Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Riuh teriakan memenuhi ruangan seputih salju saat dua orang pria berkisar 30 tahunan saling berhadapan satu sama lain. Satu berkulit cokelat dengan rambut hitam khas Asia dan lainnya memiliki kulit dan rambut putih, bagai albino. Namun, keduanya memiliki persamaan, sebuah kalung hitam besi dengan lampu mungil merah mengungkung leher mereka, jinbiru bagi pria Asia dan jin hitam untuk sang penantang, dan keduanya bertelanjang kaki.

Mata kuning dengan pupil hitam sang pria Asia menatap garang mata biru indah penantangnya. Mereka berjalanmembentuk lingkaran, saling berhadap-hadapan di dalam kubah transparan raksasa.

"Inyiak! Inyiak!"

Teriakan para pendukung pria berkulit cokelat memekakkan telinga. Kedua tangan sang Inyiak membesar, dilapisi bulujingga loreng hitam khas harimau Sumatera, yang juga menutupi bagian punggungnya yang telanjang. Dia mengaum ganas, menampilkan keempat taring yang semakin memanjang.

Akan tetapi, seruan lain tidak kalah meriah, mendukung sang penantang. "Cindaku! Cindaku! Cindaku!"

Mata biru itu mengamati lawannya dengan senyum cemooh pada bibir. Dia pun ikut mengaum saat tubuhnya membesardengan bulu putih loreng hitam menutupi lengan, punggung, dan dada.

Kedua manusia harimau kini memasang kuda-kuda saat angka taruhan pada layar bergerak cepat, menampilkan hasil seimbang. Mereka mengepalkan kedua tangan sebelum saling menyerang.

*****

Inyiak melakukan pukulan jab dengan lengan kiri, membuat lawannya menghindar dengan meneleng ke samping. Pria kulit cokelat itu pun membuat tendangan berputar yang langsung ditangkis dengan lengan putih loreng hitam.

Gema antusias menggetarkan kubah transparan yang memisahkan kedua petarung dari penonton. Mata biru Cindaku melirik cepat ke arah layar, mendapati kini angka taruhan dalam posisi seimbang, bahkan nilai Inyiak sedikit mengungguli miliknya.

Cindaku menyeringai, membiarkan poni putih panjangnya menutupi sebagian wajah. Dia memasang posisi bertahan kala Inyiak melancarkan pukulan hook kanan dan upper cut.

Angka taruhan semakin tidak seimbang. Pendukung Inyiak yang antusias menambah angka taruhan.

Cindaku melompat mundur. Keduanya saling menatap. Tanpa aba-aba, pria berkulit putih itu mendadak berlari untuk menyerang. Dia mendaratkan hook kanan yang ditangkis oleh Inyiak sebelum pria berambut putih itu maju, memberikan ciuman pada bibir lawannya.

*****

Inyiak mematung. Pupil hitamnya melebar bersamaan dengan keheningan yang memenuhi ruangan.

Hanya dalam hitungan detik Cindaku, sang Manusia Harimau Putih, memundurkan kepala, menghentikan ciuman sensasional itu.

Bibir Cindaku melengkung, seakan puas dengan efek yang telah dia ciptakan, membuat para penonton wanita menariknapas cepat, para pria ternganga tidak percaya, juga menyebabkan Inyiak berubah menjadi arca hidup, diam dan kehilangan akal.

Cindaku menekuk tangan kanannya, lalu menghunjam cakar-cakarnya ke perut Inyiak, menyemburkan darah merah yang mengotori bulu putihnya, dan membiarkan sang Harimau Sumatera itu jatuh limbung dalam kondisi sekarat.

Teriakan terkejut kini memenuhi arena. Layar dari televisi raksasa yang menampilkan angka ratusan juta rupiah menunjukkan jumlah kemenangan yang akan diperoleh para pendukung Cindaku.

Mata biru pria putih itu berkilat jenaka saat melihat sang Inyiak bernapas tersenggal-senggal, berusaha tetap hidup dalam kumbangan darahnya sendiri. Dia mengangkat kepala, menatapi para supporter yang mengelu-ngelukan namanya, sang Cindaku, Manusia Harimau Jawa, sebelum dia mengaum nyaring menyatakan kemenangannya.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.

Bagi yang belum baca Genma series #1, mampir dulu ke Mengendalikan Inyiak, ya^^

10 Maret 2024

Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro