Bab 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Beberapa bulan sebelumnya.

Ruangan itu putih bersih, sama seperti tempat Genma lainnya. Fonda berdiri di hadapan sebuah meja, memberikantatapan dingin kepada pria yang duduk di belakang meja itu. Meja kayu berbahan maghoni raksasa yang menunjukkanbahwa pemiliknya seseorang yang penting di organisasi terkutuk ini.

Bukannya dia peduli. Tidak, dia memang peduli, bukanlah itu alasannya dia berada di sini sekarang? Menatap priaberbalut jas putih yang wajahnya tertutup bayang-bayang akibat minimnya penerangan.

"Ada yang bisa saya bantu, Dokter Fonda? Atau, Anda lebih senang saya memanggil Anda dengan sebutan Bu Reiner atau Nyonya Reiner, mungkin?"

Fonda mendengkus jijik. "Jangan sebutkan nama saya dan pria itu dalam satu kalimat."

Pria besar itu tertawa, dalam dan renyah. Suara baritonnya yang penuh kharisma dapat membuat kaki seseorang gemetarlemas akibat rasa takut.

Akan tetapi, tidak dengan Fonda. Wanita itu telah mengetahui makna rasa takut yang sesungguhnya dan pria dihadapannya tidak mampu membuat jiwanya gentar.

"Jadi, apa yang bisa saya bantu?" Pria itu bersandar santai pada kursi kebesarannya, terlihat nyaman dengan posisinyasaat ini.

Fonda melirik ke arah permukaan meja. Setumpuk dokumen tampak berada di sana.

"Saya dengar Anda membutuhkan bantuan?"

"Bantuan?" Alis kanan pria itu terangkat.

Fonda menurunkan kedua tangannya yang awalnya bersedekap di depan dada. Dia menyentuh ujung dokumen danberkata, "Cindaku ...."

Sebuah pengertian tampak pada sepasang mata hitam itu. Sang pria mengamati ekspresi Fonda selama beberapa saatsebelum memberikan respons. "Reiner tidak akan mengizinkannya."

Fonda tertawa kecil. Wanita itu menegakkan punggung dan melihat sekeliling.

Hanya di ruangan ini jendela-jendela raksasa tertutup oleh tirai putih, seakan penghuninya tidak berminat menatappemandangan luar, membuat ruangan terasa suram.

"Menurut informasi yang saya peroleh, Anda tidak memerlukan izin Reiner," balas Fonda sambil menatap lemari kabinetbesar yang berada di sisi kanan. Tempat penyimpanan dokumenkah?

"Dan, saya sangat tertarik dengan sumber informasi Anda." Bibir pria itu berkedut, menahan senyum saat pandanganFonda kembali ke arahnya.

"Tiga dokter tewas dan ... pemerintah mulai mengendus," ucap Fonda, mengembalikan pembicaraan ke jalur semula.

Pria itu terdiam. Namun, dia tetap mengawasi Fonda dengan tatapan tajam, menusuk bagai seekor elang.

"Bagaimana dengan Inyiak?"

"Dia jinak," balas Fonda sambil mendengkus malas. "Anda bisa dengan mudah mencari pengganti saya."

"Reiner akan murka." Pria itu mengembuskan napas panjang, tahu bahwa dampak yang terjadi tidak akan baik untukorganisasi.

"Dan, Anda pun dapat mengganti dia apabila dia bertingkah, bukan?"

Tatapan berani Fonda bertumbukkan langsung dengan lawan bicaranya. Pria itu kini tidak mampu menahan senyum, mungkin bangga karena Fonda menyadari kekuasaannya atau mungkin dia hanya ingin tersenyum, gila seperti para pekerja Genma lainnya.

"Apa yang Anda inginkan?" Suara itu sangat rendah, bahkan hampir menyerupai geraman. Namun, Fonda tahu mengenaigeraman sesungguhnya. Wanita itu adalah dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan Inyiak, Manusia HarimauSumatera, dan kini wanita itu merasa mampu untuk menjinakkan manusia harimau lainnya. Makhluk yang jauh lebihberbahaya.

Bibir Fonda melengkung, merasa telah berhasil mendapatkan keinginannya. "Surat cerai ...."

Alis kanan pria itu kembali terangkat, tahu bahwa Fonda menginginkan lebih dari itu, lebih dari harapan seorangperempuan untuk lepas dari seorang suami yang memanfaatkannya, menggunakannya, menghisap seluruh sari kehidupannya hingga tidak lagi tersisa. "Dan?"

"Sebuah informasi," bisik Fonda. Ya, wanita itu membutuhkan sebuah informasi. Sebuah petunjuk yang jauh lebihpenting dari apa pun yang ada, termasuk nyawanya sendiri.

*****

Fonda mengembuskan napas panjang saat mengingat percakapan silam yang membuat dirinya kini berada di tempat ini. Wanita itu keluar dari bak mandi yang dipenuhi busa dan air hangat.

Dia menarik handuk putih untuk mengeringkan kulit cokelat cerahnya sebelum berjalan menghampiri cermin raksasayang berada di sisi ruang kamar mandi. Uap panas telah menutup permukaan cermin, membuat wanita itu kesulitanmengamati pantulan tubuhnya sendiri.

Fonda menghapusnya memakai telapak tangan. Bayangan memar biru pada leher tampak jelas, menodai kulit hersih yang dia rawat secara hati-hati.

Bukan masalah ....

Fonda mendengkus meremehkan. Bukankah selama ini dia juga mampu menutupi luka lebam akibat ulah suaminyadengan menggunakan makeup? Sedikit memar bukanlah sesuatu yang serius.

Senyum mencemooh Cindaku mengisi ingatan Fonda, membuat bibir wanita itu ikut melengkung sinis. Kucing liar yang harus dijinakkan ....

Fonda berjalan mendekati meja keramik putih berwastafel. Tatapan wanita itu mengarah pada deretan botol kaca berbagaiwarna.

Seekor harimau memiliki penciuman buruk, tetapi tetap lebih baik dibandingkan manusia.

Fonda mengangkat salah satu botol yang berisi cairan kuning samar dan mengamatinya sejenak. Inyiak menjadi lebihjinak saat mencium bau ini .... Aroma yang di bawah sadar mengingatkan sang Harimau akan kampung halamannya, wangi rumput dan tanah. Apakah Cindaku akan bereaksi sama?

Fonda menyemprotkan pewangi itu pada kedua pergelangan tangan dan belakang telinga. Jemarinya kemudian meraihalas bedak dan membuka tutupnya. Sekarang waktunya aku bersiap-siap.

*****

"Dokter Fonda."

Sapaan bernada familier membuat wanita yang baru keluar dari kamar tidurnya menghentikan langkah. Dia mendongakdan mendapati seorang pria setinggi 190 sentimeter dengan bekas luka pada wajah sedang menatapnya balik.

"Kita belum berkenalan secara resmi," jawab Fonda sambil bersedekap. Suara wanita itu tidak lagi serak, sepertinya obatpenahan sakit bekerja dengan baik.

Kepala wanita itu sedikit miring ke kanan saat mengamati bakal janggut pada dagu belah milik lawan bicaranya. Tidakterlalu buruk bagi korban kebuasan Cindaku.

"Bastian."

"Di mana pengawal satunya?" Fonda melihat sekeliling. Pintu-pintu kamar, mengapit lorong seperti hotel mewah bintanglima, tertutup rapat pada sisi kanan dan kiri. Sepi, seperti yang diharapkan pada lantai lima Rumah Sakit Genma cabangSurabaya.

"Dia bertugas menjaga Cindaku."

Penjagaan ekstra.

Bibir Fonda tersenyum miring. Inyiak tidak mendapatkan perlakuan spesial. Genma meninggalkannya sendirian di dalamsel saat makhluk itu tidak bertarung di arena.

Fonda menutup pintu dan memasukkan kartu akses masuk berlis hijau ke dalam saku jas putih. Dia berjalan lebih duluuntuk dieekori pengawalnya saat wanita itu bertanya, "Kejadian istimewa apa yang menyebabkan Cindaku mendapatkanperhatian tambahan?"

"Binatang itu hampir berhasil melarikan diri."

Langkah Fonda terhenti tepat di depan lift. Wanita itu menoleh ke arah Bastian dan berkomentar, "Oh?"

"Dia memakai cakarnya untuk mengikis selot di antara jeruji," balas Bastian sambil menekan tombol turun pada lift. "Membutuhkan waktu berbulan-bulan dan petugas pemantau CCTV tidak menyangka usaha kucing putih itu bisamembuahkan hasil ...."

Pintu lift terbuka dan keduanya melangkah masuk. Fonda mengamati sosok mereka pada cermin yang mengitari dindinglift saat Bastian menyelesaikan kalimatnya." Dan, itulah saat dokter terakhir tewas. Binatang itu menunggunya danlangsung membunuhnya ketika pintu rahasia terbuka. Kami kehilangan enam belas pengawal dan saya beruntung bisaselamat dalam kejadian itu."

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.

12 Maret 2024

Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro