MINERVO 249 : Kemarilah Kau, Anjing Kecil

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sekarang, Paul sudah sampai di tengah-tengah arena, berdiri tegap menghadap ke Nico dan Naomi yang ada di depannya. Suasana jadi tegang, terutama saat Paul memicingkan matanya, memberikan tatapan yang menyelidiki, merasa aneh pada gerak-gerik dua orang itu yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Paul memang punya insting yang sangat peka, meskipun Nico dan Naomi tidak memberitahu masalah di antara mereka, Sang Mentor tetap bisa menciumnya layaknya serigala predator yang dapat mengetahui lokasi mangsanya hanya dari penciuman hidungnya.

"Apa ini?" ucap Paul dengan mata yang masih terpicing, menaikan sebelah alisnya. "Kalian bertengkar?"

Nico dan Naomi tersentak saat Paul langsung bisa mengetahuinya hanya dari tatapan mata, itu sangat mengejutkan mereka, situasi jadi sangat canggung. Namun, kecanggungan itu buru-buru Nico tepis dengan suaranya, "Hey Paul, aku tidak yakin dengan ini, tapi apa kau baik-baik saja?"

Ketika Paul hendak menjawab omongan Nico, Roswel berseru, "SEPERTINYA MEREKA SEDANG MEMBICARAKAN SESUATU, MARI KITA DENGAR BERSAMA-SAMA," Dengan santai, Roswel melemparkan tiga mikrofon mungil baru pada Paul, Nico, dan Naomi, agar tiga orang itu menempelkannya ke bagian pipi dekat mulut. "BAIKLAH, SILAKAN LANJUTKAN PEMBICARAAN KALIAN."

Paul mendecih, sebal karena Roswel menyela dirinya yang tadi mau menanggapi pertanyaan Nico, tapi kemudian dia menangkap lemparan mikrofon dari Si Pelayan Pucat itu dan segera menempelkannya ke area yang sesuai. Begitu pula Nico dan Naomi, mereka telah memasang mikrofonnya masing-masing ke dekat mulut, sudah bersiap untuk melanjutkan apa yang tadi tertunda.

"Biar kuulangi pertanyaanku," Suara Nico langsung menggema di arena ini, terdengar begitu jelas oleh semua penonton yang menyaksikan pertandingan. "Apa kau baik-baik saja, Paul?"

Dengan gesit, Paul langsung menimpalinya. "Aku tidak mengerti, mengapa kau tiba-tiba bertanya begitu, Brengsek!"

Tersenyum miring, Nico melanjutkan, "Aku bertanya begini karena aku khawatir pada kondisi tubuhmu maupun mentalmu. Kau sudah bertarung di empat pertandingan dan aku yakin kau pasti tidak baik-baik saja. Secara fisik atau pun psikis."

"Kau pikir kau sedang bicara dengan siapa, hah!?" sergah Paul dengan bersungut-sungut. "Aku ini mentormu! Sudah kewajibanku untuk melayani kalian semua dalam setiap pertandingan, jangan berpikir aku selemah itu sampai kau berani-beraninya mencemaskanku! Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari orang sepertiku, daripada kau membuang-buang waktumu berbicara omong kosong, lebih baik berundinglah dengan Naomi mengenai cara agar kalian bisa mengalahkanku, karena sama seperti pertandingan-pertandingan sebelumnya, aku tidak akan segan-segan menyakiti kalian."

"Itu mustahil kami lakukan, Paul," Naomi jadi ikut angkat bicara, masuk ke dalam percakapan itu, membuat Nico mendelik kesal sedangkan Paul memandang fokus ke sosok dari gadis berkerudung itu. "Nico dan saya sudah sepakat untuk tidak melakukan kerja sama di pertandingan ini, bisa dibilang, kami akan bertarung sendiri-sendiri dalam mengalahkanmu."

"HAH!?" Paul melotot kaget. "Lelucon apa lagi itu!?"

Naomi segera membungkam mulutnya, ingin melihat bagaimana reaksi Paul setelah mendengar fakta yang barusan ia katakan pada Sang Mentor. Bukan hanya Paul yang terkejut, tapi para penonton juga terkesiap, mereka semua tidak mengerti mengapa pasangan kali ini tidak ingin bekerja sama dan lebih tertarik untuk bertarung sendirian tanpa saling mendukung atau melindungi dalam pertandingan melawan Paul.

Bagi sebagian besar penonton, itu adalah hal yang sangat absurd, karena meskipun Paul selalu kalah dalam empat pertandingan sebelumnya, tapi kekalahannya selalu dikarenakan upaya kerja sama dan saling melindungi dari tiap pasangan yang dihadapinya, bahkan Colin dan Lizzie saja yang tampak seperti saling membenci dan tidak bisa bekerja sama dengan baik, mereka tetap saling melindungi dan mendukung.

Mendengar Naomi yang terang-terangan mengatakan dirinya dengan Nico tidak akan melakukan kerja sama dalam melawan Paul, yang hendak bertarung secara sendiri-sendiri, adalah hal yang sangat aneh dan tidak biasa. Nico menganggukkan kepalanya, mengonfirmasi bahwa apa yang barusan dikatakan oleh Naomi adalah benar. Mereka bersungguh-sungguh tidak akan bekerja sama. Dan itu membuat Paul jadi sangat gondok.

"Dengan kata lain," Paul menggeram dengan mengepalkan dua tangannya. "Kalian sedang meremehkanku, ya?"

"M-Meremehkan Anda!? Tentu saja tidak, bukan begitu maksudnya, Paul!" teriak Naomi, terkejut saat kesimpulan yang Paul buat melenceng dari inti pokoknya.

"Tidak, itu benar," Nico menyunggingkan senyuman miringnya pada Paul, menampilkan ekspresi mengejeknya, berniat memprovokasi Sang Mentor. "Kami memang meremehkanmu, itulah alasan kenapa kami tidak perlu repot-repot bekerja sama dalam mengalahkanmu dan memenangkan pertandingan ini, karena kami tahu, kau itu lemah, Paul. Kau sudah dikalahkan empat kali dan kali ini, kami akan memberikanmu kekalahan yang kelima. Semoga dengan itu, kau bisa menyadari sesuatu, bahwa selama ini, kau tidaklah sekuat yang kau kira. Kau cuma bocah lemah yang sok berlagak tangguh, Paul."

"NICO!" Naomi berseru pada Nico, marah pada omongan pasangannya yang sangat sengaja ingin memancing kemarahan Paul.

Anehnya, bukannya marah atau mengamuk, Paul jadi tertawa terbahak-bahak setelah mendengar semua yang Nico ucapkan padanya. "Konyol! Konyol sekali semua omonganmu itu, Nico!" Lalu Sang Mentor kembali terkekeh-kekeh menertawakan Nico sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya. "Menganggap kau bisa mengalahkanku semudah itu, kau sangat konyol!"

"Apanya yang konyol dari itu? Faktanya memang demikian, bukan? Kau sudah kalah empat kali, artinya, kau tidak sekuat itu, Paul!" Situasi terbalik, Nico yang malah terprovokasi oleh sikap Paul.

"YA!" Paul mengangguk dengan tegas. "Aku memang kalah empat kali! Tapi semua kekalahanku terjadi karena lawan-lawanku dapat bekerja sama dengan baik! Jika mereka tidak bisa bekerja sama, sudah pasti mereka bisa kukalahkan dengan sangat mudah! Dan sekarang, kau bilang padaku, kau akan mengalahkanku sendirian, tanpa kerja sama dengan Naomi yang merupakan pasanganmu, inilah kenapa aku tertawa dan menganggapmu konyol!"

Diam-diam Naomi setuju pada pendapat Paul. Si Gadis Berkerudung juga menganggap omongan Nico sangat aneh dan konyol, sebab tidak mungkin mereka bisa mengalahkan Paul dengan sendiri-sendiri. Itu adalah rencana dan strategi yang paling bodoh, ia saja masih tidak percaya orang sejenius Nico bisa sebodoh itu. Sebegitu gengsi dan angkuhnya Nico tidak ingin bekerja sama hanya karena latar belakang ideologi yang Naomi punya sangat berbeda dan bertentangan dengan dirinya.

Naomi dengan agama, sedangkan Nico dengan sains.

Tapi apa masalahnya? Menurut Naomi, itu bukanlah halangan untuk bekerja sama, justru itu bisa jadi kekuatan agar mereka bisa saling melengkapi dalam mengalahkan Paul dengan berbagai cara.

"Terserah," Nico langsung menimpali ejekan Paul dengan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Lagi pula, siapa yang peduli?" Ternyata yang Nico keluarkan adalah sebotol air bening.

Bertanya-tanya, Paul langsung meraung-raung pada Nico. "Kau mau menyerangku dengan sebotol minuman!? Sialan! Ternyata kau memang meremehkanku, dasar kau, Mata Empat Brengsek!" Saking kesalnya, Paul langsung menekan langkahnya dan maju ke hadapan Nico, ingin menghajar lelaki berkaca mata itu dengan tinjuannya.

Namun, Nico menyunggingkan senyuman tipis ketika Paul melesat mendatanginya, membuat Naomi yang melihatnya jadi terheran-heran.

"Bagus, kemarilah kau, Anjing Kecil."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro