MINERVO 248 : Begitulah Menurutku

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah selesai menginterogasi Victor, Si Lelaki Berkaca Mata dan Si Gadis Berkerudung pamit kepada teman-teman sesama pahlawannya untuk pergi ke arena, bersiap untuk bertanding melawan Paul, Sang Mentor Mereka. Nico senang karena dia sudah mendapatkan beberapa informasi terkait keanehan yang terjadi soal sikap Victor pada Koko.

"Semuanya jadi jelas sekarang," Nico yang saat ini sedang berjalan di lorong menuju arena, bergumam sendirian. "Ternyata Victor menganggap Koko seperti kakaknya sendiri, itu jadi masuk akal kenapa dia patuh dan menurut pada Koko, juga langsung mengamuk saat Paul menyiksa Koko. Aku merasa Victor tipe adik yang sangat protektif terhadap kakaknya, yang nekat melakukan apapun hanya untuk melindungi kakak tercintanya, cukup mengesankan sekaligus mengerikan."

Naomi yang berjalan di samping Nico, hanya mengerlingkan bola matanya ke samping saat mendengar Si Lelaki Berkaca Mata menyimpulkan pengakuan Victor sebelumnya di kolam penyembuhan terkait keanehan dari sikap Si Bangsawan Berambut Emas terhadap Koko. Tidak seperti Nico, Noami tidak terlalu memikirkan soal itu, sebab dia sekarang cemas dan gelisah mengenai Nico yang tampak tidak peduli soal pertandingan yang akan mereka hadapi.

Si Lelaki Berkaca Mata itu, dari awal memang sudah mengatakan kepada Naomi bahwa dia tidak ingin bekerja sama, dan itu jelas membuat Si Gadis Berkerudung risau karena dia sadar untuk mengalahkan Paul dibutuhkan kerja sama yang apik dan rapi atau paling tidak hubungan antar-pasangan akrab sehingga mereka bisa saling melindungi seperti Koko dan Victor di pertandingan sebelumnya. Namun, hubungan Naomi dan Nico jauh dari akrab, malah mereka sering bertentangan, berdebat, dan bertengkar.

Sesampainya mereka di tengah lapangan, Naomi takjub pada seluruh penonton yang menyambut kedatangan Nico dan dirinya dengan tepuk tangan yang begitu meriah dan sorakan-sorakan semangat. Si Gadis Berkerudung membeku menyadari orang sebanyak itu sekarang sedang memperhatikannya sementara Si Lelaki Berkaca Mata hanya memasang wajah datar tak berekspresi, sama sekali tidak mempedulikan kegaduhan para penonton yang sedang berteriak-teriak menyemangatinya.

"Nico," Dengan menyaringkan suaranya agar didengar Nico, Naomi menolehkan kepalanya, memandangi wujud dari Si Lelaki Berkaca Mata yang berdiri di sebelahnya. "Bisakah Anda memikirkan ulang keputusan Anda yang tidak mau bekerja sama dengan saya?"

Mendelik, Nico menatap tajam ke arah Naomi dengan bibir yang cemberut, merasa terusik oleh pertanyaan tersebut. "Tidak, keputusanku sudah bulat. Kita tidak perlu bekerja sama, Naomi."

"Saya mengerti, Anda tidak mau bekerja sama dengan saya karena kita berbeda pandangan dalam melihat dunia, tapi Nico, menurut saya itu adalah alasan yang sangat buruk. Hanya karena kita berbeda, bukan berarti kita tidak bisa bekerja sama."

Beruntungnya, ocehan-ocehan yang sedang dilontarkan oleh Nico maupun Naomi tidak terdengar oleh para penonton sebab mereka belum diberikan mikrofon oleh Roswel. Si Pelayan Pucat itu masih enggan memberi mereka benda itu, menunggu kedatangan Paul terlebih dahulu.

Meskipun omongan mereka tidak terdengar jelas, Tetap saja semua orang menyadari kejanggalan dari sikap yang sedang ditunjukkan oleh Nico maupun Naomi, mereka berdua tampak sedang beradu-mulut sehingga orang-orang jadi bertanya-tanya apakah semua akan baik-baik saja, jika pasangan yang hendak bertanding malah bertengkar di tengah lapangan besar seperti itu, padahal sebentar lagi mereka akan bertarung menghadapi Paul.

"Jadi intinya, kau ingin kita bekerja sama, begitu?" tanya Nico langsung pada pokoknya, dengan sorotan mata yang tampak sangat menusuk, jengkel pada Naomi yang terus saja memaksakan kehendaknya.

"Ya! Karena kita di sini adalah pasangan, Nico!" Tidak mau kalah, Naomi juga memberikan ekspresi wajahnya yang melotot galak kepada Si Lelaki Berkaca Mata.

"Kita bukan pasangan, satu-satunya pasanganku hanyalah Colin!" seru Nico dengan angkuh, tidak suka pada Naomi yang menyebut dirinya sebagai pasangannya. "Baiklah, Jika kau memang sebegitunya ingin bekerja sama denganku, aku turuti kemauanmu. Tapi dengan satu syarat, kau harus menuruti segala yang kuperintahkan, dan jangan pernah keras kepala menentang omonganku. Itu saja, bagaimana menurutmu?"

Sangat tidak masuk akal, Naomi benar-benar tidak mengerti apa yang ada di pikiran Nico sampai menjelaskan hal yang seaneh itu. "Astaga! Nico, yang benar saja!? Itu bahkan bukan kerja sama. Itu hanyalah sistem perbudakan yang memposisikan saya sebagai budak dan Anda sebagai majikan! Berhentilah berpura-pura bodoh dan lakukan kerja sama seperti teman-teman kita di pertandingan sebelumnya! Jangan buat saya terus-menerus berteriak seperti ini!"

"Oh, maaf jika aku membuatmu marah dan berteriak-teriak seperti itu, Naomi," desis Nico dengan menyunggingkan senyuman miringnya pada Naomi. "Cuma itu yang terlintas di otakku, jika kau tidak suka, artinya kita tidak perlu bekerja sama, sesimpel itu, bukan?"

Karena sudah sebal dengan sikap Nico yang sangat angkuh, akhirnya Naomi membuang mukanya, tidak ingin lagi berbicara atau memandangi pasangannya. Begitu juga dengan Nico, dia sudah muuk pada Naomi yang terlalu keras kepala memaksakan kehendaknya, padahal untuk memenangkan pertarungan, tidak selalu dengan bekerja sama, sebaliknya, Si Lelaki Berkaca Mata ingin membuktikan kepada Paul bahwa dia bisa mengalahkan orang itu sendirian tanpa bantuan siapapun. Bagi Nico, pertarungan ini adalah pertarungannya melawan Paul, sementara Naomi hanyalah peran pendukung saja, tidak begitu penting bagi jalannya pertandingan ini.

Setelah lama menunggu, sosok Sang Mentor akhirnya muncul, sedang berjalan dari tepian arena dengan memasang wajah seramnya seperti biasa. Semua luka yang ada di sekujur tubuhnya sudah pulih sepenuhnya dan seluruh penonton di sepanjang arena langsung bergelora, menyambut kedatangan Sang Mentor layaknya raja yang sangat dicintai dan dinantikan oleh semua rakyatnya. Paul sudah menjadi ikon yang cukup populer di setiap pertandingan dan dia telah menunjukkan berbagai aksi yang keren dan menegangkan, itulah mengapa sebagian besar dari penonton sangat mengidolakannya, meskipun Sang Mentor selalu berakhir kalah saat bertarung melawan pahlawan-pahlawannya.

Tapi tidak ada yang tahu soal pertandingan kali ini, bisa saja alurnya akan berbeda, sebab pasangan yang sekarang dihadapinya tampak tidak akur, membuat orang-orang jadi penasaran bagaimana kelangsungan dari pertarungan terakhir antara dua orang yang bahkan seperti saling membenci melawan Paul yang sangat kasar dan brutal.

"Ini bakal seru," Leo, Sang Mentor yang berasal dari Megasta, terkekeh sambil menyesap rokoknya santai, ketika matanya melihat kemunculan Paul yang sedang berjalan gagah mendatangi Nico dan Naomi yang ada di tengah arena. "Pasangan yang saling membenci adalah favorit semua orang, itu mengingatkan kita pada pertandingan pertama antara Colin dan Lizzie."

Mendengar itu, Vardigos menoleh pada Leo dan langsung menanggapi omongan Sang Mentor. "Menurutmu, siapa yang akan menang?"

Leo kaget saat Vardigos berbicara padanya, itu adalah momen yang sangat langka, tapi cepat-cepat dia menjawab pertanyaan tersebut. "Aku tidak begitu peduli soal siapa yang kalah atau menang, karena itu tidak penting. Bagiku, yang penting adalah melihat bagaimana prosesnya, aku suka melihat mereka saling bertarung sampai berdarah-darah, itu adalah hal yang sangat menyenangkan, begitulah menurutku, Tuan Vardigos."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro