bab 14

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Seorang anak kecil berusia sekitar sepuluh tahun melihat sekeliling dengan ekspresi gelisah. Namun, sebuah kalung hitam yang melingkar pada leher dan borgol pada kedua pergelangan tangan meyakinkan Fonda bahwa dialah lawan Cindaku, objek eksperimen Genma yang berhasil.

Rambut keriting, bibir tebal, kelopak mata lurus, dan berkulit hitam, mengingatkan Fonda akan suku Papua Nugini diIrian Jaya.

"Is that Bunyip?" Pertanyaan dari Hendra membuat Fonda ikut menoleh ke arah dua perwakilan Genma Australia yang duduk dalam posisi santai.

"Yes, full-blooded Aboriginal. A rare creature," Ethan menjawab dengan nada bangga. "We created him a few years ago."

Hendra kembali menatapi anak kecil itu dan kembali bertanya dengan nada ragu. "B-but, he is so young. Are you sure he is ready to fight?"

Ethan dan Jack mendengkus menahan tawa. Keduanya menyeringai sebelum Ethan yang memutuskan untuk menjawab, "As we mentioned earlier, we want to surprise you. That monster has already defeated his opponents several times."

Napas Fonda tertahan saat kembali mengamati anak laki-laki yang bertelanjang dada itu, tidak ada aura sangar dan tampak seperti anak hilang yang takut akan keramaian.

Sedikit lebih tua dari Dewi. Jantung Fonda berdegup tidak nyaman. Namun, wanita itu mengetatkan rahang, mempertahankan ekspresi beku pada wajah. Tidak ada gunanya menunjukkan simpatik, organisasi terkutuk ini akan mempergunakan kelemahannya sebagai ancaman. Sudah cukup dirinya mengkhawatirkan putrinya sendiri. Dia tidak membutuhkan masalah lain.

"Bettors often underestimate him and that is profitable for us."

Ucapan Jack membuat Fonda refleks menoleh ke arah layar taruhan. Perkataan pria itu tidak salah, kini angka untuk Cindaku memelesat, meninggalkan Bunyip.

Menjijikkan. Fonda menggeretakkan gigi, menahan keinginan untuk memaki. Memakai anak kecil untuk bertarung dengan orang dewasa? Genma semakin tidak tertahankan.

Wanita itu membuang pandang. Dia kini mengamati Cindaku yang berjalan melewati jembatan. Bibir makhluk atau membentuk garis lurus, sedangkan mata birunya menatap tajam ke arah pintu masuk arena di dalam kubah.

Jeritan histeris para pendukung Cindaku yang didominasi oleh wanita hampir membuat gendang telinga Fonda berdenging. Pandangannya pun tanpa sadar menelusuri penampilan makhluk yang menjadi tanggung jawabnya.

Poni panjang hampir menutupi bagian pipi. Rambut putih makhluk itu membuat kalung hitam pada leher semakinmenonjol, Dada bidang dan otot tubuh juga perut yang menonjol, membuat penampilan Cindaku tampak maskulin dan seksi.

"The cat-man would be great in our Treasure Room." Ucapan Ethan membuat Fonda mendengkus. Dia mengetahui kekuatan Cindaku dan bocah kecil itu sama sekali bukan lawan yang memadai.

Pikiran Fonda pun sepertinya serupa dengan sebagian besar penonton. Mereka menggoda Bunyip dengan mengolok-olok bocah itu.

Kedua petarung masuk ke dalam kubah transparan dari dua sisi berlawanan sebelum pintu tertutup dari belakang. Mereka saling bertatapan sebelum kening Cindaku mengerut dalam. Dia memandang anak kecil yang jadi lawannya sambil menggeram rendah.

"Aboriginal tribes, Australia, consider that they are half human, half animal. They will transform into another type when they have completed their duties as humans," ucap Pembawa Acara. "How about this sweet child? What kind of animal will he become?"

"Davidson's Arnhemland Safaris, Australia."

Suara mesin terdengar sebelum pemandangan di dalam kubah berubah. Sebuah kolam besar mendominasi bagian tengah kubah, dikelilingi oleh lahan basah. Tidak jauh dari tempat Cindaku berdiri tampak beberapa pohon menjulang tinggi, sedangkan Gunung Borradaile menjadi latar dengan purnama menggantung di langit gelap.

"This place is one of the most beautiful tourist attractions to visit in Australia. However, not everyone can access this place. Is this the right place for the last day of Bunyip ...?" Pertanyaan dari sang pemandu acara membuat banyak penonton mengeluarkan suara boo, mengejek anak kecil yang kini melihat sekeliling dengan terbengong-bengong.

"... or Cindaku?"

Sorakan pendukung membuat kaca bergetar. Namun, Cindaku sama sekali tidak terkesan. Makhluk yang berdiri di tanah basah itu bergeming sambil terus menatapi lawannya dengan ekspresi tidak puas.

"I think Cindaku felt disappointed with his opponent," komentar Hendra yang diamini Fonda dalam hati.

Anak itu akan segera tewas. Fonda teringat akan pertemuan pertama dia dengan Cindaku. Memar pada leher wanita itu bahkan masih berbekas hingga sekarang, meski dia dengan ahli menutupinya memakai riasan.

Akan tetapi, Ethan dan Jack sontak tertawa. Mata mereka berbinar geli saat membalas ekspresi terheran-heran dari Fonda dan Hendra.

"Please see for yourself what kind of surprise we will give you."

Lampu kecil merah pada borgol kedua petarung berubah menjadi hijau. Benda itu terjatuh ke atas tanah bersamaan dengan seruan dari pembawa acara.

Akan tetapi, tidak ada yang bergerak. Kedua makhluk yang berada di dalam kubah seakan enggan untuk memulai pertarungan.

Teriakan-teriakan dari para penonton yang mulai bosan menunggu semakin santer. Wajah Bunyip memucat ketika melihat sekeliling. Anak kecil itu bahkan terlihat hampir menangis ketika tatapannya bertumbukkan dengan Cindaku.

"It seems Bunyip misses his mother. How about we meet them first?"

Ucapan pembawa acara membuat napas Fonda tertahan. Wanita itu sontak menoleh ke arah layar televisi raksasa yang kini berganti tampilan.

Seorang wanita berkulit gelap, sama seperti anak itu, terlihat sedang berdiri menghadap layar. Dia melambaikan tangan dan berkata lembut. "Iluka, make your mom proud. Mama will be waiting for you at home."

Apa dia tahu apa yang Genma lakukan ke anak itu?! Fonda hampir ternganga saat melihat tatapan penuh kasih yang terpancar pada wajah perempuan itu. Dia bahkan dapat merasakan bahwa perkataan yang didengarnya sangat tulus. Apa Genma menipunya?

Bunyip mendongak dan mengamati layar sebelum wajahnya berkerut, seakan menahan sakit. Dia mengangguk dan tiba-tiba berteriak sambil berlari ke arah danau besar yang memisahkan dirinya dengan Cindaku.

*****

Mata Fonda melebar kala anak kecil itu seakan tenggelam ke dalam danau. Dia bahkan refleks berdiri untuk melihat lebih jelas.

Akan tetapi, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Cindaku. Makhluk itu malah sedikit menekuk lutut untuk meraih borgol yang berada di dekat kaki, sedangkan mata birunya tetap terpusat pada danau yang berada di hadapannya.

Cindaku menggenggam erat borgol saat bunyi dengkung seekor kodok tiba-tiba terdengar dari dalam air. Wajah Fonda sontak memucat ketika melihat sosok raksasa yang keluar dari dalam air.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang^^

25 April 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro