Selimut 10: Cinta itu Lucu, ya!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bener-bener saya dedikasikan kepada mama fujo gaachan yang GOLDAR-nya B dan suka banget ngebeperin saya yang GOLDARNYA O (O, mbahnya baper). Jadi tadi malam kan kita ngetik-ngetik tuh d BBM seperti biasa, nah part yang kami ketik itu sumpah bikin saya baper tingkat dewa. Dan si mama fujo malah menyindir saya. Pokoknya saya jatuh cinta pada part itu. huhuhu. (Ini sengaja saya kasih spoilernya, biar kalian ikutan baper seperti saya, muahahahhaha....)

Merasa nggak ada konfliknya pas baca cerita ini? Merasa alurnya melompat-lompat pas baca cerita ini? Santai, gan. Ngupil dulu. Cerita ini emang aneh, nyeleneh, asal, tapi jujur kami merasa bebas pas ngetiknya. Mengesampingkan dulu kaidah penulisan. Kami hanya ingin menikmati seni dari menulis itu sendiri. Oh la la, kayak ya mengerti aja saya ngomong apaan.

Selamat menikmati

.

.

.

.

.

Selamat pagi sayangnya gue.

Azayn nggak mau langsung tusuk. Azayn harus belajar dulu dari video-video berpengalaman. Azayn mau malam pertamanya indah. Nggak mau langsung gini, jadi dia harus menyiapkan mental. Juga tempat. Azayn mau bunga mawar di atas kasur mas Tim. Lalu ada lagu romantis, lalu ada lilin aroma terapi. Azayn korban film-film romantis soal malam pertama. Horeeee...!

Tim menyentuh dada Azayn dengan tangan besarnya yang kasar.

"Ini belum saatnya, mas Tim! Azayn belum siap. Belum. Meski aku jalang, tapi aku nggak berani beneran mas...." Azayn menunduk dengan wajah malu-malu.

Ya ampun, mata hitam itu mengerjap imut banget. Tim nggak tahan. Dan gak pernah sadar, sejak kapan dia memiliki tetangga super menggemaskan ini. Tim semakin menghimpit tubuh Azayn. Menunduk lagi. Begitu dia sampai di hadapan wajah si cebol itu, Tim meniup mata Azayn yang menatap takut-takut. Saat kelopak mata Azayn terkatup karena embusan angin, Tim langsung mencium punggung mata Azayn bergantian.

Jemari Azayn menggenggam kaos mas Tim. Degup jantungnya berdetak kencang. Hari ini mas Tim benar-benar berbeda. Azayn deg-degan parah, namun apa yang sudah mas Tim lakukan sudah membuat hatinya menghangat. Azayn merasa bersyukur. Karena sudah dicintai.

Deru napas Tim ama Azayn saling menyambut. Tim menumpukan keningnya dengan dahi Azayn. Merasapi rasa baru yang sangat menentramkan hati. "Gue cinta banget ama lo, Az. Sayang banget." Kemudian dikecup lagi kening Azayn dengan lembut.

Azayn merinding. Namun sesaat kemudian dia bicara dengan nada mencicit. Mirip bocah. "Mas Tim, nanti kalau Azayn udah jadi ganteng dan macho... mas Tim mau Azayn tusuk?"

Kening Tim ngetril? Ditusuk? Itu ngeri banget. Mana mau dia ditusuk gitu? Ah nggak mau! Kewajiban ditusuk itu Azayn. Dan kewajiban nusuk itu milik Tim. Tim membelai pipi Azayn dengan bibirnya. Kemudian menjilat kuping Azayn. Sambil berbisik, "Azayn jadi istri sholeha aja. Bagian nusuk, cukup mas Tim."

Azayn bergerak gelisah ketika mas Tim menjilat kupingnya. Azayn geli. Azayn gemas ketika mas Tim seperti ingin memakannya. Azayn mengerjap, menaikkan sudut bibirnya, lalu balas menggigit bibir mas Tim.

'Ouh subhanallaaah, Aaaz kenapa lo nggak bilang kalo bibir lo enak banget gini, sih?' Tim menggigit bibir bawah Azayn, hingga si kecil itu mendesah. Dan hal itu digunakan Tim untuk menelusupkan lidahnya ke liang mulut Azayn. Menyentuh langit-langit mulut Azayn sampai si mungil blingsatan. Ketika lidahnya mulai membelit lidah Azayn, pintu kamar Azayn tiba-tiba terbuka. Suara Bunda menggelegar setelahnya. "Kalian berdua! Astaghfirullaaah!"

Azayn bengong. Melepaskan diri. Menunggu apa yang akan bunda bilang. Bunda berdiri di ambang pintu dengan mata melotot dan mulut melongo. Setelah itu pun Mak datang dan juga ikut shock. Azayn dan mas Tim kaku dalam posisi yang sama.

"Innalillaaah." Komentar yang pertama kali keluar dari mulut Mak. "Apa-apaan ini, Tim? Lu mau buntingin mantu Mak sebelum kalian nikah?" Tim nggak bisa ngomong. Ia udah bangkit di samping Azayn.

"Nggak banget-banget kok, Mak... Bunda... Kami cuma tes ciuman. Azayn kan belum mau dianu-anu!" Azayn merepet nggak tahu malu. Dia mau menjelaskan ke dua orang ibu itu kalau dirinya belum dianu mas Tim. Belum mukhrim katanya.

"Sebenarnya sih Tim mau banget Mak. Gimana kalo dinikahkan secepatnya aja. Tim takut kalo kelamaan ntar Tim nggak bisa menahan nafsu. Gimana?"

Azayn mencubit mas Tim. Azayn mau kuliah. Azayn nggak mau nikah dulu. Dia bangkit dan melepaskan diri.

"Kamu yakin, Tim?" Mata Bunda membulat tak percaya.

"Kami setuju banget malah," Mak menimpali antusias.

"Azayn mau kuliaaaahhh!!!"

"Kuliah setelah nikah kan nggak apa-apa, Sayang." Bunda masuk. Tersenyum. Mengelus kepala Azayn. "Kalian nikah dulu sebelum ujian nasional. Habis itu kalian nanti kuliah bareng. Tinggal satu rumah. Bunda ama Mak bakal ngasih kalian rumah yang minimalis."

"Tapi... tapi... nanti Azayn harus ngurus suami dan kuliah, dong! Kan ribet... " Azayn mengeluh lagi. Bunda tahu kalau Azayn itu masih belum bisa mengurus dirinya sendiri, apalagi mengurus orang lain.

"Kan ada gue. Gue bakal ngurus lo lah. Gue juga nggak pengen lo kecapaian, kan?" Tim bersikukuh. Dua fujo emak-emak yang ada di sana bersorak-sorak gembira.

Azayn merengut. Tinggal sama mas Tim sih oke, tapi kalau harus nikah kan dia belum mau. Azayn masih ingin jadi cowok keren.

"Jadi kapan Mak kami dinikahkan?" Tim mupeng banget.

"Mas Tim kenapa mau nikah cepet-cepet?" Azayn bertanya polos. Dia nggak tahu bagaimana harus merespon ucapan mas Tim.

"Ya supaya semua orang tahu lah kalo lo milik gue!" Klaim Tim posesif.

"Apa mas Tim janji nggak bakal mengkhianati Azayn? Aku udah memberikan semua hatiku untuk mas Tim, kalau mas Tim melukainya... aku nggak punya hati buat mencintai yang lain lagi," ucap Azayn. Ucapannya jadi romantis. Bunda dan Mak sibuk bling-bling ria sekarang.

Nggak memedulikan dua fujo garis tua itu yang sedang berpijar bak kejora, Tim menghadapi Azayn. Memegang kedua tangan Azayn. Meremasnya perlahan. Lalu membawanya ke bibir untuk dicium. "Gue nggak akan ninggalin lo lah, Mi, mulai sekarang lo adalah bagian dari hidup gue. Dan milik gue sepenuhnya milik lo."

Azayn ingin pingsan! Lantas karena nggak mau menunggu lama dan persetan dengan statusnya sebagai istri orang sekarang, maka Azayn mengangguk cepat. Bibirnya tersenyum. Lalu setelah itu cowok mungil itu menghambur pada pelukan mas Tim. Menghadiahi cowok jangkung macho itu dengan kecupan bertubi-tubi, ke seluruh wajahnya. Azayn mengabaikan bunda dan mak yang sedang nonton di ambang pintu.

Ini sudah kelewat batas. Azayn telah membangunkan sesuatu yang sedari tadi ingin ditekan Tim. Karena ciuman bertubi-tubi dari Azayn tak henti, tubuh Tim yang tak kuasa menopang berat tubuh si mungil, terjatuh dan kembali terhempas di kasur, di mana Azayn menindihnya sekarang.

"Mas Tim, Azayn mau jadi istri mas..." Azayn nyengir. Mata bulatnya mengerjap lagi-lagi. Dia bangkit setelah itu, lalu memeluk bundanya. Lalu memeluk mak juga.

Tim merasa lengkap. Merasa bahagia. Tak apalah dengan luka bonyok yang ia dapat dari jatuh sepeda tadi, asalkan buahnya manis menggigit seperti ini. Dia menghampiri Bunda. Sungkem kepada Beliau. Sungkem juga kepada Emak. Tak lupa memberi kecupan Mak. Tim udah siap. Siap menjadi suami Azayn dunia-akhirat.

Azayn juga sama. Namun, dia ingat sesuatu. Nikahnya dimana? Azayn menatap bunda dengan wajah bingung. Dia nggak mau mikir masalah seperti ini, berdua bersama mas Tim sudah cukup. Hanya saja... kok dia nggak mau pergi dari Indonesia ya?

"Jadi kapan Tim ama Azayn diresmiinnya, Mak?" Tim menyerobot. Merangkul pundak Azayn.

"Tunggu kalian lulus! Dan kalau nilai kalian jelek, siap-siap aja ditunda!" Mak mas Tim bersuara. Bunda mengangguk sepaham. Sementara Azayn menatap mas Tim ragu. Dia harus belajar.

***

.

.

.

ih kok sedikit, sih. Masih mau baca lagi coba.

huahahahhaa

salam DAKI

(Duo Absurd Kayangers Independen)

Al & gaachan

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro