Puncak 16: Semeru VS Ukeru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saya dedikasikan kepada partner saya gaachan yang mengajari saya type-type orang dari goldarnya. Mahahaha... senang sekali masa malam-malam gosipin goldar sambil kayang dan ngupil. kita mah seperti itu orangnya.

Ya alloh, sebentar lagi ini akan tamat. Nggak terasa sekali, sumpah. Proyek duet ini dulu berawal dari iseng-iseng aja. gaachan tanya, "Al, pernah duet dengan pov 3 tapi tiap paragrafnya saling bergantian nulisnya, belum?" Terus mama fujo itu memberi saya contoh, kan. Nah, contoh dia itu paragraf pertama bab 1, eh, nggak tahunya berkelanjutan sampai sekarang.  Hahahahah...

Yuk selamat menikmati ....

.

.

.

.

.

Di Puncak Mahameru, ada aku, kamu, dan kita

Puncak semeru akan jadi saksi betapa sucinya cinta Azayn dan mas Tim. Azayn akan mendaki sampai puncak mirip di film-film itu. Lalu Azayn yang uke akan mendaki seme. Gunung SEMEru memang cocok didaki UKEru sepertinya. Lalu dengan semangat menggebu, Azayn berkedip-kedip.

"Mbah, kami belum ada guide. Itu juga udah disiapin?" tanya si mungil. Mbah berkedip penuh makna setelah itu.

Mbah menyeringai, tertawa ngeri. Matanya yang dibingkai kaca mata berpijar-pijar menakutkan. Lalu dalam suasana dramatis Mbah menjawab. Parau. "Lha itu... Mas Riomu. Yang akan jadi guide-nya."

"Jadi nggak berdua gitu? Honeymoon macam apa ini?" Azayn protes.

"Kalo Mbah biarin kalian berdua jalan-jalan sendiri ke onoh, kalian bakal ilaaang, curuuut." Mbah geleng-geleng. Sementara cowo motor gede di samping Azayn, membangga-banggakan diri.

"Mas Rio nanti jadi obat nyamuk?" Azayn mengerjap. Padahal nanti malam dia mau beladuan sama mas Tim dulu. Mau ritual biar sah jadi pasutri. Ah, harus mendaki Semeru setelah mendaki seme. Boleh juga....

"Tenang aja Az. Mas nggak sendiri, kok. Ntar mas ditemenin Abang!" Gitu cowo motor gede itu menjawab. Menaik-naikkan alis. Tim nggak suka! Nggak suka ada cowo yang flirting ke suaminya. Melecehkan harga dirinya. Pokoknya Avada Kedrava kau motor gede. Tim mengibarkan bendera perang ke arahnya. Kemudian Tim menyeletuk karena teringat omongan Azayn beberapa waktu lalu.

"Bukannya lo anak tunggal? Adik lo kan udah meninggal?"

Azayn melongo mendengar pembicaraan dua orang itu. Kok mas Tim lebih tahu soal keluarga mas Rio? Azayn saja nggak terlalu tahu. Kenapa mas Tim tahu? Azayn tahu kalau sebenarnya mas Tim sudah menyelidiki mas Rio tanpa sepengetahuannya. "Mas Tim kok tahu banget soal mas Rio?" Azayn konfirmasi.

"Kan kamu pernah bilang gitu, Mi, pas kita baru baikan dulu setelah Papi kecelakaan."

"Azayn nggak inget. Lagian juga, papi yakin kita ajak mas Rio? Nggak mau cari guide lain, gitu? Tapi lumayan sih mas Rio bisa jadi tukang foto..." Nah!

Sebelum Tim menjawab, lagi-lagi pintu apartemen ada yang ngetuk. Mak menyuruh Azayn membukakan pintu.

Azayn nurut. Kakinya melangkah cepat, membuka pintu apartemen. Matanya terbelalak ngeri melihat seseorang di ambang pintu.

"Siapa yang datang, Sayang?" Mak berteriak dari tempatnya.

"Jangan jambak aku, mbaaaakkk!!!" Azayn menjerit kencang, berbalik dan berlari ke pelukan mas Tim. Dia takut sama mbak-mbak predator itu.

Kening Tim mengerut. Merangkul kuat pundak Azayn saat Dan melangkah masuk. Diikuti seorang cowo yang dalam batin pun tak ada bayangnya akan datang ke apartement Tim.

"Ngapain kalian ke sini?" hardik Tim gusar.

Mereka berdua mengerjap, apalagi ketika aura kelam tiba-tiba muncul dari jiwa Mak dan Bunda. Dua ibu itu seperti ingin menguliti mbak Dandel. Azayn merinding.

"Nak Zak, ngapain kamu bawa kunti itu ke sini?" Suara Mak yang kayak mau nelan bom terdengar manis. Jangan terkecoh. Manisnya Mak itu berbisa. Nyelekit. Dan takut-takut. Sementara Nak Zak yang disebut Mak tersenyun santun. Tim mau meledak saja rasanya.

"Jangan ambil mas Tim dariku, mbak Dandel! Kami udah nikah. Meskipun Azayn belum disodok sama mas Tim, tapi cinta kami akan selamanya ada." Azayn meringis nggak terima. Obrolan absurd dua kubu itu membuat mbak Dandel makin pusing. Bingung mau menjelaskan darimana.

Dan mengeluh kecil. Nak Zak--pramugara yang ditemuin Tim dan Azayn di pesawat--tersenyum geli.

"Maaf ya Mak. Dan ini adek kandung saya. Sementara Rio itu teman yang udah saya anggap adik. Kami bertiga dipanggil Mbah ke sini. Katanya ada yang minta guide ke Semeru? Kebetulan saya tahu rute Semeru. Rio saya ikut sertakan karena dia juga tahu. Sedangkan Dan, dia mau mengucapkan selamat menikah buat Tim dan Azan." Zak tersenyum. Tingkat gantengnya naik satu level. Dan entah mengapa, Tim melihat cowo motor gede itu tersipu malu melihat senyumnya Zak. Kening Tim kembali ngetril, meskipun emosinya semakin mengendur.

"Lalu kita ke sananya berlima gitu? Mbak Dandel kayak ngeharem..." Azayn berkomentar. Lagipula, Azayn nggak peka kalau nantinya mbak Dandel justru jadi obat nyamuk. Azayn merenung, menunggu jawaban masuk akal dari mas Pramugara. Pokoknya dia ingin tahu perihal naik Semeru itu. Dia mau bawa sleeping bag satu saja, biar dia bisa nyelip satu bag bareng mas Tim. Romantis, kan? Kan? Kaaaannnn???

"Nggak kok Dek, Dan nggak bisa jalan lama-lama." Mendengar jawaban dari Zak, Tim emosi luar dalam. Tim bangkit tiba-tiba. Mendekati Zak. Telunjuknya terarah ke dada Zak.

"Nggak ada yang boleh panggil Mami gue Dek. Dek itu dikhususkan cuma buat Mak dan keluarga. Lo orang asing nggak usah sok akrab ama laki gue. Gue nggak suka. Lo ngerti, roZak?" Tim posesif sekali. Mak di belakangnya murka. Menjewer Tim.

"Punya anak atu kok oon bangeeeet sih, Tong, apa salahnya dia panggil Azayn dengan Dek? Aneh banget sih lu?"

"Aduuuh Mak, sakit Mak, lepas Makk." Mak melepas jewerannya, lalu menjitak kepala Tim ganas.

"Jangan aneh-aneh jadi orang, segala panggilan Dek aja dipermasalahkan." Tim mengelus-elus telinganya yang memerah.

"Nggak peduli dia orang mana, sekali Tim larang panggil Dek Azayn, itu artinya ya nggak boleh Mak. Suami Tim nggak boleh dilabeli Dek sembarang orang." Keposesifan Tim membuatnya agak gila.

Azayn yang menjadi buah bibir ibu dan anak itu hanya mengerjap dan terkikik geli. Matanya menatap mas Rio yang sedang duduk ayem bersama mbah. Lalu matanya menatap mas Zak. Keduanya sedang berpandangan. Azayn mikir. Mereka pasti belum kenalan. Demi mengabaikan mas Tim yang lagi dijewer mak, akhirnya si mungil kembali bersuara.

"Mas Rio sama mas Zak nggak mau kenalan dulu?" Setelah ucapan polos frontal itu terlontar, kedua cowok yang jadi sasaran tersebut tergagap.

Azayn nggak tahu kenapa mereka jadi gugup. Lantas Azayn bertanya lagi, "Kalian nggak mau salaman gitu?" Mas Rio bersumpah kalau makhluk boncel di depannya ini benar-benar nggak mikir malu.

"Eng Dedek Azayn...," itu suara Bapak yang tiba-tiba ingin nimbrung. "Kan tadi mas Zak udah bilang kalo mas Rio adek-adekannya Mas Zak. Mereka udah kenal, Dedek Azayn." Azayn mengerjap. Kemudian tersenyum nggak tahu malu.

Tim cuma melongo. Menghampiri suaminya. Memeluknya sayang. Lalu mencium keningnya. Membisikkan kata, "Biarpun kadang Mami lemot, tapi Papi tetap dan akan selalu mencintai Mami." Dikecup kecil sudut bibir Azayn, kemudian berbisik di sana. "I love you, Mi."

"Jadi adek-adekan itu yang kenal gitu? Bukan adek yang muncul dari mana gitu? Lalu nggak sengaja ketemu dan akhirnya kenal?" Azayn mendorong wajah mas Tim yang menciumnya semena-mena. Azayn kan belum tahu bedanya adik-adikan sama yang adik sungguhan. Kalau begitu mereka bersaudara, gitu?

***

Salam Daki

(Duo Absurd Kayangers Independen)

Al & 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro