Stay 14: Pasutri Absurd Tetangga Bule

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saya dedikasikan kepada gaachan yang selalu mengajari saya hal-hal baru. Mengenalkan saya dengan dunia yang tak pernah saya kenal sebelumnya. Tanpa proses menggurui. Partner sekaligus teman terasik. Suka ngerjain saya juga sih, dia kan goldarnya B. Suka ngusilin goldar O.
.
.
Muahahahha
.
.

Amerika tidak indah tanpa sebungkus nasi pecel tumpang.

Azayn mengerjap. Semalam dia begadang, menemani para kerabat yang sedang mengobrol. Mas Tim manyun-manyun. Azayn sempat ditarik ke kamar, namun lagi-lagi para kerabat nggak tahu diri. Mereka tetap mengajak Azayn ngobrol. Mas Tim diabaikan. Mereka nggak beladuan malam ini.

Tim menatap terang bulan syrup madu di piring yang disodorin Mak dengan sebal. Lalu merengut untuk dua hal: yang pertama batal belah anu Dek Azayn sang Mami tercinta. Yang kedua, dia nggak suka terang bulan. Apalagi yang di kasi lelehan syrup.

Sembari melirik Dek Azayn-nya Tim, dia berseru, "Mak aku gak suka terang bulan. Mana pake sirup lagi. Perutku gumoh Mak kalo makan terang bulan." Mak meliriknya tajam. Sementara Bunda yang ikut menyiapkan sarapan, tersenyum-senyum geli melihatnya.

"Lu kok begooo bangeeet sih, Tim, ini namanya pancake. Bukan terang bulan. Makanan bule ini. Makan! Nggak usah aneh-aneh." Apa pun namanya, bentuknya tetap aja menyerupai terang bulan. Tim nggak suka. Nggak mau makan. Suara cekikian Azayn ama Bapak dan Ayah serta para kerabat semakin membuat Tim jengkel. 'Kok mami nggak ngurusin suaminya sih?' Begitu dia membatin.

"Tim nggak suka Mak. Tim maunya nasi pecel."

Azayn tersentak mendengar penuturan suaminya. Dia bangkit, lalu berlari ke dapur. Azayn memeriksa persediaan makanan di lemari. Ah, ada kacang mentah! Azayn harus melakukan apa yang suaminya minta.

"Azayn yang bikinin, spesial buat suami tersayang!" Lalu si mungil mulai berkutat di dapur.

Tim melihat punggung Dek Azayn-nya yang bergerak lincah di pantri minimalis apartement yang mereka huni. Lalu Tim tersenyum. Mendekati Azayn. Memeluknya dari belakang. Kedua tangannya mengalung di perut terepes Azayn. Lalu ia jatuhkan dagunya di pundak Azayn. Meresapi aroma khas manten baru yang semerbak dari tubuh Azayn.

"Mami masak apa?" Suara Tim yang besar menerpa kulis leher Azayn. Putih. Rapuh. Tim mengendus. Terus mencium leher Azayn. Dek Azayn-nya. Maminya.

"Papi bilang katanya mau makan pecel. Azayn lagi bikinin, nih!" Azayn nyengir, lalu mulai menguleg. Dia nggak mau bikin pecel blender. Rasanya pasti beda dengan yang versi uleg. Cowok mungil itu balas mengecup pipi mas Tim sekilas, lalu balik dengan acara memasaknya. Diam-diam Azayn mikir. Azayn belum tersentuh mas Tim. Rasanya dia ingin mengolesi dirinya dengan bumbu kacang, biar mas Tim yang jilatin. Ow, Azayn soooo binal!

Tim gemes pake banget. Ingin dia karungi Azayn lalu di-ihik-ihik di kamar. Malam pertamanya kacau gegara kerabat-kerabat. Tim mengeratkan pelukannya.

"Masak yang enak ya, Mi, biar Papi semangat makannya."

Azayn nyengir, lalu berbisik pelan. "Buat desertnya ntar sama mami aja, ya Pi..." Azayn berkedip genit. Dia sudah siap mempraktikkan apa yang dibilang Mak tercinta.

Loading Tim bergerak siput. "Apaan, Mi?" Tanyanya bingun. "Mami mau bikin desert apa? Papi maunya puding cokelat ya, Mi?"

Kening Azayn berkedut. Mas Tim tumben lemot. Lalu dia merangkul pundak suaminya, tersenyum mencurigakan setelah itu.

"Papi nggak pengen nyicipin? Mami punya banyak desert, tinggal pilih. Puding cokelat ada, bakpao ada, lalu es cream vanila juga ada... tinggal pilih aja, Pi!"

Mungkin ini efek malam belah anu yang tertangguhkan. Tim nggak ngerti maksud dari Dek Azaynnya. "Mami bisa masak bakpao?"

Azayn gondok setengah mampus. Ya ampun, mana mas Tim yang selalu tanggap tiap kali Azayn ngomong mesum? Si mungil menghembuskan napas, lalu berdecih kesal.

"Azayn udah punya bakpao kembar di bagian belakang!" Azayn ingin ngadu ke Mak dan Bunda sekarang!

"Oh...," Tim melongo saat Dek Azaynnya berlari ke arah Mak dan Bunda.

"Mak, Bunda... mas Tim jadi lemot! Ini pasti gara-gara naik pesawat! Otaknya ketinggalan di udara, tuh. Masa Azayn bahas yang mesum-mesum, tapi mas Tim nggak sadar.." Si mungil itu tipe nggak tahu malu. Muka badak. Nggak pandang sikon.

"Emang Dek Azayn ngomong apa kok sampe mas Tim nggak konek?" Tanya Mak melotot ke arah Tim.

"Azayn bilang kalo urusan desert apa kata Azayn aja!" Azayn menunduk kesal.

"Kan Tim nggak tahu mak, makanya Tim tanya. Emang Mami bisa masak bakpao. Kan repot mak masak bakpao?" Tim menyahut dari balik pantry.

"Tuh, kan maaaaakkkk! Mas Tim otaknya nyangkut di pesawat!" keluh Azayn bete.

"Dasar lu orang kok oon banget sih Tiiiiimmmm." Mak murka bukan main sambil berkacak pinggang. Bapak yang mendengar percekcokan itu datang mendekati Tim. Menjitak kepala Tim ganas, lalu perbisik. "Yang dimaksud Azayn tuh bokooong Tim. Bokongnya Azayyyn." Tim membeliak. Lalu matanya berpijar mesum. Dia mendekati Dek Azaynnya.

"Mamiiii..." Tim bling-bling. "Makan desertnya dulu boleh nggak, Mi?"

Azayn manyun, lalu melangkah ke arah mas Tim. Mulutnya maju-maju imut minta dicipok. Dia memalingkan wajahnya, lalu melirik mas Tim lagi. Dengan sisa kesabarannya, cowok itu berdecih nggak suka atas kelemotan mas Tim.

"Aku nggak mau disentuh! Aku ngambek!"

"Eh jangan dooonk, Miiii," Tim kuwalahan. Nggak mau disentuh? Yang benar ajaaa. Masa harus puasa lagi? Mainin sabun lagi. "Ntar kalau Papi nggak kuat nahan pengen anu gimana, Mi? Ayolah Miiii. Minta bakpao ya."

"Sekarang aku udah nggak mood lagi, Pi! Papi gitu, sih... Lagian juga sekarang masih siang. Azayn juga lagi sibuk masak. Siapa tadi yang minta bumbu pecel?"

Tim berdecak. Membiarkan Dek Azaynnya kembali masak di pantry. Tim ikut nimbrung Bapak ama para kerabat. Saat lagi asik-asiknya ngobrol, pintu apartement ada yang ngetuk. Mak meminta Azayn buat membukakan pintu..

Azayn melongo, menatap seseorang yang sedang berdiri di pintu. Azayn kenal beliau. Mbah mas Tim! Kok bisa ada di sini? Dengan kekuatan bulan, Azayn memeluk mbah. Mencium tangan beliau dan bertanya cepat, "Kok mbah sowan ke sini? Asmanya gimana?" Azayn tahu kalau sikon mbah nggak memungkinkan.

Mbah menatap Azayn tajam. Bibirnya yang pakai gincu ungu mengerucut. Konde embah segedhe stir mobil. Mbah masuk sambil terbungkuk-bungkuk. Di belakang Mbah, berjalan seorang cowo yang nggak Tim sangka-sangka kehadirannya. Cowo yang ngajak dek Azaynnya naik motor gedhe. Tim meradang. Kok Mbah bisa sama cowo itu?

"Mbah kok fashionable banget, sih?" puji Azayn senang. Lalu matanya mengarah pada cowok yang ada di belakang mbah. "Mas Rio kok kenal sama mbahku?" Azayn mikir. Jangan-jangan mbah dan mas Rio itu ketemunya mirip di film Ada Apa Dengan Cinta. Ketemu di bandara sambil bilang, 'Lho? Cinta? Ini Rangga, Cin!'

Tim mendekati Mbah. Sun tangan Mbah. Melirik tajam cowo motor gedhe itu.

"Ngapain lu di sini?" Tanya Tim sambil merangkul pundak Dek Azaynnya.

"Aku nganterin mbah kamu, lah! Kami nggak sengaja ketemu di bandara. Aku punya kakak yang juga nyewa apartemen sebelah. Kita tetangga. Dunia itu sesempet daun kelor." Mas Rio memicing, menatap Azayn yang masih bengong. Mas Rio tahu Azayn sudah jadi istri orang, tapi dia juga ingin kepo sebentar.

"Mbah nggak digodain ama perusak hubungan itu kan?" Mbah langsung menjitak Tim. "Kowe ngomong opo, Mbul. Iki kerjaane sopo. Rabi ra kondo-kondo. Mosok aku dewekan nok umah makani pitek." Mbah mendumel. Marah-marah ama Mak, Bapak, dan semua orang yang ada di sana.

"Azayn kan selipin undangan di bawah bantal mbah. Biar kayak peri gitu...." Azayn mengerjap, lalu mengulurkan lengannya. Azayn ndusel-ndusel di ketek mbah sayang. Mbah itu keren. Meski mbah sering asma, tapi mbah perkasa. Mbah sering membela Azayn kalau cowol mungil itu bertengkar dengan mas Tim.

Mbah melirik Tim sadis. "Awas ya, Tim, kalo lu sampe bikin cucu gue tercinta sakit hati, gak gue kasih jatah tanah warisan lu." Mbah lalu tersenyum lembut pada Dek Azaynnya Tim. "Dek Azayn udah diewe belum ama Tim?" Kontan cowo motor gede di samping Mbah terbatuk-batuk mendengarnya.

"Saya juga mau nampung, kok mbah!" Mas Rio tersenyum memancing. Semua mata menatap mas Rio ganas. Azayn nggak akan dibiarkan jatuh ke pelukan siapapun. Selain mas Tim.
***

Salam DAKI
(Duo Absurd Kayangers Independen)
Al & gaachan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro