MINERVO 245 : Mari Kita Sudahi Saja

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Satu-persatu dari batu-batu yang saat ini sedang melayang di udara, langsung menghantam bagian-bagian dari tubuh Paul yang masih sedang bersujud di tanah. Punggungnya, kepalanya, kakinya, tangannya, semuanya terkena lemparan batu dari seluruh penonton di sepanjang arena. Sakit, perih, dan nyeri. Ini seperti neraka, Paul tidak bisa bertahan di situasi seperti itu, dia harus mencari cara agar tubuhnya bisa digerakkan lagi dan pergi dari lokasi yang berbahaya itu. Sayangnya, mau bagaimana pun Paul berusaha, semuanya sia-sia, karena tekanannya terlalu kuat, rasanya seperti tubuhnya sudah bukan miliknya lagi.

"MMMM! MMMM! MMMM!" Paul mengerang, ingin berteriak saat batu-batu terus berjatuhan secara beruntun ke kepalanya dan punggungnya. Sang Mentor benar-benar sudah ditaklukkan oleh salah satu pahlawannya yang berambut emas, yakni Victor Osvaldo. Paul tidak tahu kalau Victor ternyata seberbahaya itu. Tapi tetap saja, Paul sama sekali tidak takut pada kekuatan Victor, dia masih terus saja memaksakan diri untuk lepas dari kekuatan Si Rambut Emas.

Wajah para penonton juga kelihatan histeris saat mereka melemparkan batu-batu itu pada Paul. Sebab semua lemparan-lemparan bukanlah dari kehendak penonton, melainkan berasal dari perintah Victor dan tubuh mereka mematuhinya seakan-akan Si Bangsawan Berambut Emas adalah seorang dewa sedangkan mereka merupakan para pelayannya sehingga apapun yang diinginkan Sang Dewa harus dipatuhi dan dikabulkan karena itu bersifat mutlak, harus segera dilakukan tanpa banyak tanya. Begitulah metaforanya terhadap apa yang sedang terjadi saat ini di pertandingan yang tengah berlangsung di arena.

Di setiap lokasinya masing-masing, Naomi, Nico, Gissel, dan Leo juga telah melemparkan bebatuan yang mereka genggam ke arah Paul di tengah arena, tentu itu bukan kemauan mereka dan itulah yang membuat keempat orang itu tampak begitu marah, terlihat jelas dari sorotan matanya masing-masing. Sedangkan Roswel, Lolita, dan Vardigos hanya mengawasi pertandingan itu dengan santai, sama sekali tidak ada niat untuk menghentikan Victor yang sedang mengendalikan para penonton. Terutama Gissel, dia sangat jengkel Pada Lolita yang diam saja melihat dirinya dan juga para pahlawannya sedang dikendalikan oleh Victor, seakan-akan itu bukanlah urusannya.

"Teruslah seperti itu! Lemparkan semua batu-batu itu pada Paul! Lakukan itu berulang-kali! Jangan berhenti sebelum Paul benar-benar menyesali perbuatannya!"

Sekarang Victor merasa dirinya seperti sosok yang sangat berpengaruh di arena ini, dia jadi seperti seorang raja dengan ratusan prajurit yang berpihak dan menyerang musuh atas perintahnya. Kesenangan melihat Sang Mentor sedang dilempari batu oleh ratusan orang sampai seluruh tubuhnya berdarah-darah sangat menggairahkan, Victor merasakan kegembiraan yang begitu nikmat. Sensasinya sangat luar biasa. Hobi yang sering dia lakukan sewaktu masih menjadi sosok anak presiden, telah kembali. Mempermainkan orang-orang yang tidak punya kuasa untuk melawan adalah hal yang sangat menyenangkan.

Sampai akhirnya, serpihan-serpihan topengnya yang masih menempel di wajahnya telah pecah sepenuhnya, menampilkan wujud yang sesungguhnya dari Victor Osvaldo.

"HAHAHAHAHA! TERUSLAH MELEMPAR! BUNUH DIA! BUNUH PAUL! JANGAN BERHENTI SAMPAI PAUL BENAR-BENAR MATI!"

Roswel yang saat ini berdiri di tiang, hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sementara Nico dan Naomi menangis melihat Paul sedang dilempari batu oleh banyak orang, meskipun air matanya menetes-netes, tapi tubuh mereka masih dikendalikan Victor dan ikut andil ke dalam siksaan pedih yang sedang Sang Mentor alami, dengan terus-menerus melemparkan batu-batu digenggaman mereka ke arah mentornya.

Sekarang kesadaran Paul mulai goyah, dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit dari seluruh tubuhnya yang terhantam ratusan batu. Darah mengucur banyak di sekujur tubuhnya, ini tragedi yang sangat mengerikan. Dalam benaknya, Paul berharap seseorang menghentikan pertandingan ini, bahkan jika bisa, ia ingin bilang menyerah saja. Sayangnya, itu juga tidak bisa dia lakukan karena mulutnya terkunci rapat.

Maut.

Itulah yang akan menyambut Paul jika keadaan tidak ada yang berubah. Sorotan mata Paul jadi hampa, tapi entah kenapa, secara mendadak, dia mulai merasakan sesuatu yang tidak biasa, sakit tetap ada, tapi dilengkapi dengan ketenangan. Itu aneh, apakah ini adalah tanda Paul akan benar-benar tewas di pertandingan ini? Paul harap bukan, sebab dia masih ingin hidup. Masih banyak tugasnya sebagai mentor yang harus dia lakukan, terutama soal Victor, yang telah resmi menjadi satu-satunya pahlawan Paul yang paling bermasalah dan berbahaya. Jika orang itu tidak dihentikan, maka alih-alih menjadi pahlawan super, Victor malah berpotensi menjadi penjahat super.

Ketika Victor sedang tertawa terbahak-bahak, matanya tiba-tiba membelalak saat menemukan teman-teman sesama pahlawannya yang telah bertanding sebelumnya di arena, kini keluar satu-persatu dari ruang kolam penyembuhan, dan berlarian menerobos para penonton untuk pergi ke bagian pagar pembatas antara kursi penonton dan gelanggang pertempuran. Itu satu-satunya tempat yang paling dekat dan dapat menjangkau Victor. Sesampainya di sana, mereka semua langsung berseru pada Sang Bangsawan Berambus Emas.

"Hentikan! Victor!" Colin berteriak dengan suara yang menggelora.

"Cukup! Bro! Cukup!" Raungan Jeddy menggema di arena.

"Kau terlalu berlebihan, Bajingan!" Lizzie membentak dengan mata yang melotot.

"KAU SUDAH GILA!" Jeritan Cherry lebih kencang dari yang lain.

"Victor!" Abbas hanya memanggil namanya, berharap orang itu mengerti pada maksudnya.

"Tolong! Berhentilah! Victor!" Isabella memohon-mohon pada orang itu dengan air mata yang berlinang.

Nico dan Naomi yang masih dikendalikan oleh kekuatan Victor terharu melihat teman-temannya mulai bermunculan dan berteriak-teriak mencoba untuk menyadarkan dan menghentikan aksi Si Bangsawan Berambut Emas yang berniat membunuh mentor mereka. Sedangkan Victor hanya menggeram kesal memandangi wajah orang-orang itu, tapi dia terheran pada fakta kalau mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh kekuatannya padahal saat ini, mereka berenam sedang melihat dan menatap langsung ke matanya, tapi kenapa tidak ada yang berubah.

Mengapa kekuatan Victor tidak bekerja pada enam orang itu. Apa yang membuat mereka bisa kebal dari tatapan matanya?

"Jadi begitu, ya." Setelah diamati baik-baik, akhirnya Victor mengerti, ternyata mereka berenam sedang mengaktifkan kekuatan kunang-kunangnya masing-masing.

Tertampak jelas dari tubuh mereka yang bercahaya dengan warna yang berbeda-beda. Colin diselimuti cahaya biru, Jeddy dijubahi aura hijau, Isabella diterangi sinar merah, Lizzie dilingkari silau oranye, Abbas dialiri terang abu-abu, Cherry digelombangi gemerlap merah muda.

Keenam orang itu terlihat mempesona dengan semburan sinarnya masing-masing, dan itu membuat Victor jijik.

Namun, salah jika mengira hanya enam orang itu saja yang terlihat mengagumkan, sebab ada cahaya baru yang menyala tepat ketika seekor kupu-kupu mendarat di hidung Victor.

"Dari mana datangnya kupu-kupu ini?" Victor langsung mengibaskan tangannya, membuat kupu-kupu itu terbang ke udara.

Bola-bola mata Victor langsung membelalak saat ia dongakkan kepalanya dan mengetahui ada ratusan kupu-kupu yang beterbangan di atas arena tempatnya bertanding. Setiap kupu-kupu itu menangkap dan menghentikan batu-batu yang terlempar ke arah Paul, sampai akhirnya semua batu yang melesat tidak ada lagi yang mengenai tubuh Sang Mentor.

"Terima kasih karena telah marah dan melakukan semua ini untukku,"

Mendadak dua tangan seseorang memeluk badannya dari belakang, membuat Victor kaget. Saat dia tolehkan kepalanya, Victor terkesiap mengetahui pelukan itu berasal dari Koko yang telah bangun dan sedang tersenyum kepadanya. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari muka lelaki cantik itu. Semua luka di wajahnya sudah hilang, dan seluruh tubuhnya diterangi cahaya ungu yang begitu silau, juga banyak kupu-kupu yang beterbangan di sekitar Si Lelaki Cantik.

"Tapi itu sudah cukup. Mari kita sudahi saja, Victor."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro