Bab 6. Salawatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pondok Pesantren begitu ramai, bazar dan pasar malam tak kalah meriah.  Apalagi nanti malam akan ada acara Salawatan bersama Habib Syech dari Solo, untuk kalangan terbatas. Selebihnya di siarkan langsung melalui Chanel YouTube Pondok Pesantren. Diriku jadi ingat, suasana sewaktu sebelum ada pandemi dua tahun lalu.

Tahun 2018 silam

Acara Cilacap bersalawat, diwarnai dengan deklarasi anti Hoax, anti isu sara, dan anti permusuhan antar sesama. Dalam rangka memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1439 H tahun 2018, Polres Cilacap bersama Pemerintah Kabupaten Cilacap mengajak masyarakat untuk bersalawat bersama dalam “Cilacap Bersholawat“, di Lapangan Krida Nusantara Cilacap.

Kegiatan Salawat bersama Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf tersebut, dihadiri ribuan jamaah dari Kabupaten Cilacap dan sekitarnya. Salawat bersama Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf, dihadiri oleh Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol. Drs. Condro Kirono, M.M., M.Hum beserta jajarannya, Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji, Forkompimda Cilacap, Kapolres Cilacap, AKBP Djoko Yulianto, Rois Syuriah PCNU Cilacap KH. Su’ada, pimpinan BUMN/BUMD, pemuka lintas agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Cilacap dan undangan lain.

Kegiatan Cilacap Bersalawat  dideklarasikan anti berita bohong (hoax) dan isu SARA jelang Pilkada Serentak 2018. Deklarasi yang dibacakan oleh GM Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap Dadi Sugiana diikuti ribuan jamaah, berisi tiga poin penting. Ketiga poin tersebut yakni, menolak penyebaran berita bohong (hoax), isu SARA yang dapat menumbuhkan rasa kebencian, keresahan, dan permusuhan antar sesama.

Selanjutnya bersatu padu mendukung Polri dalam melawan dan memroses hukum berbagai isu SARA, fitnah dan hoax, serta bertekad menyukseskan Pilkada Serentak Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2018.

Kala itu, aku datang bersama teman-teman mengaji di Masjid Darul Hikmah. Kami berboncengan mengendarai sepeda motor.

Suasana begitu ramai, pecinta Salawat hadir dari berbagai penjuru. Walaupun hujan tak menghalangi jalannya acara malam itu. Kami semua larut bersalawat bersama di tengah lapangan, berbasah-basah air hujan.

Masih terngiang ucapan Habib Syech, "Semoga hujan yang mengguyur membawa berkah bagi semua yang hadir di acara ini. Tak membawa penyakit, akan tetapi menyembuhkan penyakit."

***

Tahun 2021

Suasana berbeda, dengan menerapkan protokol kesehatan. Sehingga tak sebanyak tahun-tahun lalu. Pengunjung pun dibatasi hanya keluarga besar pengasuh Pondok Pesantren, wali santri dan sebagian alumni.

Bada' magrib, semua santri yang bertugas semua siap di tempat masing-masing. Santri tampil di podium utama untuk mengisi pra-acara sebelum acara inti.  Lagu Padang Bulan mengalun dengan merdu, membawa diri ikut bersenandung.

Salawat padang bulan akhir akhir kini cukup meledak dan populer di tengah masyarakat. Salawat berjudul padang bulan sendiri mulai dikenal masyarakat setelah dibawakan oleh pelantun qasidah kondang asal solo Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Salawat ini memiliki makna dan arti yang cukup bermakna sekaligus penuh dengan nasihat bagi pendengarnya.

Tak heran memang jika sholawat padang bulan gampang dikenal dan diminati masyarakat, ini dikarenakan syair dan lirik lagu padang bulan menggunakan bahasa jawa sehingga cukup merakyat dan disenangi masyarakat luas.

***

Allohumma sholli wasallim ‘alaa sayyidina wamaulanaa Muhammadin..

Allohumma sholli wasallim ‘alaa sayyidina wamaulanaa Muhammadin..
‘adada ma fi ‘ilmillaahi sholatan daimatan bidawami mulkillaahii...
Sholatan daimatan bidawami mulkillaahii...

Padang bulan, padange koyo rino.
Rembulane sing ngawe-awe
Ngelengake, ojo turu sore.
E... Kene tak critani, kanggo sebo mengko sore

Lamun wong tuwo, lamun wong tuwo kliru ngimpine...
Alamat bakal, alamat bakal getun mburine...
Lamun wong tuwo, lamun wong tuwo kliru ngimpine...
Alamat bakal, alamat bakal getun mburine...

Wong tuwo loro kundur ing ngarso pengeran...
Anak putune rame-rame rebutan warisan..
Wong tuwo loro ing njero kubur anyandhang susah...
Sebab mirsani putra putrine ora ibadah...

Wong tuwo loro ing njero kubur anyandhang susah...
Sebab mirsani putra putrine do pecah belah...
Kang den arep-arep yoiku turune rohmah...
Jebul kang teko, jebul kang teko nambahi fitnah...

Iki dino ojo lali lungo ngaji, Takon marang kyai guru kang pinuji...

Iki dino ojo lali lungo ngaji, Takon marang kyai guru kang pinuji...
Enggal siro ora gampang kebujuk setan...
Insyaallah kito menang lan kebejan

Zaman kepungkur ono zaman-zaman buntutan
Esuk-esuk rame rame luru ramalan
Gambar kucing dikiro gambar macan
Bengi diputer-bengi diputer, metu wong edan

Kurang puas kurang puas, luru ramalan
Wong ora waras  wong ora waras dadi takonan
Kang ditakoni, ngguyu cekaka’an
Jebul kang takon – jebul kang takon, wis ketularan

Padhang bulan padhange koyo rino, rembulane sing awe-awe...
Padhang bulan padhange koyo rino, rembulane sing awe-awe...
Ngelengake ojo turu sore...
Kene tak critani kanggo sebo mengko sore

Karepe ratu, Karepe ratu methune pethel
Terus ngguya ngguyu najan atine ronte
Metu jimpil mung plompang plompong
Direwangi munggah gunung
Wira wiri akhire dlombong

Mumet gundule, Mumet gundule mung ngyowang ngyawang
Enthek kantonganne banjur ngedhol bati sak kandang
Bojo loro mikir jaluk kerok-an
Sodrone setres , tungkrang tungkrong
Mung ingkrang ingkrang.

***

"Mas Basith, tahu makna lagu Padang bulan?" tanya Maki.

"Coba aku ingat-ingat," jawabku, "bait pertama ini tidak ada hubungannya dengan waktu siang dan malam, apalagi membicarakan matahari dan rembulan, tetapi membicarakan hidup dan mati, Rino atau siang hari dinisbatkan sebagai kehidupan dunia," lanjutku.

"Artinya padang bulan, apa Mas?" tanya Maki.

"Padang bulan bermakan kehidupan setelah mati. kehidupan setelah mati itu seperti kehidupan dunia, sama dalam hal yang dilakukan, bila hidup taat taqwa maka akan berbuah serupa kala di alam rembulan," tutur Mas Ahmad yang tiba-tiba datang, "rembulan disini artinya kematian, berlaku pula sebaliknya."

"Kalau Rembulan sing awe-awe, apa Mas?" tanyaku pada Ahmad.

"Rembulan sing awe-awe... Apa ya? Oh ya ingat.Bahasa ini mengandung majasi metafora, benda mati tapi dinyatakan hidup sebagaimana manusia," jelasnya.

"Siapa yang di awe-awe? jawabannya siang dan segala isinya. semua yang mengalami siang pasti akan menjumpai malam, dalam makna denotasi siapa yang mengalami hidup akan bertemu mati," terangnya.

"Oya, aku ingat waktu itu Habib Syech menjelaskan. Rembulan awe-awe merupakan sebuah himbauan agar selalu ingat pada rembulan ‘kematian”, makanya syair lanjutannya ” ngelengake ojo turu sore”. tidur sore itu ibarat orang sudah tua malah lupa atau tidak sadar akan dirinya, terlalu terhanyut dalam kenikmatan mimpi dunia, padahal tak lama lagi akan berjumpa rembulan “mati”," jawab Wahyu panjang lebar.

"Aku boleh lanjutkan?" jedaku.

"Boleh,"

"Turu sore atau tidur sore dalam bahasa indonesia tidaklah selalu bermakna tua, bahkan bisa bermakna lupa. kala pagi lupa malam bisa dikatakan turu sore, karena tidak semua yang hidup dipagi berjumpa sore." terangku.

“Ada yang tahu makna kene tak critani kanggo sebo mengko sore?" tanya Ahmad.

Kami semua terdiam, karena sepertinya pembahasan kami menarik perhatian santri yang lain.

"Kene tak critani kanggo sebo memgko sore dalam bahasa indonesia berarti datang kesini akan kuceritakan untuk bekal nanti sore yaitu makna sebuah tawaran dan ajakan untuk bekal bila telah mendekati kematian," jawab Gus Azzam, tanpa disadari oleh kami berempat sudah berada di belakang kami.

"Sana cepat bantu bagian konsumsi, malah diskusi sendiri," perintah Gus Azzam.

"Siap Gus!" kami pun menuju dapur untuk membantu menyiapkan makanan untuk para hadirin.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro