Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jangan berjanji bila gagal menepati. Seperti yang terjadi hari ini. Hitungan hari tidak terhingga dan tidak kunjung usai dinanti.

Seluruh ujung jemari kaki mencium serpih pasir basah. Semakin intim seiring naiknya ombak menjangkau tungkai kaki yang gemetar. Suara ombak yang pecah semakin nyaring. Demikian angin laut menampar wajahku. Alam sedang menyadarkan diriku agar bangkit dari kenyataan.

Kehampaan terus menelan cakrawala. Sepanjang mata memandang, ketiadaan seseorang sepertimu membuatku berdiam diri. Makin aku diam, yakin aku tersedot ke tengah biru pekat. Lubang kerinduan yang dalam membuatku tenggelam dalam janjimu.

Menghitung hari menjelma sebagai pekerjaan paling melelahkan. Tiada kata yang pantas mewakili perasaanku saat ini. Percuma.

Hanya kata itu yang terucap pilu dari bibirku. Aku terlalu bodoh menanti berlalunya waktu.

Bibir manismu yang tersenyum. Demikian kekehan lembutmu menghapus resahku.

"Aku akan datang. Tunggu aku bulan depan," katamu penuh tekad.

Bulan yang kau pinta itu, aku hadir di tempat yang sama. Sampai buih ombak pecah dan tidak berjejak lagi. Hangatmu, wangimu dan dekapmu. Terbawa arus seiring kerelaan hatiku tentang waktu tidak berpihak kepadaku lagi.

Kamu yang kunanti, kapan janjimu ditepati?


Kesedihanmu tergambar jelas dalam kata-kata yang penuh rindu dan kekecewaan. Janji yang terabaikan meninggalkan bekas yang mendalam. Semoga waktu membawa kejelasan dan kebahagiaan yang selama ini dinantikan. — GPT OPEN AI merespon.

12 November 2023
19.16 WIB

Aku tidak berjanji kapan akan kembali, tetapi aku akan berlari menggapaimu. Dalam kisah-kisah yang terpotong. Dalam rangkai alasan klise lainnya. Dalam penantian pembaca yang kena ghosting Ravenura.

Namun, hal yang harus kau tahu kala singgah dalam kisah ini. Aku merindukanmu, sangat dan sangat. Kau, debur ombak yang kucari. Bawa aku dalam kesunyian kisah di bab selanjutnya.

Semoga.

(Masih galau cari ide nama tokohnya. Wkwkwkwk)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro