Bab 13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Suara stilleto yang mengentak lembut lantai koridor di lantai bawah tanah Rumah Sakit Genma Surabaya menggema, memenuhi ruangan.

"Dokter Fonda, Anda akan bergabung dengan saya pada pertandingan malam ini?"

Suara Dokter Hendra membuat langkah Fonda terhenti. Waktu masih siang dan wanita itu hendak naik ke Lantai Hiburan, di mana para tamu ditempatkan, termasuk monster bawaan mereka.

"Sebuah kehormatan bagi saya." Fonda tersenyum kecil, menyambut baik undangan yang diberikan. "Apa Anda akan menjemput saya atau kita bertemu langsung di arena?"

"Saya rasa akan lebih sopan apabila saya menjemput Anda di kamar Anda." Bibir Hendra melengkung ramah. "Pukul enam sore?"

"Enam sore," putus Fonda. "Dan, tolong kenakan dasi ungu, sebab itu warna gaun yang akan saya pakai."

"Saya merasa Anda bertingkah seperti istri saya." Dokter Hendra mendengkus. "Dan, dia telah tewas akibat kecelakaan mobil sepuluh tahun silam."

"Untung saja saya tidak berniat untuk menikahi Anda," balas Fonda sambil tersenyum manis. "Sudah cukup sekali hidup saya dikendalikan oleh seorang pria."

*****

Dua petugas keamanan berdiri di dekat mesin pemeriksaan pengunjung pada Lantai Arena. Fonda dengan gaun off shoulder ungu ketat berjalan bersisian dengan Hendra yang memakai tuksedo hitam dengan dasi ungu.

Wanita itu melewatkan pemeriksaan sebelum menerima sebuah topeng pesta dan sebuah mesin mungil berbentuk telepon genggam satu tombol. Dia berjalan santai mengikuti antrean pengunjung lain yang sudah berbaris di di depan.

Keduanya berjalan masuk ke sebuah ruangan raksasa dengan deretan kursi bertingkat lima mengelilingi sebuah kubah raksasa tembus pandang. Suara-suara terdengar dari berbagai penjuru, pria dan wanita, Asia dan Eropa, tampak sibuk bercakap-cakap dan bersenda gurau.

Dua buah televisi raksasa terpasang di langit-langit ruangan, menunjukkan nama dua makhluk yang akan bertarung, Cindaku dan Bunyip.

Belum ada penampakkan visual mereka? Kening Fonda mengerut heran. Biasanya penampilan kedua petarung selalu ditampilkan di layar agar membuat para petaruh bersemangat.

"Ikut saya, Dokter Fonda."

Fonda menahan rasa penasarannya. Dia mengikuti langkah Hendra menuju bagian dinding putih yang cukup tersembunyi dari pandangan. Empat penjaga bersenjata tampak di sana, seakan menjaga pintu khusus menuju ruangan lain.

"Apakah para tamu sudah datang?" tanya Hendra kepada salah satu penjaga yang membusungkan dada dan memberikan salam.

"Sudah, Dokter. Mereka sudah di dalam ruangan."

Hendra mengangguk. Dia pun kembali berjalan didampingi Fonda, menuju bagian dinding yang kini bergeser ke samping, membuka jalur masuk ke ruangan lain.

Suara stiletto Fonda menggema saat pintu tertutup dari luar, membuat mereka kini hanya berdua di sebuah ruangan kosong yang memiliki sebuah tangga menuju lantai dua. Wanita itu melirik ke arah CCTV yang terpasang di langit-langit sebelum membuang pandang. Tidak menyenangkan saat menyadari gerak geriknya selalu terekam oleh mereka.

"Mari, Dokter Fonda."

Suara Hendra membuat Fonda tersenyum kecil. Dia mengalungkan tangan pada lengan pria itu sebelum keduanya naik secara perlahan menuju ruangan khusus untuk menonton.

*****

Fonda bersama Hendra melangkah masuk saat dinding buatan terbuka, menampilkan ruangan untuk penonton VVIP. Tempat itu cukup luas dengan empat sofa empuk yang dua di antaranya telah ditempati dua orang pria berkulit putih dan mesin raksasa yang berada di depan sofa, mengarah ke jendela besar yang langsung berfokus pada arena.

"Good evening, gentlemen." Hendra langsung menyapa saat kedua tamu mereka bangkit berdiri dan tersenyum ramah. Dia menyalami mereka sebelum menoleh ke arah Fonda. "Allow me to introduce you. This is Dr. Fonda. Cindaku is under her care."

"Pleasure to meet you. I'm Dr. Jack, and this is Dr. Ethan. We're from Genma's Australia branch." Pria kurus berambut cokelat gelap dengan kerutan pada sekitar mata itu menyalami Fonda sebelum rekannya yang berambut pirang melakukan hal serupa.

"We've actually met before." Fonda membalas senyum Jack sambil mendongak. Wanita itu menunjukkan rasa percaya diri meski mereka memiliki perbedaan tinggi cukup jauh. "You forbid me from seeing Bunyip."

"Oh, so you're the peeping tom."

Dokter Hendra sontak terbatuk saat mendengar jawaban Jack. Dia memaksakan senyum, berusaha mencairkan suasana. "I think Dr. Fonda is just curious about Bunyip. She means no harm. Is that correct, Doctor?"

"That's true. I want to learn more about that creature. It's a pity I didn't have the chance before." Fonda mengembuskan napas panjang sambil menunjukkan ekspresi kecewa.

"I'm sorry for the inconvenience, Dr. Fonda, but we want to amaze the audiences, including both of you. So, we kept it hidden until the combat begins." Kali ini Ethan yang menjawab. Pria paruh baya itu menyengir, memamerkan deretan gigi rapinya.

Fonda mendengkus pelan. Keinginan wanita itu untuk memberikan sedikit informasi kepada Cindaku mengenai lawan tandingnya gagal total.

Akan tetapi, Fonda pada akhirnya melangkah ke sofa paling kanan sambil berkata, "Ah, it's okay. It's almost showtime. Let's sit."

Ketiga pria itu pun menyusul. Hendra duduk di sebelah Fonda, sedangkan Jack memilih sofa paling kiri, membuat Ethan duduk di sofa tersisa.

Alunan musik khas Jawa Tengah terdengar dari pengeras suara. Fonda bersandar nyaman pada sofa sambil mengamati aktivitas yang berada di bawah.

Delapan orang pria berkulit cokelat gelap dengan banyak ukiran merah pada tubuh tampak berdiri di luar sisi bagian kanan jembatan penghubung lift kapsul dengan kubah utama. Mereka hanya menggunakan celana pendek merah. Tujuh di antaranya membawa tombak panjang juga tameng putih, sedangkan pria terakhir membawa sebuah terompet berukuran sangat panjang, sedangkan di bagian kiri, tampak delapan orang bertelanjang dada. Mereka hanya memakai sarung batik dan mahkota terbuat dari kuningan. Lengan kiri mereka berhiasan gelang kuningan dan keris terselip di bagian pinggang.

Ah, Aborigin dari Australia and pengawal Jawa Tengah dari Indonesia di era 1900-an. Fonda mengenali gaya pakaian mereka.

Akan tetapi, perhatian Fonda kemudian berpindah ke seorang pria bertuksedo dan memakai topeng yang menaiki panggung dan berdiri di luar kubah transparan raksasa. laki-laki itu tersenyum ke arah para penonton dan berkata, "Good evening, Ladies and Gentlemen! Today we will watch the greatest fight between two monsters from Europe and Asia! Place your bet And enjoy the show!"

Teriakan antusias seketika berkumandang. Kedua lift kapsul yang membawa para petarung telah sampai di sisi kanan dan kiri kubah. Sorakan menyebutkan nama Cindaku dan Bunyip terdengar menggetarkan ruangan.

Fonda dengan penasaran menoleh ke sisi kanan, mencoba melihat sosok Bunyip yang dirahasiakan oleh Genma Australia sedari tadi. Namun, mata wanita itu sontak terkejut melebar saat melihat makhluk yang akan menjadi lawan Cindaku.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang^^

21 April 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro