33. Hemostasis VS Apoptasis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dua-tiga maling terompet ... eh, enggak sopan banget! Masa Sherin lagi seru-serunya menumpahkan berjuta emosi pada Prima, tetapi panitia transmigrasi malah narik Sherin buat balik ke dunia nyata gitu aja? Eh, eh, konsesus, dong! Pakai jalan tengah! Minimal ada informasi, konfirmasi, saling consent, dan kesepakatan sebelumnya, lah! Bikin orang bad mood aja. Sherin, kan, belum menyelesaikan permasalahan di habitat MaFiKiBi Society dengan benar!

Kenapa, coba, aksesnya tiba-tiba dibatasi begini? Sherin buka mata. Penampakan langit-langit putih menyambutnya. Bentar. Kok, kepala Sherin berasa lepas dari pangkal lehernya, ya? Sherin enggak dimuntahkan dari dunia MS karena lehernya ditebas, 'kan? Masa kepalanya tiba-tiba lepas. Nyawa Sherin masih ada, 'kan?

Setelah mengerjapkan mata berkali-kali, otak Sherin baru mendapat pasokan informasi dari jeritan otot di sekitar leher yang nyeri tak terkira. Eh, Bjir! Bener juga. Sherin, kan, ketiduran di meja belajar! Seketika, Sherin sadar kalau posisinya betul-betul definisi dari bikin semut demen alias memancing kesemutan. Kenapa? Ya, pikir ajalah! Bangun-bangun, posisi Sherin sedang bersandar ke punggung kursi dengan kepala menengadah hingga membentuk sudut lancip ke belakang punggung kursi. Oh, my God! Sherin refleks memijat leher sembari memanjatkan puji syukur karena kepalanya tak sungguhan lepas.

Hadeuh. Repot juga kalau ketiduran di meja belajar. Bagus, sih, udah ada enkulturasi yang ditransmisikan dari nilai-nilai kebiasaan Bintang di MaFiKiBi Society. Akan tetapi ... agaknya praktik ini bagus juga untuk mempercepat durasi hidup dan lekas-lekas menghadap Ilahi. Gila apa, ya? Bintang, sih, masih oke karena belajarnya sambil rebahan di kasur lantai. Lah, Sherin? Eh, enggak tahu, sumpah! Di awal tadi, Sherin yakin, kok, tidurnya sambil bungkuk-bungkuk membenamkan kepala pada lipatan tangan di atas meja. Tapi, kok, bangun-bangun jadi kayak terpidana yang diborgol lehernya sampai menengadah gitu, ya?

Segala kerempongan yang diakibatkan salah posisi tidur tersebut sukses mengalihkan perhatian Sherin dari overthinking-nya sejenak. Lah, iya. Jadi keingetan lagi. Setelah memastikan pijatan tangannya cukup, Sherin beranjak dari meja belajar menuju tempat tidur. Diempaskannya badan Sherin ke atas kasur yang empuk maksimal. Baiklah. Daripada kepikiran enggak jelas, mending Sherin langsung uji coba. Sherin harus lanjut memperbaiki alur MaFiKiBi Society yang sempat ia belokkan sebelumnya. Sherin harus mengembalikan alur itu sesuai jalur. Sesegera mungkin.

Jadilah Sherin berupaya keras untuk lanjut tidur di tempat yang lebih nyaman. Barangkali, tidur yang lebih berkualitas dapat menjamin durasi transmigrasi yang lebih panjang.

Akan tetapi ... Sherin salah besar. Pagi harinya, ia memang tidak bangun cepat. Inilah mode default Sherin. Tidak terlalu cepat, tapi tidak termasuk lambat juga. Sesuai, nih, sama jam normal Sherin. Akan tetapi, kabar buruknya adalah ... Sherin sama sekali tak bangun sebagai Bintang di mimpinya. Ah! Atau mungkin ... Sherin tidak ingat. Entah bagian apa yang keliru dari sistem dan mekanisme transmigrasi malam ini.

"Sherin Sayang, kamu sungguhan udah oke tanpa tongkat lagi?" Demi melihat penampakan Sherin yang sudah bersiap dengan seragam sekolah dan hendak menuruni anak tangga dari kamar menuju ruang dapur, Mama berteriak dari bawah.

Sherin yang baru saja menguatkan hati seraya mencengkeram erat pegangan tangga itu seketika menjeda segala pergerakannya. Sherin enggak mau turun tangga dengan fokus yang terpecah. Kesandung dikit, ngaruh! Gimana kalau cederanya malah tambah parah? Enggak asyik banget, 'kan?

Makanya, Sherin langsung menghentikan segala aktivitas fisiknya hanya untuk memamerkan senyum pada Mama yang menatapnya penuh jeri. Selagi tangan satunya berpegangan, tangan kanan Sherin mengacungkan jempol dengan ramah.

"Aman, Ma! Dari kemarin juga, kan, Sherin udah mulai coba-coba jalan kaki bahkan lari enggak pakai tongkat. Biar kakinya cepat adaptasi lagi, 'kan? Sherin takut makin ketergantungan sama penyangga tubuh kalau makin ditunda-tunda sampai nanti, nanti, dan nanti. Sherin mau jalan kaki kayak biasa lagi! Abisnya, tongkat ini nyebelin!"

Coba hitung berapa kali Sherin mengutuk tongkat penyangga tubuhnya itu. Tongkat yang udah menghambat dia dari hobi Sherin yang sukanya lari-lari tanpa tujuan kalau lagi banyak masalah, menghambat segala pergerakan dia yang malah nambah-nambah beban hidup Mama, juga menghambat proses kaburnya Sherin dari ajaran Lord Algis yang mahasesat.

Eh, ralat. Harusnya Sherin nyalahin kecelakaannya, enggak, sih? Kan, tongkat itu cuma bantu Sherin di masa-masa kritis. Yeee, ya udahlah, ya. Gitu aja dipikirin!

Sherin tak berhenti cengar-cengir. Semua karena menghadapi suatu fakta bahwa mamanya betul-betul memantau pergerakan Sherin hingga mencapai anak tangga terakhir dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu apa pun. Haha! Umur segitu emang lagi lucu-lucunya. Mama gemay amay! Kadar kecerahan pagi Sherin meningkat beberapa persen karena mendapati kehadiran Mama beserta nasi goreng telor ceploknya.

Semua keharmonisan dalam hidup Sherin tersebut tetap bertahan hingga masuk jam pelajaran olahraga. Sherin masih punya surat izin untuk tidak mengikuti praktik olahraga terkait kondisinya yang masih masa-masa pemulihan. Akan tetapi, sebagai bentuk pelampiasan akan segala muak yang ia dapatkan karena tak punya kesempatan untuk sekadar lari-lari selama nyaris sebulanan ini, Sherin berinisiatif menghadap Pak Uzaz dengan tangan teracung tinggi.

"Pak! Saya boleh ikut olahraga, enggak, ya? Kaki saya udah mulai sehat, nih! Udah enggak perlu pakai tongkat yang sialan itu ...." Waduh, bablas. Sherin membekap mulutnya sendiri, lantas lekas-lekas melakukan revisi. "Ah, iya si Alan! Si Alan itu anak tetangga sebelah saya, Pak. Anaknya Mpok Maria, tinggalnya persis sebelah rumah saya. Nah, tongkat ini punyanya si Alan itu, Pak, maksudnya."

Jelas saja Pak Uzaz menghadirkan tatapan penuh sangsi yang terang-terangan. "Yang betul, kamu, Sherin! Nanti kalau kamu kenapa-napa lagi, Bapak bisa kena, lho. Kalau makin parah, gimana?"

"Enggak akan, Pak! Aman!" Sherin menampilkan muka songong yang bikin siapa pun pengin nampol, minimal pakai eek ayam, dah. "Lagian hari ini cuma praktik shooting ke ring, enggak, sih, Pak? Amanlah, itu!"

Sherin memang sudah lepas tongkat dari beberapa hari yang lalu. Akan tetapi, baru hari ini pertama kalinya Sherin kembali ke lapangan. Badannya jadi terasa jauh lebih segar. Bjir! Apa Sherin bangun-bangun dari koma tiba-tiba jadi atlet papan atas? Mari kita lihat.

"Eh, wow, Sherin! Kamu kelihatan jauh lebih sehat! Udah pulih total kah?"

Pertanyaan Hana yang sarat akan perhatian itu bikin hidung Sherin menggembung bangga. Akan tetapi, ada sesuatu yang baru ia sadari. Ah, pulih, ya.

Apakah ini jawaban dari keresahan Sherin tentang pudarnya dunia MaFiKiBi Society dari lelapnya Sherin? Karena ... Sherin sudah pulih total?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro