Bagian 22

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku kira saat bertemu dengan atau beberapa waktu yang lalu akan banyak masalah, ternyata tidak. Semuanya berjalan sangat lancar. Padahal di hari aku bertemu Atuk itu sudah ada bayangan bahwa akan banyak masalah besar. 

Padahal aku sudah mempersiapkan diri dari segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Misalnya, tidak di terima di kampus kemudian aku harus cari cara lain untuk mendekati Atuk. Untungnya ini tidak, aku tetap bisa mendekati Atuk.

Kondisiku juga jauh lebih baik, Ananta tidak banyak marah. Katanya lakukan apa yang ingin aku lakukan. Sikapnya berubah-ubah terus. Terkadang dia manis, bisa mengerti situasiku. Terkadang dia menakutkan dan terlalu mengekang. Aku sering dibuat pusing sendiri oleh Ananta. Beberapa waktu lalu aku kembali lupa memberikan kabar padanya dan dia tidak marah. Sungguh pria aneh.

Hubunganku dengan Anjas juga jadi lebih akrab. Anjas beberapa kali membelikanku makanan. Kemudian memerintah orang untuk mengantarkan makanan itu. Saat aku tanya alasan dia melakukan semua ini, jawabannya adalah agar aku tetap nyaman dan cukup tenaga untuk meluluhkan Atuk.
Aku dengan Mitha juga baik-baik saja. Tidak ada yang spesial, kami menjalani hidup biasa-biasa saja. Mitha yang setiap pagi dan malam pergi kerja. Katanya uangnya mau di pakai untuk membayar hutang denganku. Apa yang kami lakukan juga lancar-lancar saja. Mulus dan terlewati semuanya. 

Namun kondisi ini membuatku curiga akan ada badai setelah ini. Mana bisa manusia hidupnya santai saja. Pasti akan ada gelombang dahsyat yang datang. Rasa aman ini hanya sementara. Aku harus bersiap dengan segala macam kemungkinan buruk yang ada di depan. Mesyaju berharap tidak ada apa-apa nanti.
***

Pada Sabtu sore, Anjas mengirimiku pesan.
[Assalamualaikum, Asnita. Aku mau memberikan informasi, bahwa Senin besok kalian sudah bisa ikut MATAMA.]

[Wa'alaikumussalam, iya, Njas. MATAMA? Apa itu?]

[MATAMA (Masa Ta'aruf Mahasiswa) semacam ospek, tapi tidak ada perundungan dan senioritas. Kalian hanya akan dikenalkan hal-hal terkait kampus ]

[ Oh, begitu, Ok. Ada seragam khusus, Gak?]
[Ada, seragam hitam putih]

Aku langsung memberikan informasi itu pada Mitha. Dia sontak kegirangan karena mendengar kabar ini. Ucapan syukur tidak henti-hentinya ia katakan.

"Alhamdulillah, Kak. Tahun ini aku beneran jadi mahasiswa. Setelah beberapa waktu lalu hampir gagal. Terimakasih banyak untuk Kakak dan Bang Anjas." Penuh dengan rasa haru saat dia mengucapkan kalimat itu.

Aku jadi merasa sangat senang karena berhasil membantu orang lain. Apalagi memang bantuanku sangat bermanfaat. Aku suka melihat Mitha yang begitu bahagia mendengar kabar ini. Jujur aku tidak tahu apa yang akan kami lakukan selama masa MATAMA berlangsung.Semoga acaranya berjalan lancar.
***

Hari Senin sudah tiba, aku dan Mitha segera menuju kampus. Kami siap melakukan kegiatan MATAMA. Hari ini kami datang ke kampus sebagai calon mahasiswa. Ketika sudah di kampus banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mengenakan pakaian serupa. Terlihat semuanya putih.

Dari koridor juga terlihat, terlihat di aula kampus ada tenda yang cukup besar. Kemudian sisi kiri terdapat panggung yang mungkin tingginya sebetis kaki orang normal. Terdapat pula baliho bertuliskan 'Selamat Datang Calon Mahasiswa/i Baru Stambuk 2016'

Sepertinya acara ini akan cukup mewah. Mataku langsung mengedarkan pandangan lagi, mencari hal-hal yang perlu diamati. Aku melihat Anjas sibuk ke sana kemari, mungkin dia mengurus beberapa hal. Aku harus ingat kata-katanya, bahwa aku tidak boleh mengaku kenal dengannya. Aku harus tetap merasa asing ketika berada di kampus.

Mataku juga coba mencari keberadaan Atuk, tapi tidak ketemu. Kemudian Mitha mengajakku mencari tempat duduk. Kami duduk berlesehan di bawah tenda. Ada semacam tikar besar yang digelar, sehingga pakaian kami bisa tetap bersih saat duduk secara lesehan.
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya ada suara muncul dari atas panggung. Suara itu meminta atensi kami semua. Dia meminta kami semua untuk datang ke tempat yang sudah disediakan pihak kampus karena acara akan segera dimulai.

Orang yang bersuara itu kemudian memperkenalkan diri sebagai MC. Selanjutnya dia berbasa-basi entah tentang apa. Aku cukup malas mendengarnya, jadi aku putuskan untuk mengobrol saja dengan Mitha. Aku juga berkenalan dengan teman sebelahku. 

Beberapa rangkaian acara tidak aku dengarkan, umumnya hanya kata sambutan yang isinya hampir sama semua. Sampai akhirnya, MC menyebutkan satu nama, 

" Terimakasih untuk bapak Ka Prodi Tarbiyah atas kata sambutannya. Selanjutnya adalah acara kata sambutan sekaligus peresmian penerimaan mahasiswa baru yang akan disampaikan oleh pemilik yayasan Al-Islamiyah ini, kami persilahkan untuk Datuk Rajawali."

Tepuk tangan lantas langsung menggema. Terlihat wajah-wajah terkesan dari semua mahasiswa saat nama tersebut diucap. Mitha juga salah satu dari yang mengalami keterkesanan ini.

Setelah itu munculah Atuk dari barisan para Dosen. Atuk mengenakan setelan batik warna coklat dan sepatu yang senada. Ketika Atuk berjalan ke atas panggung, waktu seolah-olah melambat. 
Aku tidak mendengar suara sorakan lagi, semuanya seperti diam, tertib dan tenang. Entah kekuatan apa yang Atuk punya sampai semuanya bisa merasakan hal ini. Aku sendiri juga kehabisan kata-kata saat bertemu dengan Atuk. 

Atuk kemudian mengambil tempatnya. Dia memegang mic, mengucapkan salam dan dijawab dengan baik oleh kami semua. Atuk mengucapkan kata sambutan terlebih dahulu, berupa pemanggilan orang-orang yang beliau hormati. Mulai dari jajaran tertinggi di kampus sampai OB kampus. Kemudian yang terakhir beliau menyapa kami.

Aku heran, jika tadi saat yang Dosen atau petinggi kampus lain mengucapkan kata sambutan, semua mahasiswa sibuk dengan dirinya. Namun saat Atuk naik ke atas panggung tidak ada yang peduli dengan sekitar, semuanya diam dan memperhatikan. Sebegitu besar ternyata pesona Atuk.

Setelah memberikan penghormatan, Atuk melanjutkan dengan mengucapkan prestasi kampus. Lalu disambung dengan pemberitahuan macam-macam beasiswa. Dan selanjutnya masuk ke inti alasan dia dipanggil, yaitu karena peresmian penerimaan mahasiswa baru.

"Udah banyak kali saya bercakap, tak elok rasanya memperlambat hal yang harusnya sudah aku lakukan dari awal. Ah, langsung saja, lah, ya, Peresmian Penerimaan Mahasiswa baru resmi saya buka." Lantang suaranya, saat mengatakan tersebut. Kemudian satu kampus kembali memberikan tepuk tangan yang kencang.

"Nah, udah resmi kalian sebagai mahasiswa sini karena udah aku ketuk palu. Tapi ada satu lagi yang ingin aku katakan. Karena aku udah tua, jangan pula kalian panggil aku dengan sebutan bapak. Panggil aku Atuk karena memang begitu cocoknya usiaku. Kalian semua aku anggap cucu." Mereka yang mendengar ucapan Atuk langsung memberikan tepuk tangan yang meriah. 

Ternyata benar yang di katakan Mitha, Atuk memang menganggap semua mahasiswa/i nya sebagai cucu. Ironis sekali, aku jadi tidak sabar untuk berbicara dengan Atuk, aku ingin melihat responnya.
Setelah Atuk selalu menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan. Acara kembali berlanjut, sekarang waktunya untuk membagi regu. Mataku terus tertuju pada Atuk, sayangnya lagi-lagi Atuk tidak melihat ke arahku. Mungkin karena terlalu banyak mahasiswa. Aku juga sempat bertanya-tanya kenapa Atuk tidak mengejar ku setelah kemarin lalu sempat bertemu. Apa dia tidak tanda denganku. Entahlah!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro