Four

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Me and My Prince Charming

Story Written by Yogatrisna

♤♤♤

Story Made in 2018

Pairing : SasufemNaru, SasuShion, and KuraIno.

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, bukan milik saya. Saya hanya meminjamnya untuk kebutuhan imajinasi semata.

Warning : K+, OOC, OC, EYD tidak sesuai, Typos bertebaran.

Don't Like Don't Read

♡♡♡

I Hope You Like It

.
.
.
.

_______________________________________

Kedua kelopak mata yang tadinya tertutup erat, terbuka perlahan memperlihatkan dua iris sapphirenya yang indah mempesona. Di samping kanannya terlihat seorang pria berambut pantat ayam menatapnya senang dan sedih. Senang karena bisa melihat pemilik dua iris sapphire yang selalu menenangkan dirinya, dan sedih karena dirinya-lah penyebab pemilik iris bermata indah itu menutup matanya.

Sedangkan Naruto, ia hanya menatap kosong Sasuke. Dengan cepat, ia mengalihkan pandangannya ke mana saja, asal bukan ke arah Sasuke. Secara tiba - tiba ia meneteskan air matanya.

Sasuke yang melihatnya merasa menyesal, ia lalu mencoba meminta maaf pada Naruto.

"Naru, aku minta maaf. Saat itu aku tidak sengaja ketiduran karena kelelahan bermain basket dengan teman - temanku. Sungguh aku tidak ada niatan untuk melupakanmu." Ucapnya memohon pada Naruto. "Kumohon Naruto, aku minta maaf. Aku menyesal, aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Lanjutnya.

Naruto yang masih meneteskan air matanya melihat ke arah Sasuke. "Sungguh kau berjanji, Suke? Kau tidak melakukan hal seperti kemarin lagi, kan?" tanyanya bersungguh - sungguh.

Sasuke merasa sakit hatinya saat Naruto melihatnya dengan mata yang masih meneteskan air matanya. Dia mengangguk perlahan dengan senyum tipis di wajahnya. "Ya, Naru. Aku berjanji pria bodoh ini tidak melakukan hal bodoh seperti kemarin lagi padamu." Ujarnya bersungguh - sungguh.

Naruto tersenyum manis mendengarnya. "Syukurlah. Jika begitu lagi, aku tidak akan segan memutuskanmu." Ancamnya tidak main - main.

Sasuke hanya tersenyum kecil mendengar ancaman kekasih pirangnya. Tentu saja ia tak akan melakukan hal itu lagi karena jika iya, Kurama tidak akan segan - segan memotong masa depannya. Lagipula ia masih sangat mencintai Naruto-nya.

Hari itu Sasuke dan Naruto bercakap - cakap serasa dunia hanya milik mereka berdua. Bahkan Ino yang saat itu mengunjungi mereka pun diabaikan, beruntunglah wanita penyuka bunga itu tidak marah karena ada pujaan kekasihnya yang menemani dirinya. Siapa lagi jika bukan Namikaze Uzumaki Kurama, kakak laki - laki Naruto.

.
.
.
.

Keesokan harinya, Naruto berangkat kuliah. Kedatangan Naruto disambut bahagia oleh Ino. Kedatangan Naruto bagaikan angin segar baginya. Sungguh persahabatan mereka tidak akan pernah terpisahkan.

Naruto pun juga mendapatkan nasib baik karena Sakura sepertinya sudah lelah mencegatnya di depan gerbang kampus seperti kemarin - kemarin. Sepertinya dia sudah kapok diancam oleh Kurama dan Sasuke. Bagaimanapun juga kedua pria tampan itu sangatlah menyayangi Naruto, tapi hal itu sedikit diragukan untuk Sasuke. Karena dia sedikit cuek dan tidak pedulian dengan urusan di sekitarnya apalagi urusan tentang kekasih pirangnya.

Setidaknya Naruto harus lebih sedikit cuek dengan Sasuke. Ia sudah lelah terus mengejar Sasuke, gantian Sasukelah yang harus mengejarnya. Per**tan kalau nanti mereka berdua putus. Toh, banyak laki - laki di dunia. Dan mereka tampan - tampan pula. Jadi, Naruto bebas memilih siapa yang dia mau untuk menjadi kekasihnya.

Setidaknya hidupnya tidak kacau dengan kehadiran Sakura yang selalu merecokinya.

"Permisi!" ucap seorang gadis dengan surai pirang pucat dan kedua mata beriris violet muda. Dia begitu anggun dan cantik dengan dressnya yang berwarna senada dengan kedua irisnya. Sosok itu memperhatikan Naruto dengan tatapan ramahnya.

Naruto pun balas tersenyum tipis. "Ada apa, ya?" tanyanya.

Gadis bersurai pirang pucat yang bernama Miroku Shion itu tersenyum anggun.

"Perkenalkan namaku Miroku Shion, aku mahasiswi pindahan dari Universitas Henbroake yang ada di Amerika Serikat. Aku kesulitan mencari ruang rektor di sini. Bisakah kau tunjukkan arahnya saja padaku?" balasnya.

Naruto tersenyum lebar. "Tentu saja, kau tinggal lurus saja lalu belok kanan. Di sana akan ada tangga menuju lantai dua, nah ruang rektornya ada di sebelah tangga itu." Jelasnya yang diangguki Shion.

Shion tersenyum tipis. "Terima kasih, emm..."

"Naruto, Namikaze Naruto,"

"Ah, Naru. Boleh kupanggil begitu?"

"Tentu, Shion,"

"Ya, sudah, Naru. Aku pergi dulu, aku harus mengurusi surat kepindahanku di Universitas Konoha."

"Baiklah, aku mengerti. Semoga kau betah di universitas ini."

"Arigatou." Ucap Shion sambil berlalu pergi.

Naruto tersenyum lebar melihat kepergian Shion. Anggun dan cantik! Tidak sepertiku yang urak - urakan.

.
.
.

Naruto yang baru saja selesai kelasnya tersenyum lebar melihat Sasuke dan Kakaknya, Kurama sedang duduk satu meja di kantin. Dia ingin menghampirinya, hanya saja langkahnya terhenti ketika melihat gadis yang tadi pagi berbicaranya menuju ke meja Kurama dan Sasuke lalu mencium pipi Sasuke tanpa izin.

Naruto marah tapi ia menahannya. Dia memilih duduk di tempat lain, tempat yang jauh dari tempat duduk Kurama, Sasuke, dan Shion. Ia memilih mengamati mereka bertiga secara diam - diam.

Dari interaksi mereka bertiga, Naruto yakin mereka sangat dekat bahkan sangat dekat karena percakapan mereka yang didominasi ketertawaan dari Shion. Untuk Kurama dan Sasuke, mereka berdua hanya diam saja. Hanya saja Sasuke terlihat menatap tajam ke arah Shion. Sedangkan Kurama, ia hanya menatap tidak peduli Shion.

Akibat memperhatikan Kurama, Sasuke, dan Shion, Naruto tidak mendengarkan panggilan Ino.

"Naruto!"

"Naru!

"Hei, bumi pada bulan!"

Seruan Ino yang terakhir membuat Naruto tersadar dan menyengir tanpa rasa bersalah.

"Gomen, Ino-chan," balasnya tidak enak.

"Hmm, tak apa - apa. Hanya saja kenapa kau memperhatikan mereka sampai tak menghiraukan panggilanku, huh? Ehh, tunggu! Siapa perempuan yang duduk di pinggir Kurama-kun dan Sasuke-kun? Sepertinya mereka dekat sekali," ucap Ino blak - blakkan.

Naruto hanya memutar kedua bola matanya.

"Berhentilah berbicara blak - blakkan seperti itu, Ino. Tapi apa yang kau katakan benar. Bahkan gadis yang bernama Shion itu dengan berani mencium pipi Sasuke tanpa rasa malu yang bahkan tidak pernah aku lakukan!" Serunya kesal.

Ino membelalakkan kedua matanya. "Sungguh? Kau yakin gadis itu dengan berani mencium pipi Sasuke-kun di depan umum yang bahkan tidak pernah kau lakukan?" Tanyanya.

Naruto mengangguk dengan pasti. Dia menatap tajam Shion.

"Tapi dari mana kau tahu nama gadis itu?"

"Tadi pagi sebelum kelas dimulai, aku bertemu dengan gadis itu. Dia memperkenalkan dirinya dengan nama Miroku Shion."

Ino hanya mangut - mangut. Dia lalu menepuk pelan pundak Naruto.

"Tenanglah, Naru. Mungkin mereka bertiga hanya teman lama dan mencoba berhubungan kembali seperti dulu." Balasnya agar Naruto tidak berpikiran yang negatif.

Naruto menghela napas pelan merasa lelah dengan hubungannya bersama Sasuke yang kian hari makin menjauh.

"Entahlah, Ino. Aku hanya takut gadis itu merupakan masa lalu Sasuke." Ucap Naruto lirih.

Apa yang dikatakan Naruto membuat Ino iba. Ino hanya bisa berdoa supaya hubungan sahabatnya itu semakin membaik. Bagaimanapun juga Naruto sudah ia anggap saudaranya sendiri. Ia berharap Naruto tetap kuat seperti dirinya yang masih menunggu cinta dari Kurama.

To be Continue

Yeah! Udah update. Maaf ya lama. Lagi fokus dengan ff yang lain hingga melupakan ff ini.

Tolong vomment kalian ya dan saran serta tanggapan kalian juga.

Terima kasih,
Yogatrisna.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro