Bab 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

"Di mana ruang kontrol pengawas?" tanya Fonda kepada kedua pengawal yang sedari tadi berjaga di luar saat dinding buatan tertutup di belakangnya.

"Di lantai paling bawah," jawab Bastian. Pria itu tidak lagi mengenakan helm, membuat Fonda mudah mengenali dirinya.

"Tunjukkan jalannya." Fonda memberikan perintah. Wanita itu menyerahkan tas dokternya ke pengawal satu lagi dan berkata, "Periksa keadaan anakan kucing emas dan buatkan laporannya."

"Tapi, Dokter, tugas saya mengawasi Cinda— Baik, Dokter."

Tatapan tajam Fonda membuat pria itu mengoreksi kata-katanya. Dia menerima tas dokter kemudian bertanya, "Apa saja yang perlu saya periksa?"

"Pemeriksaan rutin. Saya rasa Anda tidak akan kesulitan melakukannya," balas Fonda meremehkan. "Saya akan pergisebentar, jangan masuk ke ruangan Cindaku sampai saya mengizinkan."

"Baik, Dokter."

Pria berhelm itu membusungkan dada. Dia berdiri sempurna saat Fonda berjalan untuk meninggalkannya dengan diekori Bastian.

*****

"Kucing keparat," umpat Bastian saat menonton salah satu dari puluhan layar di ruang kontrol pengawas. Dua petugasaktif yang seharusnya berjaga telah keluar dari tempat itu atas permintaan Fonda.

Ujung bibir Fonda berkedut geli. Cindaku dengan sangat ahli telah berpura-pura pingsan setelah tertembak peluru biustanpa dosis.

"Dia tampaknya senang bermain-main," komentar Fonda sambil duduk dengan kaki bersilang. Cindaku dalam posisi tengkurap mengintip dari sela jeruji, seakan menunggu kedatangan Fonda.

"Dokter, ini sangat berbahaya. Kita tidak dapat mengetahui apakah efek bius benar-benar bekerja atau tidak." Wajah Bastian tampak memucat, mungkin teringat akan kekacauan terakhir yang disebabkan oleh Cindaku.

"Oleh karena itu, saya menaikkan dosis bius, bukan?" balas Fonda dengan nada tenang. "Minta agar pengawal itu untuk masuk sekarang ke kandang Cindaku dan menembaknya. Ingatkan dia untuk tetap berada di jarak aman lalu segerakeluar."

"Baik, Dokter." Bastian pun mengambil walkie talkie dan mengulang perintah Fonda.

Pandangan Fonda beralih ke layar lain, di mana pengawal yang wanita itu tugasi memeriksa anakan kucing emas kiniterlihat terburu-buru berdiri, melepaskan diri dari serbuan lima kucing-kucing mungil seukuran kucing rumahan, dan meraih walkie talkie untuk menjawab, "Roger."

Bibir Fonda melengkung sempurna. Cindaku hendak bermain dia akan memenuhi keinginan itu.

*****

Efek bius bekerja sepuluh menit setelah tembakan dan berefek selama sekitar satu jam.

Fonda berjalan keluar ruangan dengan didampingi Bastian. Kepala wanita itu menunduk, memperhitungkan dengancermat dosis bius dan tindakan seefisien mungkin yang bisa dilakukan.

"Dokter, apa Anda ingin kembali membius kucing itu? Anda belum mencukur janggutnya."

Pertanyaan Bastian membuat Fonda berhenti melangkah. Lorong dari ruang kontrol pengawas menuju lift tampak kosong. Dinding-dinding buatan berwarna putih, yang merupakan akses masuk ke ruangan-ruangan lain, tertutup rapat, membuat mereka seakan-akan berada di gedung kosong.

Wanita itu menoleh sejenak ke arah pengawalnya sebelum kembali berjalan. "Tidak, meski risiko efek bius ringan, tetapibukan berarti tidak ada risiko pada jantung dan paru-paru. Saya tidak mau memberikan bius berlebihan. Saya bisamencukurnya besok."

"Lalu, apa yang akan Anda lakukan sekarang?"

Keduanya berhenti di depan lift. Fonda menunggu Bastian menekan tombol naik sebelum wanita itu menjawab, "Sudah waktunya saya berkenalan dengan penghuni kebun binatang lainnya, bukankah demikian, Pak Bastian?"

*****

"Jaguarion, satu dari tiga hewan langka milik Genma Surabaya," ucap Bastian. Mereka berdiri di depan sebuah kandangkaca, di mana tampak tiga ekor binatang perpaduan antara binatang bertubuh singa dan memiliki motif jaguar. Satujantan, tampak dari surai dan dua betina.

Fonda mengamati ketiganya dengan saksama. Selain Genma cabang Tangerang Selatan, Genma cabang Surabaya pun lebih memfokuskan diri terhadap kucing hybrida dibandingkan cabang Genma lainnya.

"Kuat bagai singa dan lincah seperti jaguar," lanjut Bastian saat tidak ada reaksi apa pun dari Fonda. "Sayang, yang jantan tidak subur untuk berkembang biak."

"Jadi, kematian salah satu dari mereka akan membuat kerugian besar bagi Genma?"

"Bisa dikatakan demikian, meski mereka termasuk hewan yang tangguh. Sangat disayangkan apabila mereka hanya dijadikan hewan hias."

"Dokter Fonda, saya rasa Anda lupa bahwa kita sebagai dokter hewan telah disumpah. Tindakan mengadu hewansampai tewas hanya demi hiburan merupakan pelanggaran kode etik profesi kita."

Suara bergetar menahan amarah dari masa lalu mendadak terngiang pada pendengaran Fonda. Wanita itu pun spontanterkekeh kecil, membuat Bastian menatapnya dengan heran.

"Apa ada yang lucu, Dokter?"

"Tidak ...." Fonda melanjutkan langkah menuju kandang berikutnya. "Saya hanya teringat akan seseorang."

"Keluarga?"

"Bukan, hanya seorang sahabat." Bibir Fonda melengkung dan tatapan wanita itu sedikit melunak. "Saya berharap dapatbertemu lagi dengannya."

*****

Jadi, mereka memiliki tiga jaguarion, lima anakan kucing emas, tiga indukan kucing emas, empat pantherlynx, dan satucindaku ....

Fonda memeriksa berkas para pasien, mencocokkan dengan binatang yang ada, dan duduk di belakang meja, dekatdengan kandang anakan kucing emas.

Bastian duduk tidak jauh dari Fonda, sedangkan Zainudin, pengawal satunya, telah kembali mengawasi Cindaku di ruang makhluk itu berada.

"Pak Bastian, seperti apa jadwal Cindaku sebelumnya?"

Pria yang sebelumnya menghabiskan waktu mengamati tingkah pada anak kucing emas yang sedang bermain di antararumput pun langsung menoleh. "Dua minggu sekali setiap Selasa malam dia akan bertanding di arena dan setiap tiga bulan sekali Cindaku akan bertanding di cabang Genma lainnya."

"Tiga bulan sekali?"

"Dia memiliki penggemarnya tersendiri. Seperti yang Anda lihat, kucing putih itu senang bermain dan para penontonwanita menyukainya."

Jadi, dia tetap dipertahankan demi atraksi yang berbeda.

"Baiklah." Wanita itu menutup fail dan menoleh ke arah jam dinding yang berada di sana. "Sudah jam lima sore. Mari kita akhiri tugas untuk hari ini."

Bastian ikut bangkit berdiri saat Fonda mulai merapikan barang-barang. Dia kemudian mengekor wanita itu sambilbergumam, "Saya yakin Genma Tangerang Selatan merasa sangat kehilangan Anda. Semua tindakan Anda sangat profesional, membuat saya merasa aman."

Bayangan seorang wanita berumur tiga puluh tahun dengan sepatu kets kotor, rambut hitam dikuncir asal, dan mata penuhamarah tercitra pada ingatan Fonda.

Dia pun tidak mampu menahan senyum saat menampik pujian yang diberikan kepadanya. "Saya rasa tidak. Mereka tidakakan merindukan saya. Inyiak telah memperoleh dokter pengganti yang dapat merawatnya jauh lebih baik dibandingkansaya."

"Lebih baik dari Anda?" tanya Bastian dengan nada tidak percaya.

Langkah mereka semakin menjauhi kebun binatang rahasia Genma, menuju lift yang berada di tengah bangunan.

"Ya." Fonda mendengkus, mengakui kekalahannya. "Saya rasa, saya pun akan mengadopsi caranya dalam menjinakkan Inyiak. Bagaimanapun Inyiak dan Cindaku, keduanya memakai organ-organ dari harimau bersaudara, mungkin mereka juga memiliki kesamaan dalam merespons beberapa hal."

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang^^

14 Maret 2024

Luna S. Winterheart / Wulan Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro