Upil 12 : Saatnya Anu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saya dedikasikan kepada Mbak UUL yang tadi sore membacakan salam saya di radio 105.5 Link FM

Oh la la

Terima kasih untuk partner saya Mama fujo gaachan yang tadi malam kasi saya privat pelajaran menjadi maso. Nyahahhaha
.

.

.

.



Anuku, anumu, adalah anu kita semua.

Azayn tertohok. Ada sesuatu yang keras menempel di bokong seksinya. Spontan dia mendesah. Azayn menutup spontan mulutnya. Mak masih berbisik-bisik nggak sadar. Nggak, mas Tim! Nggak!! Namun Azayn sudah kepalang tanggung, menikmati apapun yang mas Tim lakukan saat ini. Dia juga ikut horny, ketularan mas Tim. Ya ampun, kalau nanti sampai malam pertama... Azayn pasti yang akan menguasai mas Tim! Pasti!

Tim semakin merepet. Berharap Azayn memepet rebungnya. Lalu ia sok-sokan olahraga. Merentangkan tangan kiri-kanan. Padahal aslinya, ia sedang melakukan pelampiasan.

Azayn bengong. Melongo. Mas Tim sedang dilanda horny. Azayn juga, sih! Tapi Azayn lebih realistis. Sebentar lagi kan mereka mau naik pesawat. Azayn nggak mau celananya basah. Lalu si mungil spontan melepaskan diri. Lari.

'Bajingan kau tulang rusuk durhaka!' Tim semakin tersiksa. Konaknya semakin menggila. Dan rajaman siksa itu kian bertambah ketika ia dan rombongan udah dipanggil untuk masuk pesawat. Tim meneguk ludah. Meninggalkan sejenak prahara anu. Sekarang ada masalah yang lebih mendebarkan: naik pesawat. Ya Tuhan, Tim nggak mau mati muda. Dia belum mencelupkan diri ke Azayn. Di kursi penumpang, Tim semakin nggak nyaman. Tubuhnya menegang. Keringat dingin menetes. Sementara keluarga besarnya, pada asik berceloteh.

Azayn sadar dengan apa yang terjadi pada mas Tim. Soal trauma dan ketakutan mas Tim naik pesawat. Azayn di sebelahnya punya ide. Tangan mungilnya terulur, merogoh sesuatu di selangkangan mas Tim. Azayn ingin membuat mas Tim melupakan ketakutannya sejenak, jadi dia ingin mengalihkan perhatian mas Tim. Lalu, tangan mungil itu merogoh sesuatu dalam celana mas Tim. Mengelusnya. Lalu... meremasnya gemas.

Tim sukses melanglang buana dengan apa yang dikerjakan khusyuk calon bininya. Bukan. Calon lakinya. Biarpun Azayn manisnya minta ampun, tapi Azayn tetap akan jadi suaminya. Yang akan ia panggil mami. Dan mami kecil itu tengah memainkan sesuatu yang besar. Pesawat take off. Dam remasan mami mini di rebungnya semakin menggila.

"Ahhh..."ya Tuhan ini surga neraka namanya.

"Maaf, mas... Azayn harus ngelakuin ini biar mas Tim nggak takut lagi," bisik si mungil sambil melanjutkan kegiatannya di rebung mas Tim.

Jika naik pesawat bisa mendapat service eksklusif seperti ini, Tim bakal mencatat naik pesawat menjadi hobinya nomer satu. Rasanya bleeeh... mak jos. Tim melebarkan kangkangan kakinya. Membiarkan Azayn memanjakan si anu. Basah-basah dah. Nanti kalo nyampe tujuan Tim mau menghabisi si kecil. Dia nggak mau udah dielus-elus. Diremas-remas tapi gak diapa-apain lanjutannya. Kan Ee. Tim bukan sapi perah. Si mungil itu harus diiket.

"Duh Miii.... enak Miii."

"Mas Tim, kalau mau lanjut ntar tunggu sah aja dulu ya!" Azayn sebenarnya punya rencana. Dia masih mau berguru sama Mak mas Tim untuk berkuasa di ranjang. Azayn juga sudah bertekad untuk mendengarkan petuah Bunda meski Bunda bilang kalau Azayn nggak perlu neko-neko. Neko itu kucing dalam bahasa Jepang. Jadi, Azayn nggak boleh jadi neko. Azayn bukan kucing, ya! Azayn anak baik-baik. Calon istri yang setia dan patuh pada mas Tim.

"Lo mau nyiksa gue, Mi. Udah lo remas-remas. Lo elus-elus. Buntutnya lo nggak mau gue apa-apain. Ah lo PHP-in Tim junior gue."

"Daripada mas Tim pingsan di pesawat, mending Azayn beri elusan sementara. Kan belum sah, mas! Nanti Mak dan Bunda marah..."

"Lebih baik gue pingsan lah daripada lo PHP-in. Lo belum tahu rasanya konak nanggung sih?"

"Mas Tim harus sabar. Suami sabar disayang istri."

Saat Tim mau menyela lagi, seorang pramugara super tampan menghampiri mereka. Pramugara itu nenawarkan makanan ringan. Tim menolak. Tapi Azayn kegirangan. Akivitas elus anu udah dipenggal Azayn tanpa welas kasih. Tim benar-benar menderita.

Azayn menghentikan aktivitasnya dan mulai mengunyah. Azayn sadar kalau dia jorok. Tangannya bekas pegang anunya mas Tim. Azayn nyengir, lantas menjilati jemarinya. Spontan. Namun mas Tim sepertinya melihat tingkah Azayn itu begitu seduktif. Azayn kan nggak peka.

"Mi, lo kok main jilat sperma gue sih?" Tim berbisik begitu. Matanya masih menatap nggak suka pramugara itu yang masih tersenyum ke arah Azayn. Tim mau murka. Nggak ada yang boleh senyum-senyumin Azaynnya. Apa perlu di jidatnya Azayn distempelin calon lakik Tim?

"Kan ini milik mas Tim. Emang tadi udah crot, ya mas? Kan masih precum...." Si mungil mengerjap polos. Mas Tim sepertinya sedang emosi. Azayn nggak tahu kenapa. Mas Pramugara ganteng tadi masih berdiri di sampingnya. Mengulurkan air mineral ke Azayn.

Tim berbisik lagi, "Udah crut sedikit pas tuh mas-mas datang ngedeketin lo. Lo kudu ingat Mi. Lo itu milik gue! Milik Timothy Arsafin."

Baru aja sedetik Tim membisikkan kalimat pengeklaiman tersebut. Sang pramugara berdehem. Menundukkan tubuh. Lalu melakukan hal yang sangat dibenci Tim. Cowo itu... mengelap remahan makanan ringan yang menempel di sudut bibir Azayn. 'Biadab lo pramugara jahanam!'

Azayn menoleh spontan. Mas Pramugara ini baik sekali. Tapi nggak etis lah kalau dia berbuat seperti itu. Azayn kan udah punya calon. Azayn menelan ludahnya gugup, lalu memeluk lengan mas Tim sayang. Memberikan kode ke mas ganteng itu kalau saat ini dirinya sudah ada yang punya.

Tim menepis tangan sang pramugara yang masih terulur di udara.

"Lo mau ngapain laki gue? Lo mau ngajak gue tawuran." Tapi yang tak disangka-sangka, pramugara itu malah tersenyum lembut. Terus ngomong sesuatu yang bikin Tim ama Azayn melongo seketika.

"Dedek kecil ini, Azayn kan? Anaknya Bunda Muslimah?"

Azayn menoleh, mengerjap. Lalu bibirnya melongo dan bertanya cepat, "Mas Pramugara tahu darimana? Kok sampe tahu nama Bunda juga??"

"Tadi Bunda sama Mak pesen sama saya supaya saya mengawasi Dedek Azayn dan Mas Timmy. Katanya biar mas Timmy nggak keceplosan anu-anuan di pesawat."

Azayn melongo. Mak dan Bunda itu duo bodyguard yang lebih jago daripada anggota teroris. Selalu mengintai. Azayn nyengir, lalu mengangguk cepat. "Azayn ngerti, mas!"

Ini namanya menginjak-injak harga diri. Siapa tadi pramugara-sok-kecakepan-itu- menyebut namanya? 'Timmy?' Dia pikir Tim produk kartun buatan Nickelodelon yang punya dua peri itu. Oh Tim emosi. Dia nggak suka dipanggil Timmy.

"Maaf ya, PAK, nama saya Timothy. Bukan Timmy. Situ jangan sok-sokan nyablak deh." Tim sengaja menekankan kata Pak supaya cowo itu sadar bahwa dia sudah tua.

Azayn tahu kalau mas Tim sedang emosi, lantas memeluk mas Tim untuk menenangkannya. Mas Pramugara yang nggak Azayn tahu namanya itu tersenyum sungkan. Lalu karena tatapan mas Tim yang sangat mengintimidasi, akhirnya mas Pramugara pamit.

"Saya hanya menepati janji saya pada ibu anda, mas. Kalau mas nggak keberatan, tolong jangan sentuh dedek Azayn sebelum kalian sah." Mas Pramugara itu pergi karena nggak tahan dengan aura mas Tim yang mencekam.

Kapan sih Mak ama Bunda merelakan Tim menjamah Azayn? Ya Tuhan Tim ingin buru-buru mengucap ijab kabul di depan penghulu. Cita-citanya membuntingi Azayn tak terbantah.

Azayn tersenyum ke arah mas Tim. Sebelah tangannya mengusap pipi mas Tim sayang. Lalu, si mungil mencicit pelan. "Mas Tim, terima kasih. Karena mas Tim udah lahir ke dunia ini..."
***

Yei akhirnya panjang jugaaa

Hip hip huraa

DAKI
(Duo Absurd Kayangers Independen)
Al & gaachan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro