Bagian Sepuluh:: Alfa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kiri."

Shania mengeluarkan suaranya sedikit kencang, karena beradu dengan speaker angkot yang super duper memekakkan telinga.

Kemudian dia keluar dari angkot itu, lalu berjalan sedikit agar bisa sampai ke rumahnya. Shania sangat suka memakai kendaraan umum, namun lebih sering naik bus, karena angkot biasanya lebih dempet-dempetan. Shania tidak suka.

Dan kali ini, Shania sebenarnya dipaksa keadaan untuk naik angkot, karena tadi setelah pulang dari rumah Intan, hanya itu satu-satunya kendaraan yang lewat.

Shania memang tidak punya supir pribadi, dan di rumahnya hanya ada satu mobil yang dipakai Alfa, dan motor Ninja juga punya Alfa.

Semua memang milik Alfa.

Tetapi sebenarnya, ada baiknya juga pada Shania. Dia bisa berolahraga dan badannya jadi sehat jika jalan kaki setiap hari.

Shania sudah sampai di rumahnya, lagi-lagi Alfa yang membukakan pintu. Kenapa laki-laki berumur delapan belas tahun yang paling menyebalkan itu akhir-akhir ini bersikap sedikit baik kepada Shania. Pasti ada sesuatu.

Biasanya, Alfa akan membuat kekacauan di rumah, atau paling tidak, dia membuat Shania tak betah di rumah. Seperti menghidupkan musik dengan menggunakan speaker dan menaikkan volumenya sangat tinggi dan hal lain masih banyak lagi yang Shania sangat benci.

Dan Alfa, sangat sering menyakiti hati Shania.

"Lun," panggil Alfa dari bawah tangga ketika Shania sedang berjalan di anak tangga ke dua.

Shania hanya berhenti dan menunggu apa yang ingin disampaikan oleh kakaknya itu.

"Besok pulang sekolah gua jemput, sekalian paginya gua anter."

Shania yang membelakangi Alfa mengerutkan dahinya, mau apa orang ini sebenarnya.

"Gak mau," balas Shania, lalu dia melanjutkan berjalan menaiki anak tangga.

"Gak usah nolak. Besok gua anter sama jemput. Gak usah bawel."

"Serah." Shania tak memerdulikan kakaknya itu. Masa bodo dia mau ngapain.

"Lun, bentar," panggil Alfa lagi kepada Shania saat mereka sudah sampai di depan kamar mereka masing-masing. Kamar mereka berhadapan.

"Apa?" tanya Shania malas.

"Besok sore temenin gua ke acara temen."

Tuh, kan, Shania sudah tebak. Pasti ada maunya.

Shania tak menghiraukan, dia hanya terus berjalan menuju kamarnya.

Saat di kamar, dia langsung mengganti pakaiannya, lalu mengambil handphone yang terletak di tas sekolah bagian depannya.

Dia menghidupkan data, kemudian beberapa notif masuk.

Beberapa dari line, lalu dia membuka aplikasi line dan mengeceknya, selalu seperti itu kerjaan Shania.

(Tugas Pak Ris) Sandy C. invited you to the group. (N)

Shania joined the group.

Sandy C: Shan

Natasya Putri: Hai, Saniaaa

Shania A : ?

Sandy C: Eh, bsk gajadi ya, maaf, soalnya gua baru inget kalo ada rapat osis

Shania A: ok

Natasya Putri: Yaaah, gajadi :(
Natasya Putri: Gapapa, deh, jadinya kapan?

Sandy C: Bsk deh, kita kompromi
Sandy C: Bsk gua ke kelas kalian

Natasya Putri: Siapp

Sandy C: Shania gimana?

Shania A: 👍

Sandy C: Kebiasaan_-

Shania A: ap?

Sandy C: Gapapa
Sandy C: *stiker*

Natasya Putri: Aku nyimak deh

Shania kemudian menutup aplikasi line dan kemudian merebahkan dirinya di kasur.

---

"Ayo, Lun."

Alfa sudah memanaskan mobilnya, dan memanggil Shania yang sedang memakai sepatu di teras rumah.

Shania hanya menatap datar, lalu berjalan menuju mobil abangnya itu.

"Ntar gua pulang sekolah jam tigaan, lo juga pulang jam segitu 'kan?" tanya Alfa setelah Shania masuk ke dalam mobil.

"Iya."

Alfa sekolah di tempat yang berbeda dengan Shania, tepatnya Shania di sekolah swasta dan Alfa di sekolah negeri. Alfa sekarang sudah duduk di kelas dua belas.

Shania kemudian menatap jalanan dari kaca jendela samping.

Jalanan sudah padat merayap padahal baru jam enam lewat lima belas pagi, biasa, manusia di sini terlalu berlimpah.

Suasana hening tercipta, Shania sangat senang dengan keadaan seperti ini.

Setidaknya pagi ini Shania gak capek-capek buat nyari angkutan umum ke sekolah.

Sudah sepuluh menit mereka diselimuti keheningan, akhirnya sampai di depan gerbang SMA Cendana.

"Nanti gua tungguin di gerbang, atau kalo gua belum dateng, lo tunggu gua," ucap Alfa saat Shania hendak membuka pintu mobil. Tetapi, Shania tak menghiraukan kata-kata Alfa dan langsung berlalu dari mobil Alfa.

Shania berjalan di koridor menuju ke kelasnya, ada beberapa tatapan yang mengarah ke dirinya. Namun beberapa ada yang tak perduli.

Dia memang cukup menarik perhatian beberapa orang, namun tak begitu mencolok karena di sekolah ini memang banyak sekali perempuan yang melebihi dirinya.

"Shania!" panggil seseorang dari arah belakang Shania. "Tunggu, Shan," lanjut perempuan itu yang ternyata adalah Natasya.

Shania tak menengok ke belakang, namun diam-diam dia memelankan langkah kakinya sampai perempuan pengganggu itu berada di sebelahnya.

"Shan, kamu cantik banget pagi ini. Coba tambahin senyum, pasti makin cantik deh," ucap Natasya dengan cengiran penuh di wajah imutnya.

Shania malas menghiraukan Natasya, jadi dia hanya berjalan dengan tegap, menatap lekat ke arah depan.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di kelas lalu duduk di bangku mereka.

"Shan, udah belum, bikin pr Kimia yang dikasih waktu minggu kemaren?" tanya Natasya dengan gelagat panik.

"Udah."

"Liat dong, aku lupa," ucap Natasya dengan nada memelas. Natasya juga deg-degan sih, karena ini pertama kalinya dia minta contekan ke Shania. Kalau nggak dikasih 'kan malu.

Shania hanya menatap Natasya sebentar, kemudian kembali melihat ke depan, seakan tak ingin perduli dengan teman sebangkunya itu.

Natasya hanya menghela napas. Mungkin dia akan kena hukuman di pagi ini.

Shania melempar buku kimianya dengan pelan ke hadapan Natasya, lalu Natasya tersenyum lebar.

"Makasih, Shan," ucapnya kemudian mulai menyalin dengan secepat kilat.

☄️☄️☄️

Bel pulang sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu, namun Shania masih tak bergeming dari tempat duduknya. Natasya sudah pulang duluan setelah berkali-kali mengajak Shania untuk pulang bersama.

Hari ini tak jadi merealisasikan tugas dari Pak Risman, tadi saat jam istirahat kedua, Sandy datang ke kelas mereka untuk mengundur jadwal karena selepas sekolah dia ingin pergi, namun tadi mereka sudah merencanakan bahwa besok mereka akan menyelesaikan tugas itu.

Dan Shania tak punya alasan untuk tidak ikut ajakan Alfa.

Shania kemudian berdiri dari kursi, menghela napas pelan lalu berjalan keluar.

"Lama banget keluarnya," ucap Kevin secara tiba-tiba, membuat Shania berhenti berjalan dan menutup matanya reflek karena badan Kevin sangat dekat dengannya, namun tidak tertabrak.

Shania mundur satu langkah, kemudian tanpa menghiraukan Kevin, dia kembali berjalan ke depan. Begitu juga Kevin yang sekarang berjalan mengikuti Shania.

"Sha, tunggu, barengan pulangnya."

Shania memelankan jalannya saat melihat beberapa orang yang sedikit lebih berisik dari biasanya di gerbang depan.

"Wah, ganteng ya njir."

"Gils itu anak SMA delapan kan ya, keren bangeeet."

"Rambutnya buseh dah."

"Luna," panggil seseorang ke arah Shania yang Kevin perkirakan sebaya dengan mereka, namun dengan seragam yang berbeda, dan baru terlihat bahwa orang itu mengenakan bet kelas dua belas. Ternyata satu tingkat di atas mereka.

Orang itu berjalan ke arah Shania, lalu Kevin memasang wajah bingung. Siapa orang ini?

"Ayo, Lun," ucap orang itu sambil menarik tangan Shania. Buru-buru Kevin menarik tangan Shania juga. Apa-apaan orang itu.

"Lo siapa?" tanya Kevin santai namun penuh selidik.

Lelaki itu menunjukkan bet nama di seragamnya. Tertera nama Alfarozi Ivander E.

"Maksud gua, lo siapanya Shania?" tanya Kevin dengan tegas.

Alfa memiringkan kepalanya. "Bukan urusan lu," jawab Alfa datar.

Shania hanya diam, mengikuti apapun yang akan terjadi, dia tidak ingin berkata apa-apa.

Setelah itu, Alfa kembali menarik tangan Shania dan mengajaknya masuk ke mobil yang terparkir di seberang sekolah.

Beberapa murid yang melihat kejadian barusan hanya berbisik-bisik. Mungkin akan ada gosip baru bagi mereka.

Kevin hanya mengerutkan keningnya. Kenapa Shania mudah sekali menurut pada laki-laki itu?

Sepertinya Kevin harus menyelidiki siapa orang itu.

☄️☄️☄️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro