MINERVO 242 : Membalaskan Dendam Untukmu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tercerai berai? Apa itu? Kau pikir tubuhku ini apa? Sosis?" Paul membalas ancaman Victor dengan sedikit mengejek perkataan Si Bangsawan Berambut Emas itu, dia ingin menunjukkan pada orang itu bahwa Sang Mentor tidak akan takut pada segala ancaman yang akan dia lakukan padanya.

Malah sebaliknya, Paul senang karena akhirnya dia bisa bertarung melawan Victor, melawan versi jahat dan kejam dari orang itu, membangkitkan kenangan serunya di Geranium saat pertama kalinya berhadapan dengan Si Bangsawan Berambut Emas. "Jika kau punya waktu sebanyak itu untuk mengancamku, lebih baik kau segera bertindak karena kalau terlalu lama, aku bisa bosan dan membunuh Koko secara tidak sengaja."

Tidak suka direndahkan seperti itu, Victor langsung maju ke arah Paul, gemas ingin menghajar Sang Mentor yang mulutnya selalu saja membuatnya kesal. Victor tidak peduli lagi soal reputasinya atau ekspektasi orang-orang terhadapnya, dia sekarang ingin melucuti semua topeng yang menempel di seluruh tubuhnya dan bertarung melawan Paul dengan menjadi dirinya yang sesungguhnya.

"Bagus! Kemarilah kau, Wahai Bangsawan Brengsek!" Paul menyeringai tanpa sedikit pun melepaskan dekapan tangannya pada tubuh Koko, malah jadi semakin kuat membuat Si Lelaki Cantik jadi meringis.

Victor langsung mengayunkan tendangan kuatnya pada badan Paul, sayangnya Sang Mentor berhasil menghindar, tapi itu tidak membuatnya menyerah. Kini Victor menyeruduk Paul dengan badannya yang dibungkukkan, berniat ingin menyerang perut dan dada Sang Mentor, tapi sialnya, itu malah berakhir terkena jejakkan kaki dari Paul ke puncuk kepalanya sampai Si Bangsawan Berambut Emas terjerembab jatuh, tenggelam ke dalam tanah yang berpasir dari arena tersebut.

"Agh!" Rasa nyeri langsung berdenyut-denyut di kepalanya, jejakkan kaki Paul benar-benar parah sekali, jika satu kali lagi Victor terkena serangan yang sama, tengkoraknya bisa hancur. "Kepalaku sakit sekali."

"Jadi mana!?" Paul meraung, suaranya melengking ke seluruh arena, membuat Victor maupun Koko yang mendengarnya jadi tersentak. "Kau bilang, kau mau mencerai-beraikan tubuhku, tapi kenyataannya, kau bahkan tidak bisa menyerangku dengan benar! Heh! Kalau kau memang sepayah itu, lebih baik menyerah saja, Victor! Tidak ada gunanya! Kau sudah kalah! Semua yang kau lakukan sia-sia! Belum lagi pasanganmu juga sangat lemah! Tidak ada yang bisa kau harapkan dari pertandingan ini! Waktunya kalian untuk menyerah sudah tiba, Wahai Para Bangsawan!"

Victor mengerang jengkel, sementara Koko meneguk ludahnya gugup.

"WARGH! HEY! LEPASKAN! BRENGSEK!" Baru saja Paul bilang begitu, Koko langsung menggigit lehernya dengan sangat kuat dan dalam. Teriakan-teriakan Paul membuat semua orang yang menonton terkaget, penasaran pada apa yang terjadi saat ini di arena. Victor juga sama penasarannya dan dia terkejut saat menyadari pasangannya sedang menyerang Paul dengan sebuah gigitan pada leher dan itu kelihatannya sangat menyakitkan. "KOKO! KUBILANG LEPAS! LEPASKAN GIGI-GIGIMU DARI LEHERKU! BRENGSEK!"

Saking kesalnya, Paul menyikut wajah Koko dan menghajar wajah serta menjambak rambut ungu panjang milik pahlawan lelakinya yang cantik itu, sebab dia tidak kuat merasakan rasa nyeri dan sakit saat lehernya digigit dengan durasi yang sangat lama oleh Si Lelaki Cantik. Gilanya, Koko tetap tidak bergeming meskipun Paul memukulinya berulang-ulang kali, sampai tidak peduli walau sekarang rambutnya jadi kusut dan berantakan juga keningnya membiru, mata kanannya membengkak dan hidungnya mengucurkan darah.

"Astaga! Koko!" Naomi yang menyaksikan insiden itu dari tempat duduknya di area penonton menjerit histeris memanggil-manggil nama teman sesama pahlawannya yang saat ini sedang bertanding. Si Gadis Berkerudung itu tidak tega melihat Koko yang lemah lembut seperti itu, sedang dipukuli terus-menerus oleh Paul. "Saya tidak tega melihatnya! Itu terlalu keji! Memukul Koko sampai separah itu, Paul sudah sangat keterlaluan!"

"Bisakah kau tutup mulutmu? Kau terlalu berisik, bodoh." desis Nico yang duduk di sebelah Naomi, sama-sama sedang menonton pertandingan tersebut.

"Nico, jangan memancing pertengkaran di situasi seperti ini, saya sudah lelah berdebat dengan orang angkuh seperti Anda. Lagi pula, ini kewajaran bagi saya bersikap histeris dikala saya menonton aksi brutal yang dilakukan Paul terhadap Koko! Apa Anda tidak punya rasa belas kasihan dan empati sedikit saja, pada Koko!?"

"Kau terlalu dramatis, Naomi," timpal Nico dengan mendengus, sambil menekan kaca matanya yang sedikit melorot. "Histeris begitu, tanpa mengetahui pesan terselubung dibalik tindakan kejam yang Paul tekankan pada Koko dan juga Victor."

"Eh!?" Berjengit, Naomi tidak paham pada apa inti yang tengah dijelaskan Nico padanya. "Memangnya pesan apa yang sedang Paul tekankan pada mereka!?" tanya Naomi dengan berseru pada Si Lelaki Berambut Putih yang berkaca mata itu.

"SUDAH CUKUP!" Terpaksa Paul langsung mendorong kuat kepala Koko yang masih menempel di lehernya, sedang menggigitnya tanpa ampun sampai daging dari leher Sang Mentor nyaris terkelupas. "AKU SUDAH MUAK!" Dan dorongannya berhasil membuat kepala Koko terlepas dari lehernya tapi ada sesuatu yang membuat Paul langsung berteriak kesakitan. "AAAAAARGH!!" Ternyata gigitan Koko sama sekali tidak terlepas, melainkan daging dari leher Paul yang sedang digigit jadi ikut tercabik dan benar-benar terkelupas dan kini bertengger di mulut Si Lelaki Cantik yang jadi memerah penuh darah kental Sang Mentor.

Setelah itu, Koko terduduk dan memuntahkan semua darah Paul yang masuk ke dalam mulutnya, juga membuang daging segar dari leher Sang Mentor dari giginya yang masih menggigit benda itu ke sembarang arah. Koko jadi seperti seorang kanibal yang berani menggigit, mencabik, dan mengunyah daging lawannya tanpa ampun, seolah-olah Paul adalah seonggok daging segar lezat yang layak disantap untuk dijadikan makan siangnya.

Terkesan seperti kemenangan telak bagi Koko, tapi sayangnya tidak demikian, karena sekarang, Paul sangat marah dan mengamuk sebab satu bagian daging dari lehernya telah tergigit, tercabik dan terampas oleh salah satu lawannya sampai badannya jadi berlumuran darah yang masih mengucur deras dari bekas gigitan dari Si Lelaki Cantik pada lehernya.

"YANKOKO!" Victor tiba-tiba berseru kencang dari posisinya saat melihat pasangannya sedang dalam bahaya. "DI BELAKANGMU!"

Sebuah tinjuan yang sangat keras langsung mendarat di pipi Koko, membuat Si Lelaki Cantik langsung terhempas sangat jauh akibat pukulan dari mentornya sendiri. Dada Paul kembang-kempis, dengan mata yang melotot dan badan yang berlumuran darahnya sendiri, dia tampak sangat bengis dan menyeramkan, rasanya seperti melihat sosok seorang psikopat yang tidak punya rasa bersalah sedikit pun meski telah menghabisi nyawa orang-orang terdekatnya.

"Itulah yang akan terjadi jika orang-orang lemah sepertimu memaksakan diri ingin terlihat kuat di mata orang lain!" Raungan Paul kini ditunjukkan untuk Koko yang sudah tidak bergerak lagi, kelihatannya Si Lelaki Cantik pingsan karena serangan Sang Mentor yang membabi-buta. "Ujung-ujungnya pasti mati konyol! Sekarang lebih baik kau diam saja di sana! Kau tidak perlu lagi memaksakan dirimu, terima saja kalau kau itu memang lemah dan tidak berguna, Koko!"

Menyaksikan kejadian itu, semua penonton langsung heboh, membicarakan betapa gilanya Paul yang lagi-lagi tidak segan untuk menyakiti pahlawan-pahlawannya sendiri. Sementara Victor di posisinya sedang membeku dalam keheningan, kelihatannya jiwa Si Bangsawan Berambut Emas sedang sangat terguncang melihat Koko diserang sebrutal dan sekejam itu oleh Paul.

Menghela napasnya, Victor memejamkan dua matanya. "Dia sudah kelewatan. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus melakukan sesuatu. Baiklah, sepertinya satu-satunya cara agar aku bisa memenangkan pertarungan ini, hanyalah dengan menggunakan kemampuan itu." gumam Victor yang berbicara sendiri tapi suaranya terdengar dengan begitu jelas ke seluruh arena karena mikrofon yang masih menempel di bibirnya, sehingga semua orang jadi riuh menebak apa yang direncanakan Si Bangsawan Berambut Emas itu untuk mengalahkan keganasan mentornya. "Tenang saja, Yankoko, aku akan membalaskan dendam untukmu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro