MINERVO 246 : Pertandingan Terakhir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aroma yang begitu harum meresap ke lubang hidungnya, Victor merasa tubuh Koko yang kini sedang memeluknya dari belakang, tercium begitu wangi seperti bunga lavender yang mekar. Selain itu, seluruh tubuh dari lelaki cantik berambut ungu panjang itu bermandikan cahaya ungu terang, yang mana itu adalah tanda kalau kekuatan kunang-kunangnya sudah aktif. Bukan hanya itu saja yang membuat Victor terkejut, sebab ada ratusan kupu-kupu yang sedang beterbangan, baik di sekitar tubuh Koko maupun di atas arena. Sungguh, Si Bangsawan Berambut Emas jadi kebingungan atas semua yang terjadi sekarang.

Bahkan setiap luka bekas hajaran Paul di wajah Si Lelaki Cantik jadi hilang sepenuhnya, tergantikan dengan muka yang begitu bersih dan halus seperti gadis-gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi. Napas Victor jadi tidak beraturan, saat mendengar Koko berterima kasih dan mengatakan kalau itu semua sudah cukup, lelaki cantik itu ingin Si Bangsawan Berambut Emas segera menyudahi pertempuran ini, mungkin karena dia tidak tega melihat Paul disiksa habis-habisan oleh pasangannya sendiri. Tentu saja itu membuat Victor jadi resah, di satu sisi dia belum puas menyiksa Paul, ingin Sang Mentor benar-benar mati di depannya, tapi di sisi lain dia juga tidak berani membantah perintah Koko sebab dia sangat segan dan menghormati Si Lelaki Cantik layaknya kakaknya sendiri.

"Aku mengerti," Koko kembali bersuara, dengan menyenderkan pipinya di leher Victor dari belakang. "Aku juga tidak suka pada kekejaman Paul, bahkan di pertarungan-pertarungan sebelumnya, Paul begitu bengis sampai nyaris membunuh teman-teman kita, tapi aku percaya dia tidak benar-benar membenci kita, Mentor kita bersikap kejam pada kita di pertarungan ini, agar kita bisa mengeluarkan setiap kemampuan kita untuk mengalahkannya. Pertarungan ini dibuat bukan untuk saling membunuh. Aku yakin kamu lebih tahu soal itu dariku. Jadi tolong, akhiri kekerasan dan kekejaman yang kamu lakukan dan bebaskan Paul dan semua orang dari kekuatanmu, Victor."

"Aku sebenarnya tidak setuju, tapi baiklah," jawab Victor dengan melirik ke sosok Koko yang masih ada di belakangnya, sedang memeluknya begitu erat dan penuh kasih. "Aku akan membebaskan semua orang termasuk Paul dari kekuatanku, tapi aku ingin dia menyerah di pertandingan ini, jadi izinkan aku sebentar saja, untuk memaksanya menyerah menggunakan kekuatanku."

"Victor, kamu tidak perlu melakukannya," timpal Koko dengan suaranya yang halus dan begitu lembut. "Aku yakin tanpa dipaksa dengan kekuatanmu, Paul akan menyerah dengan kehendaknya sendiri. Aku bisa merasakannya sekarang, dia sedang sangat kesakitan dan ingin mengakhiri pertarungan ini secepat mungkin."

Menganggukkan kepalanya, Victor langsung memejamkan matanya, sementara Koko segera melepaskan pelukan tangannya di badan Si Lelaki Berambut Emas dan pelan-pelan memundurkan langkahnya, diikuti oleh ratusan kupu-kupu yang mulai beterbangan ke sekitar tubuh Si Lelaki Cantik. Sementara di tempat lain, Colin, Jeddy, Lizzie, Cherry, Abbas, dan Isabella lega saat mendengar suara Victor yang menggema di seluruh arena mengungkapkan bahwa dia akan membebaskan semua orang yang terperangkap oleh kekuatannya juga mematuhi perintah Koko yang melarangnya untuk menggunakan kemampuannya lagi di sisa pertandingan, meski sebelumnya Si Bangsawan Berambut Emas ingin memaksa Paul menyerah menggunakan kekuatannya.

Mereka berenam tersenyum karena Victor bersedia mengikuti segala yang diucapkan oleh Koko, itu artinya situasi sudah terkendali, tidak akan ada lagi kekejaman yang dilakukan oleh Si Bangsawan Berambut Emas. Itu cukup menghangatkan, walau sebetulnya enam orang itu terheran dan bertanya-tanya terkait Victor yang bisa semudah itu ditaklukkan oleh Koko, apa yang menyebabkan Si Bangsawan Berambut Emas begitu patuh pada Si Lelaki Cantik? Namun pertanyaan semacam itu bisa ditanyakan langsung ke orangnya di lain waktu, yang jelas, mereka senang penderitaan yang dialami oleh Paul telah berakhir.

Ketika Victor kembali membuka kelopak matanya, suasana yang tadinya sunyi dan sepi mulai berubah jadi bising dan riuh, semua penonton bahagia karena akhirnya mereka telah terbebas, bisa kembali menggerakan tubuhnya masing-masing dan dapat melakukan apapun sesuka mereka. Begitu pula dengan Nico, Naomi, Gissel, Leo, dan juga Paul, mereka semua telah kembali, dalam artian, terlepas dari kekuatan pengendalian Victor. Banyak sorakan yang terdengar, sebagian besar dari penonton marah dan mengamuk pada apa yang telah Victor lakukan ke tubuh mereka.

Alhasil, amukan itu dengan cepat berubah menjadi kericuhan karena menyebar ke setiap area kursi penonton di sepenjuru arena, tidak heran kalau sekarang Victorlah yang dilempari batu oleh para penonton. Namun, Koko melindungi Si Bangsawan Berambut Emas dari serangan lemparan batu oleh penonton dengan cara yang sama saat ia menyelamatkan Paul, yaitu mengendalikan ratusan kupu-kupu yang beterbangan di sekitar tubuhnya untuk menangkap setiap batu yang melesat dan melayang di udara untuk dibuang ke tiap pojokan arena.

"Iblis sepertimu tidak pantas mengemban gelar sebagai pahlawan!"

"Kau menjijikan, Victor!"

"Berhentilah jadi pahlawan! Lebih baik kau pulang saja ke rumahmu!"

"Jika kau tidak bisa menghadapi Paul dengan tanganmu sendiri, maka jangan libatkan kami!"

"Dasar pengecut!"

"Kau tidak layak menjadi pahlawan!"

Ketika suasana sedang begitu ribut, penuh dengan cercaan kasar dari penonton yang marah kepada Victor, suara batuk yang menggema menghentikan kekacauan itu, setiap mata langsung teralihkan ke satu sosok yang beberapa meter ada di depan Victor dan Koko, yaitu Paul Sang Mentor. Lelaki berambut hitam yang badannya sudah dipenuhi luka yang masih basah dan menganga, membuat pakaiannya jadi dibaluti dengan cucuran darahnya sendiri, kini sedang terbatuk-batuk, sembari tubuhnya dalam posisi membungkuk dengan telapak tangan dan betis kakinya bertumpu ke tanah.

Suara batuk Paul menggaung-gaung ke sepenjuru arena sebab mikrofonnya masih menempel di pipi dekat mulutnya sehingga bunyi apapun yang keluar dari mulutnya akan terdengar jelas oleh semua orang. Namun hanya Victor dan Koko yang bisa melihatnya dengan begitu jelas apa yang sedang terjadi pada Paul. Ternyata batuk yang dialami oleh Paul dilengkapi dengan percikan darah yang keluar dan muncrat dari mulutnya, menggenangi permukaan tanah berpasir di bawahnya.

Victor hanya memasang wajah datar sementara Koko langsung melesat, berlari mendatangi Paul lalu duduk bersimpuh di samping Sang Mentor. "Paul, kamu batuk berdarah!" Baru saja Koko memegang bahu Paul, Sang Mentor langsung ambruk ke pangkuannya, membuat Si Lelaki Cantik terkejut. Secara refleks, kepala Koko langsung berpaling dan mendongak ke tempat pria pucat berjubah hitam itu berada. "Roswel!" Hanya itu yang Koko teriakan, sekedar memanggil nama Sang Pelayan Pendampingnya, berharap sosok itu bisa memahami dan mengerti pada situasinya.

"SAYANG SEKALI, SEPERTINYA PAUL SUDAH TIDAK MAMPU UNTUK MELANJUTKAN PERTANDINGANNYA," kata Roswel dengan suaranya yang menggema, mengagetkan semua orang yang sedang serius menyaksikan kondisi Paul.

"DENGAN INI, MAKA VICTOR DAN KOKO SECARA RESMI BERHASIL MEMENANGKAN PERTANDINGAN KEEMPAT DAN LOLOS MENUJU BABAK BERIKUTNYA," Namun anehnya, setelah Roswel menjelaskan bagian itu, tidak ada satupun penonton yang bersorak gembira atau bertepuk tangan pada dua orang yang baru saja memenangkan pertandingan melawan Paul, membuat Victor menggigit bibir bawahnya kesal sementara Koko menundukan kepalanya merenung, mereka berdua sedih dan tertekan karena tidak mendapatkan tepuk tangan atau reaksi yang meriah dari para penonton. "SEKARANG LANGSUNG SAJA KITA KE PERTANDINGAN KELIMA YANG JUGA ADALAH PERTANDINGAN TERAKHIR DARI BABAK INI."

Kali ini, para penonton langsung bersorak-sorai riang gembira, terkesan bahagia karena akhirnya pertandingan yang mereka benci telah berakhir sepenuhnya tergantikan dengan  pertandingan yang baru. Kemudian Roswel kembali melanjutkan seruannya dengan tersenyum lebar. "DAN KALI INI PERTANDINGANNYA AKAN DIISI OLEH NICO WALCOTT DAN NAOMI HABIBAH QOLBY MELAWAN PAUL COZELARIO."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro