kuduk Fairuz berdiri. "Njir. Serem lu." Ucap Fairuz ngeri. "Tapi serius, lu gak suka sama Dhira." Ucap Fairuz telak. Majid berdeham saat ada nama yang selalu membuatnya bertingkah kaku. "Kenapa gadis itu?" Tanya Majid, dia mencoba mengelak. Namun, tidak dengan Fairuz, dia tertawa sambil bertepuk tangan gembira. "Kena kau." Ucap Fairuz. "Ini rahasia antar lelaki. Ya, saya suka sama Dhira. Hanya selebih itu. Tidak seperti kamu yang terang-terangan suka sama Mashel dan membuatnya kesusahan." Ucap Majid telak.

Fairuz pun sebenarnya merasa bersalah dengan kejadian ini. Membuat mereka selama perjalanan menjadi bungkam. Padahal didepan mereka sudah terlihat ada dua gadis yang sedang berjalan namun tidak dijalur seharusnya. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk tidak memanggil keduanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro